You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This is the ninth time we are hosting this seminar and we are proud to inform you that this seminar is an annual event in our calendar and has been held every year since 2014. This year, for the third year, we are holding it via Zoom meeting (online meeting) due to Covid-19 pandemic. We are inviting internationally recognized speakers from several countries to share their latest discoveries in the fields of Biology, Chemistry, Physics, Mathematics and Science Education. Well-known researchers in science and science education will share their experiences and knowledge so that we can stay up-to-date with the latest information. This is one of the goals of this seminar. As science researchers, ...
Bisakah buku dan musik berada dalam satu panggung pergelaran? Bisa! Yang datang ke “MocoSik: Book and Music Fest” menemui sebuah peristiwa yang ganjil, beyond. MocoSik adalah akronim dari “Moco” (Jawa: baca) dan “Sik” (musik). Bisa pula MocoSik diartikan sebagai moco sik, baca dulu, ah. Sebuah kalimat cakapan yang menginterupsi, jeda. Membaca sejatinya ritus jeda; perjalanan menuju keheningan pedalaman batin, pergolakan pikiran dalam kesunyatan. Seperti halnya musik, praktik moco, kerja baca, adalah relaksasi sekaligus menjemput kegembiraan lewat gerak yang dipicu oleh salah satu saraf terpenting manusia, yakni indera dengar. Jika irama dalam buku adalah komposisi diksi dan tanda baca, maka nada-nada teratur dalam musik itu hasil komposisi balok-balok not.
Buku ini merekam dentam panggung musik dan detak diskusi literasi di pergelaran tahunan MocoSik Festival pada tahun 2018 di Yogyakarta. “Puisi itu Membuat saya bahagia. Saya mencoba membagi kebahagiaan dengan orang lain.” – Sapardi Djoko Damono, Penyair “Menulis adalah mencurahkan perasaan dengan terlebih dahulu direnungkan. Kata-kata akan berbicara lebih bila direnungkan dahulu: itu yang disebut sebagai proses kreatif.” – Seno Gumira Ajidarma, Prosais “Konser Festival MocoSik 2018 yang memadukan buku dengan lagu ini bagus. Kita mengajak semua anak-anak remaja untuk kembali ke buku. Giat dan gemar membaca buku. Dengan buku, kita akan tambah pengetahuan dan cepat mengingatnya. S...
This book is concerned with the question of how people in developing countries survive, and how their lives have been affected by the great changes since the Second World War. Throughout large parts of the developing world rural livelihoods are in crisis. Even in those parts of the third world where there has been growth of food output, that growth has rarely been translated into a commensurate expansion of livelihoods. Frequently, both economic stagnation and economic growth are translated into suffering for those who live in the countryside. Many people are aware that there is a crisis of livelihoods in sub-Saharan Africa, but the understanding of that crisis rarely transcends simple conce...
Indonesia bukanlah pahatan gagasan berwajah tunggal. Ia adalah sebuah pembayangan bersama yang ditopang dari ide yang beragam. Ide atau pikiran yang kemudian bermetamorfosis menjadi ideologi praksis pergerakan sedemikian rupa itu berdialog dan mencari titik kompromi yang terkadang muskil. Sebagai sebuah panggung, Indonesia adalah persembahan panjang tentang pencarian kebenaran lewat jalan perdebatan dan inovasi. Ide-ide dipertemukan untuk mencari formula, bukan saja bentuk negara, melainkan juga bagaimana mempertemukan keragaman ide dari tuturan bahasa yang berbeda-beda se-Nusantara menjadi sukma ‘persatuan nasional’. Buku ini rekaman pencarian dan pergulatan dua belas perupa dan pemikir budaya membayangkan Indonesia yang beraneka ragam dalam satu sukma harmoni dalam bingkai ‘persatuan nasional’. Ide menyambung rantai sejarah, politik identitas, simbol negara, feminitas, politik feodal, krisis ekologi, perjamuan harapan merupakan sebagian khasanah yang tereksplorasi dalam buku hasil apresiasi karya dalam pameran di INiSeum Yogyakarta bertajuk “ID”.
This book focuses on refugee resettlement in the post-9/11 environment of the United States with theoretical work and ethnographic case studies that portray loss, transition, and resilience. Each chapter unpacks resettlement at the macro or micro scale, underscoring the multiple, and mostly unsupported, negotiations refugees must undertake in their familial, social, educational, and work spheres to painstakingly reconstruct and reintegrate their lives. The contributors show how civil society groups and individuals push back against xenophobic policies and strive to support refugee communities, and how agentive efforts result in refugees establishing stable lives, despite punishing odds. This volume will be of interest to anthropologists and other scholars with a focus on refugee and migration studies.
Buku yang Anda hadapi ini memuat esai-esai Muhidin M. Dahlan yang terserak dari 2003 sampai 2018. Enam puluh tujuh esai tersebut dirajut menjadi enam bab, yakni “Perbukuan”, “Kebijakan”, “Kesusastraan”, “Perpustakaan”, “Cendekiawan”, dan “Pelarangan”. Benang merah pengikat bab demi bab itu adalah literasi; bidang yang selama 20 tahun tak hanya ia akrabi, tetapi—jika melihat rekam jejaknya—juga membuatnya kerap bersitegang dengan pihak-pihak tertentu.
None
Ruang kosong umumnya menjadi unsur yang pertama kali dihadapi seorang desainer. Uniknya, di akhir proses mendesain, ruang kosong tersebut tetap ada. Buku ini bertujuan untuk memahami cara mengelola tampilan dan tujuan keberadaan ruang kosong pada desain grafis (multiple pages). Pemahaman tersebut diperoleh lewat wawasan teoretis dan diperkaya dengan mewawancarai para desainer grafis, terutama desainer buku.