You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Buku yang sedang anda baca ini juga merupakan bukti lain betapa civitas akademika Unika SOEGIJAPRANATA tidak pernah diam dalam keterbatasan yang ada melainkan justru kepanikan akan pandemik ini telah memunculkan semangat untuk semakin peduli dan terlibat dalam wacana publik. Dalam masa kurang dari 3,5 bulan atau sekitar 110 hari, tercatat lebih dari 50 artikel telah dibuat dan dimuat dalam berbagai media massa. Artinya hampir 2-3 hari sekali selalu muncul gagasan, pendapat dan ungkapan pemikiran yang dimuat dan bisa dibaca oleh publik. Tentu saja, bukan berarti Unika SOEGIJAPRANATA mengharapkan agar pandemic tidak berlalu sehingga bisa memaksa civitas akademika untuk tetap produktif menghasi...
State Power and the Legal Regulation of Evil engages with the responses of lawmakers and state officials to acts of evil as performed in different locations. The essays in this volume offer a range of perspectives on the relationship between law, state and evil calling on us to reflect upon the role of law and state in the commission of evil deeds.
This book deals with one of the main environmental challenges in Indonesia, namely the processing of solid waste. As a case, the study focuses on household waste management in the city of Semarang in Central Java. Semarang still uses the end of pipe system. Waste is brought to temporary disposal sites (TDSs) and from there to a final disposal site (FDS). The poor urban waste management evidently does not only result in a negative impact on human life and the environment but also constitutes a geographical problem. This is because the negative impact of disposal sites will affect those living in the immediate vicinity. The extent of the burden or benefit, of the sites, will vary according to the site location. Further to this, within a specific population group,households will be unequally exposed to some burdens depending on their proximity to the disposal site, gender (women will usually suffer more), age and social group. Frequently poor people are the most vulnerable party who will receive the burden of the disposal site rather than its benefit.
In this respect, visual culture emerges from the need to bridge and explore the gap between the diversely rich visual experience in postmodern culture, and the ability to understand it. What kind of visual experience meant in this relation to postmodernism? It is the visual experience of the consumers (rather than the producers) shaped by “complex, overlapping and disjunctive order” of understanding the visualized everyday life events.
This open access book presents the state-of-the-art environmental governance research and practices in Indonesia. It offers a wide scope, covering different sectors (e.g., forestry, mining) and geographical landscapes (e.g., inland and coastal areas). This book engages with existing theories and frameworks, including Earth System Governance, Adaptive and Interactive Governance, among others to trigger a debate regarding the operationalization of such concepts, which are mostly developed for the Global North context. It is also our ambition to incorporate more empirical knowledge from local contexts to indicate research gaps and future directions for environmental governance research agenda t...
Buku Pijar Antologi Puisi Pendidikan yang ada di tangan Anda saat ini adalah hasil karya civitas akademika Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang. Puisi-puisi di dalam buku ini merupakan refleksi terhadap peran pendidik, realitas dan tantangan dunia pendidikan saat ini. Di dalamnya terbersit harapan agar tangga pendidikan senantiasa lentur bersama zaman sehingga ia tetap mampu menjaga harapan. Juga terlontar kritikan bahwa dunia pendidikan yang sejatinya aman dan bersahabat, kini tergerus, menjadi “keras dan tidak senonoh.” . Untuk para penikmat puisi, selamat melambat bersama puisi-puisi dalam buku ini.
Buku kecil berjudul HAM: KEBHINNEKAAN, INKLUSIVITAS dan KETANGGUHAN MASYARAKAT ini lahir dari keikutsertaan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP), Fakultas Ilmu dan Teknologi Lingkungan, Unika Soegijapranata dalam Festival HAM yang diadakan oleh Pemerintah Kota Semarang bersama INFID (International NGO Forum on Indonesian Development) pada tanggal 16-19 November 2021. Tujuan dari Festival HAM ini adalah―seperti yang tertulis di “Kerangka Acuannya: FESTIVAL HAK ASASI MANUSIA 2021 - Bergerak Bersama Memperkuat Kebhinekaan, Inklusi dan Resiliensi”―untuk menjadi ruang berbagi antar pemangku kepentingan dengan mendiskusikan, bertukar praktik-baik dan inovatif dalam pemajuan dan pemenuhan hak asasi manusia di tingkat daerah.
Satu setengah tahun mengalami pandemi ini juga tidak bisa dihadapi dengan hanya fokus kepada sektor Kesehatan semata, dunia Pendidikan yang menjadi bidang utama dari universitas ini juga membutuhkan perhatian yang serius. Tidak hanya untuk menjalankan proses pembelajaran dan beradaptasi dengan normalitas baru, tetapi tentunya juga untuk tetap bergerak mengembangkan berbagai inovasi baik demi kepentingan ilmu pengetahuan maupun untuk kesejahteraan manusia pada umumnya. Maka, sekalipun masih ada ancaman dari berbagai varian baru, tidak bisa disikapi dengan hanya diam karena hidup berarti melakukan perubahan. Padahal perubahan itu dilakukan dengan melakukan Gerakan. Untuk Hidup kita harus bergerak bahkan hidup adalah gerak itu sendiri. Inilah kumpulan tulisan yang menunjukkan Unika SOEGIJAPRANATA tetap bergerak untuk hidup dan tetap menggerakan kehidupan itu sendiri. Istilah generasi ini… MOVE ON
The book provides a comprehensive overview of the literature on religion, conflict, and peacebuilding. With a focus on structural and cultural violence, the volume also offers a cutting edge interdisciplinary reframing of the scope of scholarship in the field.
Minority Stages: Sino-Indonesian Performance and Public Display offers intriguing new perspectives on historical and contemporary Sino-Indonesian performance. For the first time in a major study, this community’s diverse performance practices are brought together as a family of genres. Combining fieldwork with evidence from Indonesian, Chinese, and Dutch primary and secondary sources, Josh Stenberg takes a close look at Chinese Indonesian self-representation, covering genres from the Dutch colonial period to the present day. From glove puppets of Chinese origin in East Java and Hakka religious processions in West Kalimantan, to wartime political theatre on Sumatra and contemporary Sino-Sun...