You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Blogger nggak bisa nulis buku? Kok bisa sih! Blogger itu ya penulis, hanya medianya saja yang berbeda. Blogger memakai blog, sedangkan penulis lewat media massa--cetak maupun online. Ritme aktivitas seorang blogger dan penulis itu sama persis. Mulai dari memikirkan ide tulisan, membuat tulisan baru dari hari ke hari, mengedit tulisan, dan mempublikasikan hasil karyanya. So, jangan ngaku-ngaku blogger deh kalau nggak bisa nulis buku!
Sepakbola, olah raga terpopuler sejagat ini dimainkan oleh manusia juga. Karenanya ada saja hal-hal aneh dan di luar kelaziman yang terjadi dalam dunia sepakbola. Bukankah manusia itu tempatnya salah dan khilaf? Buku ini mengangkat peristiwa-peristiwa aneh nan lucu yang pernah terjadi di jagat bola bundar. Bacalah, dan Anda akan tahu betapa ternyata sepakbola itu tak hanya seru, tapi juga lucu.
"Based on a doctoral dissertation submitted to the Australian National University in 1967."
This book deals with the role and authority of such traditionalist Muslim scholars as A. Mustofa Bisri and Emha Ainun Nadjib in seeding religious pluralism in Indonesia. It shows that it is not necessary to base religious pluralism on "liberal" or "modernist" stances but rather on "traditionalist" attitudes. Religious pluralism can be smoothly connected to "traditionalism", so that this may preserve greater credibility in the population. Traditionalist scholars may play a considerable role in promoting religious pluralism in the society, in general, and among anti-pluralist groups, in particular. The account of the role and authority of these traditionalist scholars is significant in revealing the prospects for religious pluralism in the country. (Series: ?Southeast Asian Modernities, Vol. 17) [Subject: Religious Studies, Southeast Asian Studies, Islamic Studies]
At the completion of this critical bibliography which forms another step in the direction of the realization of the bibliographical project inaugurated in 1955 by Dr. Voorhoeve's survey of the languages of Sumatra, I acknowledge with gratitude the valuable assistance received from various people. I am indebted to my colleagues Prof. Dr. G. W. J. Drewes, Dr. J. Noorduyn, Dr. Th. Pigeaud, Prof. Dr. A. Teeuw and Dr. P. Voorhoeve, who read all or part of the manuscript and who generously put their extensive knowledge of the Java languages at my disposal. Heartfelt thanks are due to Mr. B. J. Hoff and Mr. A. G. Sciarone, both members of my staff, who verified many of the biblio graphical details. I am grateful to the library of the University of Leiden and to the library of the Institute in The Hague because of their readiness in giving me all the facilities I needed for the preparation of this book. Most useful was the cordial assistance received from my colleague Prof. Dr. P. E. de Josselin de Jong, who spent much time correcting the many imperfections of my English text, which greatly promoted the readability of the narrative sections of this survey.
The present "Literature Qf Java, Catalogue Raisonne Qf Javanese Manuscripts" is a publicatiQn of the Library Qf the University Qf Leiden. It is no. IX Qf the series "CQdices Manuscripti" published by this Library, and it is made available tOo the public by the RQyal Institute Qf Linguistics and AnthropQoIDgy. Originally the wQrk was Qnly meant to be a sequel tOo Dr H.H. Juynboll's "Supplement Dp "den CatalQgus van de J avaansche en Madoereesche Handschriften der Leidsche "Universiteits-BibliQtheek" in two volumes. The second volume appeared in 1911. It soon became clear, hQwever, that this was the Dpportunity tOo publish an English Catalogue which could be used as an introductiDn to the stud...
Mereka yang Tak Pernah Mati adalah kisah tentang orang-orang yang patut menjadi suri tauladan. Lewat perspektif budayawan Emha Ainun Najib, kita akan belajar menjadi manusia yang lebih arif dalam berelasi dengan sesama, dan terutama menaruh hormat terbesar kepada Sang Pencipta. anusia disayang dan dicintai oleh Penciptanya. Dia diperintahkan hidup di Bumi dengan perjanjian cinta: Allah mencintainya dan manusia juga mencintai-Nya. Mencintai Allah berarti mengarahkan hidup untuk kembali menyatu dengan-Nya. Hendak menjadi apa pun di dunia—seniman, petani, pejabat, pengusaha, atau lainnya—sama saja: Manusia harus mengelola seluruh faktor dalam hidup agar tiba kembali dan diterima di rumah-Nya. Namun, cara Allah menunjukkan cinta kepada hamba pilihan-Nya bisa dalam macam-macam rupa, dan terkadang seperti siksaan bagi jasad fana ini. Padahal bisa jadi Allah sedang menjaga manusia pilihan itu dengan memagarinya dari berbagai kemungkinan buruk.
None
Buku ini merekam dentam panggung musik dan detak diskusi literasi di pergelaran tahunan MocoSik Festival pada tahun 2018 di Yogyakarta. “Puisi itu Membuat saya bahagia. Saya mencoba membagi kebahagiaan dengan orang lain.” – Sapardi Djoko Damono, Penyair “Menulis adalah mencurahkan perasaan dengan terlebih dahulu direnungkan. Kata-kata akan berbicara lebih bila direnungkan dahulu: itu yang disebut sebagai proses kreatif.” – Seno Gumira Ajidarma, Prosais “Konser Festival MocoSik 2018 yang memadukan buku dengan lagu ini bagus. Kita mengajak semua anak-anak remaja untuk kembali ke buku. Giat dan gemar membaca buku. Dengan buku, kita akan tambah pengetahuan dan cepat mengingatnya. S...
Ada satu percakapan yang melibatkan Einstein di Princeton tahun 1946. Para saintis ditanya, “Anda bisa membuat bom atom. Bisa menelaah struktur atom, tapi tidak bisa men-device secara politik, yang membikin atom tidak merusak kita?” Einstein menjawab, “Itu sederhana. Sebab politik lebih susah daripada fisika.” Einstein tidak mengglorifikasi sains. Dan memang tidak sepatutnya diglorifikasi. Dalam banyak hal, sains itu pemilik problem. Dan itu bukan soal baru. Sains itu prestasinya luar biasa dan karena itu memperoleh otoritasnya. Dalam pemikiran mutakhir, sejak abad ke-19, mulai ada kritik terhadap sains. Martin Heidegger mengatakan, “Science doesn’t think.