You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Dokumen asli berupa notulen sidang BPUPK (28 Mei-16 Juli 1945) dan PPKI (18-22 Agustus 1945) sesungguhnya bukanlah dokumen biasa yang kering makna dan kisah. Membacanya lembar demi lembar, notulen itu bagaikan rangkaian kisah yang menyusun sebuah drama dengan para pendiri bangsa sebagai lakon sekaligus bidan dalam pentas sejarah kelahiran Indonesia. Mulai dari adegan penyampaian buah pikir, adu debat, intonasi yang meninggi hingga pukulan tangan di atas meja sebagai pelampiasan kekesalan, tetapi ada pula air mata yang menetes dan sikap ikhlas mau berbagi dan menerima. Dengan bahasa kata dan cinta, buku ini hadir dengan harapan semoga masyarakat Indonesia bisa merasakan bahwa negara bangsanya telah dilahirkan oleh cinta. Cinta kepada Tuhan dan kepada sesama.
Pendidkan dan pembelajaran merupakan dua sisi yang berbeda sekaligus bersentuhan erat. Pembelajaran merupakan manifestasi inti pendidikan pada tempat dan situasi apapun. Praktik pendidikan dan pembelajaran yang tidak dipandu oleh teori atau ilmu pendidikan merupakan awal dari bencana proses kemanusiaan, pemanusiaan, dan kebudayaan. Langkah awal dalam proyek pemberdayaan kehidupan bermartabat, pendidikan harus tumbuh dan berkembang sesuai tuntutan zaman. Situasi dan kondisi apapun, pendidikan wajib dan terus berjalan seiring waktu. Seperti yang saat ini kita rasakan di zaman keberlimpahan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi yang sangat mendukung terhadap berjalannya pendidikan dan ilmu pengetahuan seperti halnya pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia. Terbitnya buku bunga rampai ini merupakan bentuk sumbangsih pemikiran, gagasan, metode, dan praktik dalam dunia ilmu pengetahuan utamanya pendidikan Bahasa Indonesia yang sesuai dengan zamannya. Semoga bermanfaat dan salam literasi.
Representasi fiksi dan fakta, maka masalah-masalah pokok yang dibicarakan dalam buku ini meliputi eksistensi sastra baik dalam bentuk fiksi maupun kritik yang sangat berkaitan dengan masyarakat dan kebudayaan. Sesuai dengan lahirnya teori-teori kontemporer dan keberlimpahan teknologi informasi, maka intensitas pembicaraan dan gagasan yang disampaikan menyesuaikan dengan zaman dan generasi pembaruan ini. Seiring menampilkan cara-cara pemahaman yang baru, sebagai paradigma perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama, bidang sastra merupakan kajian yang sangat mendukung terhadap kekayaan intelektual masyarakat modernis, yang sangat peduli terhadap bidang kajian sastra dan segala bentu...
Pada 27 Juli 1946, PM Soetan Sjahrir dan K.L. Punjabi menandatangani perjanjian bahwa Indonesia akan mengirimkan 700.000 ton beras untuk India yang sedang menderita kelaparan. Sebuah kisah tentang solidaritas kedua negara yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman kolonialisme, tetapi jarang dikaji sehingga pudar dalam ingatan generasi muda. Buku ini merupakan hasil penelitian bertahun-tahun atas arsip sitaan Dinas Intelijen Belanda (NEFIS) dan dokumen lainnya, merangkai penggalan demi penggalan informasi demi menyajikan sejarah pengiriman beras oleh Indonesia untuk India di masa revolusi secara apa adanya. ÒAlangkah indahnya jika solidaritas barter antara beras dari Indonesia dan tekstil serta perkakas pertanian dari India diteruskan dengan barter di bidang pendidikan, teknologi, dan investasi. Jika dua negara besar, dengan kekayaan sumber daya alam serta sumber daya manusia ini bekerja sama dengan semangat kemerdekaan, maka mereka bisa memimpin duniaÑtidak dengan menjajah, tapi dengan solidaritas.Ó Hira Jhamtani Keturunan Sindh India, pengamat kehidupan, penulis lepas, dan penulis buku The Landless Winners: Hindu Sindhis in Indonesia.
Sebagai negara yang baru saja menyatakan kemerdekaannya, Indonesia tentu saja membutuhkan pengakuan dari dunia internasional atas kelahirannya. Sayangnya, tidak semua negara bersedia memberikan perhatiannya. Dalam keadaan tanpa teman itulah, India menjadi sebuah perkecualian. Walau masih harus berseteru dengan Inggris untuk mendapatkan kemerdekaannya, India menawarkan diri menjadi sobat setia bagi Indonesia yang tengah berseteru dengan Belanda di meja perundingan dan di medan tempur. Keempatnya berkelindan, saling beradu siasat untuk mengalahkan seterunya, atau paling tidak membuat lawannya mengalami kerugian. Buku ini menguraikan jalan cerita dari drama yang terjadi di antara sobat dan sete...
Siapapun yang meneliti etnik Tionghoa Indonesia, dipastikan pernah membaca karya-karya Leo Suryadinata, setidaknya mengenal namanya. Dengan publikasinya dalam berbagai bahasa, pria kelahiran Jakarta ini telah memberikan pengetahuan mengenai etnik Tionghoa dalam berbagai aspeknya. Terlebih di masa Orde Baru, tulisan Leo berkontribusi memberikan perspektif yang berbeda dari versi penguasa. Pada 2021, peneliti senior ISEAS Singapura ini merayakan ulang tahunnya ke-80. Keluarga besar NGGOTIO (Nggosipin Tionghoa, Yuk!) tidak mau melewatkan momen istimewa ini. Hasilnya adalah festschrift yang berisi persembahan dari 12 penulis sebagai bukti penghormatan untuk Leo Suryadinata.
In a riveting narrative that includes information from newly declassified documents, acclaimed historian Richard B. Frank gives a scrupulously detailed explanation of the critical months leading up to the dropping of the atomic bomb. Frank explains how American leaders learned in the summer of 1945 that their alternate strategy to end the war by invasion had been shattered by the massive Japanese buildup on Kyushu, and that intercepted diplomatic documents also revealed the dismal prospects of negotiation. Here also, for the first time, is a comprehensive account of how Japan's leaders were willing to risk complete annihilation to preserve the nation's existing order. Frank's comprehensive account demolishes long-standing myths with the stark realities of this great historical controversy.
An obvious hiatus amidst the abundance of Pacific War studies is the story of Indonesia during that period. The Encyclopedia of Indonesia in the Pacific War, edited under the aegis of the Netherlands Institute for War Documentation, now fills that gap. This state of the art work reflects the different experiences and historiographic traditions of Indonesians, Japanese, and Dutch. The aim is to present the developments in the Indonesian archipelago in as much a rational and dispassionate way as possible, taking into account regional and social variations and interpreting them within the international context of pre- and post-war trends. With due acknowledgement of different perspectives, ambiguities, unresolved issues and conflicting views, it sets out to enhance mutual understanding and academic dialogue.
This is an intensive study of Indonesian politics from the attainment of full independence in December 1949 to the proclamation of martial law in March 1957, and President Soekarno's subsequent establishment of "guided democracy". It is intended as a contribution to the ongoing discussion of democracy in the new states of Asia and Africa, of the ways in which Western political institutions are transformed when employed in non-Western social settings, and of the obstacles to be overcome if such institutions are to operate in consonance with the authority systems of new nations and with their solution of economic and administrative problems. Now brought back into print as a member of Equinox P...