You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Pada era reformasi ini, partai politik kerap dirundung oleh persoalan konflik internal dan perpecahan partai. Partai-partai berpengaruh yang memiliki kursi di parlemen nasional, tanpa terkecuali, pernah mengalami konflik. Konflik internal partai itu, bahkan beberapa di antaranya berujung pada keretakan dan pembentukan partai-partai baru. Situasi ini tentunya amat disayangkan mengingat partai memiliki fungsi sentral untuk melakukan rekrutmen jabatan politik penting, komunikasi politik, kontrol politik, serta mendorong konsolidasi demokrasi di Indonesia. Hal yang menjadi pertanyaan adalah mengapa konflik internal dan faksionalisasi partai kerap terjadi, padahal, sejak tahun 2002, Undang-Undang telah disusun untuk mencegahnya. UU Partai Politik telah mengatur secara khusus mengenai manajemen konflik partai, bahkan melakukan beberapa kali amandemen untuk menyempurnakannya. Pertanyaan besar lainnya adalah, apa saja dampak dari berbagai konflik internal dan perpecahan partai terhadap organisasi partai, sistem kepartaian dan demokrasi di negeri ini. Buku ini mengulas secara lengkap sebab dan dampak dari konflik internal dan perpecahan partai politik yang berlangsung selama era reformasi
Dengan hanya menyebutkan nama Megawati, Prabowo, Gus Dur, Amien Rais, dan Surya Paloh, tentu kita sudah dapat membayangkan partai-partai apa saja yang direpresentasikan oleh masing-masing elite tersebut. Pada era reformasi ini, justru identitas individu elite melekat pada partai politik dengan sangat kuat. Sosok ketua umum atau jabatan strategis lainnya tidak hanya menjadi pemimpin dan pengelola partai politik, tetapi lebih dari itu menjadi citra (image) partai politik. Hal ini sesungguhnya menandakan adanya gejala personalisasi politik pada partai-partai politik di Indonesia. Personalisasi partai politik tidak hanya berlangsung pada satu dua partai saja, tetapi dialami atau pernah menggejala hampir di semua partai berpengaruh di Indonesia dalam dua dekade terakhir. Mengapa partai-partai politik di Indonesia mengalaminya? Padahal, Undang-Undang Partai Politik kita telah dirancang sedemikian rupa agar partai politik menjadi institusi yang demokratis. Lalu apa dampak personalisasi partai terhadap sistem kepartaian dan demokrasi negara ini. Buku ini mengulas secara komperehensif sebab dan dampak dari terperangkapnya partai-partai pada kecenderungan personalisasi politik.
Gagasan yang dimuat dalam tulisan ini berangkat dari tingginya pelanggaran pidana dalam pemilu di Indonesia, sehingga perlu dilakukan sebuah pengkajian terhadap perlunya penguatan kewenangan Bawaslu dalam penyelenggaraan pemilu, agar dapat memperbaiki kualitas pemilu, dan menciptakan praktek penegakan hukum Pemilu yang baik di Indonesia. Peran Bawaslu yang lebih banyak berfokus pada pengawasan dan penyelesaian pelanggaran Administrasi Pemilu, ternyata tidak dapat diukur sejauh mana tingkat keberhasilannya. Jika pengawasan diharapkan untuk menekan jumlah terjadinya kecurangan dan keberatan dalam proses penyelenggaran pemilu, hal ini justru tidak terwujud, jika melihat angka pelanggaran Pidana...
Pemilu 2019 untuk pertama kalinya diselenggarakan dengan skema serentak. Dalam skema ini, pemilihan anggota legislatif dan pemilihan presiden dan wakil presiden dilaksanakan dalam waktu bersamaan. Skema ini berbeda dengan skema pemilu-pemilu sebelumnya di era reformasi, yakni pemilihan legislatif pelaksanaannya mendahului pelaksanaan pemilu presiden dan wakil presiden. Dengan skema keserentakan, yang dicermati adalah bagaimana partai politik menyiapkan calon atau kandidatnya baik untuk pemilu legislatif maupun pemilu presiden. Bagi partai politik, untuk mendapatkan calon-calon yang akan diajukan dalam surat suara pemilu dilakukan melalui proses seleksi. Selain kandidasi, partai politik juga membangun koalisi untuk mengajukan calonnya dalam pemilihan presiden. Buku ini mengkaji mengenai kandidasi dan koalisi partai politik pada Pemilu Serentak 2019. Di dalamnya membahas sistem pemilu serentak, kandidasi untuk pemilihan legislatif tingkat pusat, kandidasi pemilihan presiden, dan koalisi partai politik.
Buku ini berisi tentang 34 cerita mengenai praktik ekonomi hijau dari provinsi-provinsi yang ada di Indonesia sebelum adanya penambahan. Didasari oleh lima kategori sektor yang tertuang pada dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) untuk berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), yakni energi, limbah, kehutanan, pertanian dan industri, buku ini mengangkat cerita menarik yang merupakan hasil riset kualitatif kerja sama Badan Pusat Statistik dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BPS-BRIN) pada tahun 2022. Bisa dikatakan, melalui buku ini, terdapat gambaran praktik baik yang menyeluruh dari wilayah Indonesia untuk pertama kalinya tentang ekonomi hijau yang disajikan dal...
Pemilu di Indonesia sejak 1955 hingga saat ini mengalami banyak perkembangan dari aspek kerangka hukum, penyelenggara, tahapan, kelembagaan, peserta, pengawasan, penyelesaian sengketa dan pelanggaran, dan manajemen pelaksanaannya. Kerangka hokum Pemilu sebagai prasyarat utama seharusnya dapat memberi landasan yang menjamin kepastian hukum serta terpenuhinya tujuan dan asas-asas Pemilu. Sayangnya, meski tiap menjelang Pemilu selalu ada perubahan UU Pemilu dan aturan pelaksanaannya, nyatanya masih ada kekurangan di sana sini. Meski demikian, Indonesia patut dicatat sebagai negara yang berhasil melaksanakan Pemilu secara rutin dan memilih wakil rakyat di DPR dan DPRD serta anggota DPD, dan juga presiden dan wakil presiden. Buku ini memaparkan Pemilu di Indonesia dari beberapa aspeknya, sejak Pemilu 1955 hingga Pemilu 2014. Kerangka hukum Pemilu 2019 juga turut dibahas.
Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam menangani penyelesaian perselisihan hasil pemilihan kepala daerah tidaklah diatur dalam Undang-undang Undang Dasar 1945, terjadi perdebatan penambahan kewenangan yang dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi merupakan inkonstitusional. Dalam Pasal 22 E Undang-Undang Dasar 1945 secara tegas menyatakan Pemilihan Umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden, dan Dewan Perwakilan Rakyat dan kewenangan Mahkamah Konstitusi salah satunya adalah memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum.
“Jalan Terjal Menuju Pemilu 2014, Paradigma Baru Pengawasan Pemilu”. Begitulah kami memberi tajuk buku seri politik ini. Secara sederhana, dari tajuk tersebut dapat dimaknai bahwa buku ini hendak bertutur tentang betapa tidak-mudahnya jalan terselenggaranya pesta demokrasi lima tahunan yang memuaskan semua pihak –terutama rakyat dan partai politik. Bahkan, buku ini sampai mengupas secara khusus kegaduhan politik yang bakal meruyak di tahun 2013-2014 yang dalam kalender Cina dikenal pula sebagai Tahun Ular. Maklum, sepanjang tahun 2013 sampai sekitar April 2014, kita bakal disuguhi prosesi perhelatan demokrasi politik mulai dari penetapan partai politik peserta Pemilu 2014 sampai berpun...
None
On process and result of 2014 elections in Indonesia.