You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Hamka, ulama besar pimpinan pusat Muhammadiyah, pernah bergurau ketika melukiskan keadaan dirinya sebelum masuk Tarekat Qƒdiriyyah-Naqsyabandiyyah (TQN) dan menjadi murid (ikhwan) Abah Anom. Ulama pejuang ini berujar bahwa dirinya bukanlah Hamka, tetapi ?Hampa?. Katanya, ?Saya tahu ilmunya (tasawuf), sejarahnya sudah di luar kepala, saya paham para tokoh dan pemikirannya, yang saya tuliskan dalam buku-buku saya. Namun, saya tidak termasuk di dalamnya, karena itu saya mau masuk.?ÿ Itulah penggalan kisah Hamka dengan K.H. Ahmad Shohibul Wafa Tadjul Arifin atau lebih dikenal Abah Anom. Abah Anom (1915-2011) adalah sosok mursyid (guru-ruhani) yang fenomenal. Bagai bintang yang menebar cahaya z...
Knowing is a mode of being. Mengetahui dan pencarian atas pengetahuan untuk meraih kebijaksanaan adalah cara manusia menjadi “ada”. Kegiatan “ilmiah” dan peristiwa epistemologis yang melingkupinya merupakan modus operandi wujud kita. Lewat ilmu bukan hanya kualitas kemanusiaan semakin luhur (humanisasi), namun juga iman akan menemukan kematangannya (transendensi). Aktivisme yang didasarkan pada pengetahuan jauh lebih tepat ketimbang kegiatan yang tak melibatkan pengetahuan. Knowledge is for the sake of action. Dewasa ini, pada era digital yang ditandai kehadiran “kecerdasan artifisial”, ilmu dan teknologi bukan hanya penting tapi menjadi penentu dalam merumuskan berbagai hal. Kno...
Sufisme (tarekat) pesan intinya adalah untuk membangun manusia berakhlak mulia...Bukankah tujuan inti dilahirkannya Kanjeng Nabi adalah mewujudkan akhlak mulia. Di titik akhlak ini, sufisme dan Sunda menemukan irisannya yang sama. Buku Asep Salahudin mengajak kita untuk memikirkan kembali kesamaan-kesamaan itu. (H. Iwan R. Prawiranata, M.A., Ph.D., Rektor IAILM Pesantren Suryalaya Tasikmalaya)
Buku ini adalah sebuah karya penulis yang dikumpulkan dari media sosial Facebook. Sesuai pengakuan dari penulis bahwa antologi tulisan yang berjumlah 490 judul ini ditulis selama satu tahun dari Mei 2021 sampai Akhir Mei 2022. Tulisan ini pun adalah kelanjutan dari Buku kesatu yang memiliki genre yang sama dengan Judul: Jejak Pemikiran Di Media Sosial yang diterbitkan oleh Pustaka Turats pada bulan Maret 2021. Isi tulisan merupakan pemikiran-pemikiran genit penulis terkait banyak hal yaitu tentang ajaran agama, terutama agama Islam, Kristen dan Yahudi, tentang wali, ulama dan pesantren, tentang politik, tengtang sains dan teknologi terutama perkembangan ilmu pengetahuan saat tulisan ini ditu...
Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan upaya penulis untuk mengembangkan wacana keislaman dan kebangsaan yang ditempatkan dalam konteks deradikalisasi agama. Tawaran penulis sangat strategis: menjadikan Pancasila sebagai basis konseptual bagi proses deradikalisasi Islam. Proses deradikalisasi ini memang menuntut peran negara yang lebih besar melalui penguatan Pancasila (pada tataran pemahaman dan pelaksanaannya), terutama untuk kalangan umat beragama, agar umat tidak terjebak di dalam paham keagamaan radikal. Hal ini didasari oleh tesis penulis bahwa Pancasila, yang diawali oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan dasar negara serta ideologi politik religius. Dengan demikian tidak ada alasan bagi kelompok agama untuk membenturkan dasar negara nasional dengan keimanan yang diyakini.
Buku ini ditulis dan diterbitkan atas pengalaman dan pembelajaran penulis bersama saya sebagai bagian dari keluarga besar Nahdlatul Ulama. Sebagai Rektor Institut Nahdlatul Ulama (INU) Tasikmalaya, saya berbahagia karena bisa membersamai penulis dalam proses penulisan, pengeditan dan publikasi. Tentu ini bukan hal yang mudah namun dengan kerja keras, maka seluruh buku bisa tuntas walau pun agak telaat. Tentu saja buku ini mengandung banyak catatan penulis saat mengikuti Rakernas Lembaga Pendidikan Tinggi NU di Medan tahun 2023. Di dalamnya ada gagasan-gagasan yang brilian dari para tokoh pendidikan dan Islam di negeri ini mulai dari Wakil Presiden, Ketua PBNU, Menteri Agama, Mensesneg, Mendi...
Kekristenan tidak hidup dalam kesendirian, melainkan selalu berinteraksi dengan agama-agama yang lain, yang jika tidak mempunyai sikap yang baik dan toleransi, tentunya konflik akan menjadi tantangan yang sangat serius. Oleh sebab itu, khususnya kekristenan perlu melakukan suatu pendekatan-pendekatan yang tepat, guna kepentingan keharmonisan dan sikap saling menghargai diantara agama-agama, sehingga bisa meminimalkan konflik antar agama. Buku ajar ini dibuat untuk dapat memberikan kontribusi akademis bagi kemajemukan beragama yang ada di Indonesia.
Tidak banyak orang yang dianugerahi karamah oleh Allah Swt. Sebab, karamah tidak diberikan kepada sembarang orang, melainkan kepada orang-orang terpilih, baik karena ketaatan atau hal lain yang hanya diketahui oleh Allah Swt. Namun, hingga saat ini, masyarakat luas mengenal karamah sebagai suatu peristiwa yang luar biasa, keramat, gaib, bahkan menakutkan. Buku ini menyajikan beragam karamah para wali atau kekasih Allah Swt. Buku ini menjadi sangat penting karena tidak hanya mengulas tentang nama-nama para kekasih Allah Swt., tetapi juga perjalanan hidup dan karamah yang dimilikinya. Lebih penting lagi, buku ini memberikan pemahaman kepada pembaca bahwa karamah tidak selalu gaib atau menakutkan, melainkan nyata dan memberikan manfaat kepada manusia. Semoga Anda mendapatkan hikmah setelah membaca buku ini. Amin.
“Harus ini, wajib itu!” Ajaran dan aturan dalam Islam mungkin dirasa memberatkan dan memaksa bagi sebagian Muslim. Padahal, Islam sejatinya adalah agama kemanusiaan yang welas asih, bukan paksaan, apalagi kekerasan. Semua hal diatur sesuai konteks, sehingga sangat memungkinkan untuk diejawantahkan pada kehidupan sehari-hari berbagai zaman. Buku ini memuat penafsiran dan pemaknaan ajaran Islam yang penuh pesan cinta dengan tujuan membentuk pribadi Muslim yang damai dan bahagia. Melalui empat bab inti yang padat ilmu, kita akan diajak menenteramkan jiwa melalui Bab “Tafsir atas Ayat-Ayat Perbaikan Hati dan Jiwa”, membangun keluarga yang harmonis dalam Bab “Membentuk Rumah Tangga Qur...
Kritik sastra umum dan kritik ilmiah berkembang lewat jalurnya sendiri. Masing-masing menempati kotaknya sendiri. Mengingat sasaran pembacanya berbeda, maka kontribusi yang diberikan kritik umum dan kritik ilmiah juga berbeda. Jika ada pertanyaan: mana yang lebih baik, kritik umum atau kritik ilmiah? Jawabannya tegas: keduanya sama baiknya, jika kedua jenis kritik sastra itu disajikan secara baik dan memberi kontribusi bagi penyemarakan kehidupan sastra. Jika ada pertanyaan lagi: mana yang lebih buruk, kritik umum atau kritik ilmiah? Jawabannya tegas lagi: keduanya sama buruknya, jika kedua jenis kritik sastra itu disajikan dengan buruk dan membuat pembaca berada dalam kebingungan.