You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Ketika guru BK menulis esai (artikel), maka yang muncul di kepalanya adalah persoalan-persoalan anak di sekolah. Dari persoalan rokok, yang berjudul “Maraknya Anak Merokok di Sekolah” sampai dengan prersoalan guru sendiri dalam esai berjudul “Dilema Guru Zaman Now”—ditulis oleh 50 orang guru BK di semua jenjang SMA-SMK-PKLK. Tulisan itu menarik, seharusnya menjadi perhatian dan kajian penentu kebijakan lebih lanjut. Laakj dibaca oleh guru dan masyarakat umum.
Ada banyak pengalaman bagi guru ketika di sekolah (kelas), di masyarakat, dan setidaknya ketika berhadapan dengan siswa-siswanya. Pengalaman itu dituangkan dalam bentuk tulisan yang menarik: penuh iba, perjuangan, tantangan, dan sederet persoalan, yang kadang menggelikan, menarik, dan membosankan. Artikel ini merupakan sejenis pemikiran guru ketika berhadapan dengan persoalan itu. Menarik dibaca, dan layak dimiliki.
Jika guru SMA/SMK/PKLK yang menulis cerita, maka ceritanya pun jauh berbeda dengan cerita kebanyakan. banyak keluh kesah yang termuat di dalmnya, dan jadilah "menjemput Takdir". Ditulis oleh guru-guru SMA/SMK/PKLK se-Jatim.
Realita yang ada di sekolah di-‘potret’ di sini, menjadi pemikiran tertulis yang menarik didiskusikan lebih lanjut. Dari soal “perilaku anak yang nerokok” terhadap prstasi belajar anak itu sendiri, sampai dengan perkemahan, sebagai media pendidikan karakter di sekolah. Ditulis oleh 54 orang guru, yang setiap orang tersebut melahirkan pemikiran tentang masa depan anak, danb pembelajaran. Menarik dibaca oleh guru, orang tua, dan masyarakat luas, agar (tentunya) ikut memikirkan suasana di sekolah, karakter anak dan perkembangan pembelajaran.
None
Kisah itu pasti, sebab ia sudah berlalu; dan menjadi pajangan sejarah masa lalu. Tapi ada kisah yang tak pasti, dalam antologi featur, “Kisah (yang tak) Pasti” yang menampilkan banyak kisah di belahan bumi ini, ditulis oleh sekian orang (penulis) dengan latar belakang satu profesi: guru. Maka, kisah bisa “selalu pasti” atau malah sebaliknya, “tidak pernah pasti”, jika kisah itu berupa untaian perjalanan yang telah lalu, dan perjalanan yang akan dilalui. Itulah feature yang ditampilkan oleh para penulis kisah ini. Mereka (penulis) menyorot dari pengalamannya, atau pengalaman orang lain sebagai realitas sosial yang tentu tidak bisa diabaikan begitu saja. Sejumlah tulisan dalam bentuk feature, “Kisah (yang tak) Pasti” mengingatkan bahwa semua (perjalanan) itu tidak pasti. Jika dipanjang-panjangkan uraian ini, seakan feature yang satu dengan feature lainnya memiliki ikatan tema dan titik singgung yang menarik: sebuah “kisah” yang tak pasti.
Kisah-kisah menarik dan penuh makna lahir dari guru-guru berbakat dalam bentuk kumpulan cerpen “Lentera di Bilik Montana”. Ditulis oleh 58 orang dengan jumlah cerpen 58 pula menyiting dari berbagai kejadian, dari “Jawaban dari Kesabaran” sampai dengan “Selembar Kertas”. Cerpen tidak sekedar cerita yang datang dari ruang hampa belaka, tetapi merupakan refleksi dari kisah nyata, yang penuh haru dan liku.
Pengalaman adalah guru yang terbaik. Jika pengalaman itu dituangkan dalam tulisan, akan banyak nilai manfaatnya. Buku ini merupakan kumpulan catatan pengalaman seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Tugas guru tak sekedar mengajar-transfer ilmu, tak melulu mengerjakan tugas administrasi. Tetapi lebih dari itu guru harus ‘merdeka’ dalam menjalankan aktivitasnya. Merdeka di sini dalam arti guru memiliki kreativitas dalam mengajar, mendampingi di kelas, dan mampu meluangkan waktu untuk menulis. Selain itu tugas guru tak sekedar di kelas, tetapi disetiap ruang bisa memberi teladan, dan mengambil setiap peristiwa untuk dijadikan pelajaran yang berarti. Di dalam buku ini mengupas setiap jengkal laku kehidupan seorang guru, yang bisa diambil hikmahnya. Pada bagian pertama, berisi catatan setiap aktivitas dan kegiatan siswa di balik jendela kelas yang bernilai positif dan inspiratif. Pada bagian kedua, berisi nasehat dari setiap peristiwa yang bisa diambil hikmahnya agar bergerak dalam jalan kebenaran. Pada bagian ketiga, berisi analisis kritis terhadap realitas sosial dan pendidikan sebagai nalar mengungkap sebuah fakta. Selamat membaca!
Bukan karena tak ada tempat lain selain di gerbang sekolah. Tapi hanya di gerbang sekolah kami ada waktu dan kesempatan bertemu, lalu membincangkan sedikit hal, setidaknya kami bisa saling tatap dan melempar senyum. Lalu, aku bisikkan rindu, ketik kami lama tak bersua. Gadis semampai itu tersenyum, tapi aku tak paham makna di balik senyumnya. Itulah tema cerita fiksi dalam antologi ini.
Sang bidadari belum terbangun dari tidurnya, saat butiran-butirna peluh mengalir dari wajah sayu perempuan renta itu. Ya, aku terbiasa dengan pemandangan yang mengiris hati itu. Di saat yang bersamaan, atau berselang-seling, aku teringat dengan sosok laki-laki yang menelantarkan kami. Hari-hari kami lalui dengan berat, sekira tiga belas tahun lamanya…. Itulah petikan salah satu cerpen dalam kisah ini. Menarik dibaca, ditulis oleh guru-guru SMKN di Jawa Timur…