You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
TREN ber-”habib-habib” belakangan ini dapatlah kita pandang sebagai dinamika sosial belaka. Kita menyaksikan kecintaan masyarakat kepada habaib (bentuk jamak dari habib) tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran beragama. Di negeri berpenduduk mayoritas Islam ini, habaib tak sulit merebut hati masyarakat berkat faktor genealogis sebagai keturunan Nabi uhammad. Menguasai ilmu dan bahasa Arab yang baik—sebagian melengkapinya dengan teknik ”pemasaran” yang menarik di televisi atau panggung dakwah—mereka meroket menjadi figur yang dibicarakan luas. Bila ada yang bisa dibilang baru dari fenomena habaib belakangan ini, itu adalah munculnya tokoh-tokoh muda yang berusia 30-40-an tahun.
SETIAP kali Ramadan tiba, setiap kali pula kita menyaksikan ramai-ramai orang mendekatkan diri pada Tuhan. Masjid semarak dengan kegiatan tarawih dan tadarus. Hotel menggelar pengajian buat eksekutif. Televisi sibuk menyiarkan acara zikir bersama. Ustad-ustad pun seketika menjadi idola masyarakat. Sulit dibayangkan pencitraan ritual ibadah seperti sekarang ini terjadi sepuluh atau dua puluh tahun lalu. Zikir, yang adabnya dulu merupakan ritual sunyi dan personal, sekarang berubah menjadi begitu masif. Tablig akbar muncul di manamana. Tausiyah seorang kiai pun memerlukan lampu sorot agar bisa ditonton di seantero negeri. Ini zaman kemasan untuk segala hal, tak terkecuali kegiatan keagamaan.
SETIAP kali Ramadan tiba, setiap kali pula kita menyaksikan ramai-ramai orang mendekatkan diri pada Tuhan. Masjid semarak dengan kegiatan tarawih dan tadarus. Hotel menggelar pengajian buat eksekutif. Televisi sibuk menyiarkan acara zikir bersama. Ustad-ustad pun seketika menjadi idola masyarakat.
TAK seorang pun di antara kita tahu persis bagaimana Al-Quran dilagukan untuk pertama kali. Tiada juga jawaban untuk ertanyaan: apakah wahyu yang diterima Nabi Muhammad sudah dilampiri ”melodi”— katakanlah semacam ”notasi”? Dalam film-film cerita berlatar belakang sejarah Islam masa awal, bahkan azan pun belum berlagu ketika Bilal bin Rabah engumandangkannya pertama kali. Dalam film-film itu, Bilal—orang keenam yang memeluk Islam menurut Abdullah bin Mas’ud—setiap kali akan mengumandangkan azan, mendaki sepucuk ketinggian, semacam bukit kecil, dan dari sana berseru ke berbagai arah. Dalam perjalanan sejarah, bukit kecil itu ”dimodifikasi” menjadi menara masjid-masjid modern. Azan pada masa Bilal sama sekali QIRAAN NUSANTARA MENGAPA TIDAK tak merdu, tapi langsung menyerukan lafaz-lafaz panggilan salat itu ke sekeliling dengan suara keras.
TREN ber-”habib-habib” belakangan ini dapatlah kita pandang sebagai dinamika sosial belaka. Kita menyaksikan kecintaan masyarakat kepada habaib(bentuk jamak dari habib) tumbuh seiring dengan meningkatnya kesadaran beragama. Di negeri berpenduduk mayoritas Islam ini, habaib tak sulit merebut hati masyarakat berkat faktor genealogis sebagai keturunan Nabi Muhammad.
TAK seorang pun di antara kita tahu persis bagaimana Al-Quran dilagukan untuk pertama kali. Tiada juga jawaban untuk pertanyaan: apakah wahyu yang diterima Nabi Muhammad sudah dilampiri ”melodi”— katakanlah semacam ”notasi”? Dalam film-film cerita berlatar belakang sejarah Islam masa awal, bahkan azan pun belum berlagu ketika Bilal bin Rabah mengumandangkannya pertama kali
Buku ini menceritakan sejarah SMA 8 mulai dari saat berdiri dan diresmikan oleh Gubernur DKI Ali Sadikin pada 30 Maret tahun 1971 hingga kemajuan yang dicapai oleh sekolah yang sering terkena banjir ini, hingga bisa menduduki prestasi menjadi Sekolah Menengah Atas peringkat dua (2) nasional sampai saat ini. Suatu perjalanan sejarah prestasi yang tentunya membanggakan bagi segenap guru-guru dan alumninya, di mana saya pernah mengenyam pendidikan di sekolah ini pada periode 1980-1983. Letjen TNI (Purn) M. Herindra Ketua Ikatan Alumni SMAN 8 Jakarta, Wakil Menteri Pertahanan RI Meskipun buku ini secara khusus menceritakan kisah 51 guru yang mendedikasikan hidupnya untuk SMAN 8 Jakarta, tetapi s...
Pada tahun 2009, Habib Umar bin Hafidz menempati urutan ke-36 sebagai ulama yang sangat berpengaruh di dunia. Sepuluh tahun kemudian, yakni pada 2019, beliau menempati urutan ke-8 sebagai ulama yang sangat berpengaruh di dunia. Pertanyaannya, apa yang menyebabkan reputasi, popularitas, dan terutama pengaruh Habib Umar bin Hafidz bisa demikian tinggi? Jawabannya tiada lain ialah karena gerak-gerik, pergaulan, keteduhan, dan sikap bersahabat beliaulah dalam berdakwah yang menyebabkan umat Islam merasa senang, welcome, dengan kehadiran beliau. Bahkan, bukan hanya umat Islam, orang-orang di luar Islam pun memberikan simpati dan kekaguman yang luar biasa atas sikap salah satu putra terbaik Tarim ini. Nah, buku ini mengupas tuntas biografi Habib Umar bin Hafidz, strategi dakwahnya, gagasan-gagasannya yang cemerlang, karamahnya yang menakjubkan, fatwa-fatwanya yang menyejukkan, intisari karya-karyanya, dan lain sebagainya. Selamat membaca!
Ada puluhan merek Indonesia yang mampu bertahan lebih dari setengah abad. Bahkan ada kopi yang sudah diproduksi sejak 1878. Hampir seluruhnya dibuat oleh saudagar Cina dalam industri rumahan. Mereka tetap jaya karena cerdas membaca kemauan pasar, cepat memodernisasi diri, dan cakap membuat inovasi.