You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Biography of thirteen Indonesian Muslim women leaders in Islamic education.
Just like the Gutenberg revolution in the fifteenth century, which led to the emergence of non-conventional religious authority in the Christian world, the current information technology revolution, particularly through mediums such as Facebook, Instagram, YouTube, and Twitter, has triggered the re-construction and decentralization of religious authority in Islam. New santri (pious individuals) and preachers emerged from the non-conventional religious educational system. They not only challenged the traditional authorities, but also redefine and re-conceptualize old religious terminologies, such as hijra and wasatiyya. This book explores the dynamics of religious authority in Indonesia with ...
This book examines gender, state and social power in Indonesia, focusing in particular on state regulation of divorce from 1965 to 2005 and its impact on women. Indonesia experienced high divorce rates in the 1950s and 1960s, followed by a remarkable decline. Already falling divorce rates were reinforced by the 1974 Marriage Law, which for the first time regulated marriage for both Muslim and non-Muslim Indonesians and restricted access to divorce. This law defined the roles of men and women in Indonesian society, vesting household leadership with husbands and the management of the household with wives. Drawing on a wide selection of primary sources, including court records, legal codes, new...
Buku ini mengenai ilmu akhlak membahas tentang seputar akhlak terpuji dan tercela, ilmu akhlak menuntun manusia untuk berbuat baik dan bagaimana melakukannya. Selain itu, agar manusia dapat menghindari sifat-sifat buruk.
Buku ini adalah salah satu upaya Majelis Ulama Indonesia Kota Medan untuk memperkenalkan ulama perempuan kota Medan. Tentu saja pertanyaannya adalah, mengapa Ulama Perempuan? Jawabannya adalah, Ulama laki-laki sudah banyak ditulis orang sebagaimana yang terdapat di dalam buku-buku ataupun artikel ilmiah. Mereka umumnya lebih dikenal di masyarakat baik oleh kaum bapak ataupun kaum Ibu. Selanjutnya, sebagaimana yang dijelaskan Azyumardi Azra di dalam salah satu artikelnya, Ulama perempuan sangat jarang ditulis biografinya tidak saja di dalam negeri tetapi juga di luar negeri. Dalam konteks mengisi kekosongan inilah buku ini lahir.
Bagi masyarakat Madura, nyai tidak hanya menjadi simbol keilmuan dan keagamaan, tetapi juga sebagai simbol perlawanan atas berbagai ketidakadilan. Meskipun ketokohannya kerap dianggap tidak sentral di dalam masyarakat patriarki di Madura, ternyata para nyai memiliki peran yang signifikan, yang berhasil melakukan negosiasi sosio-kultural sehingga pengaruhnya melampaui segala asumsi yang mengecilkan eksistensinya. Itulah sebabnya, masyarakat Madura menempatkan sosok nyai sebagai ulama perempuan dalam berbagai konstruksi, yaitu konstruksi sejarah, agama, sosial, dan budaya. Dalam konstruksi budaya, nyai dipandang ajeg dalam menjaga tradisi. Dalam konstruksi sosial, mereka ditempatkan sebagai so...
Buku ini membahas pemikiran beberapa gerakan Muslim Indonesia seperti Nahá¸atul Ulama (NU), Muhammadiyah, Salafi dan Hizbu Tahrir Indonesia (HTI) terhadap permasalahan hak-hak perempuan di dalam hukum Islam. Hak-hak tersebut, yakni hak kepemimpinan, akses pendidikan dan ekonomi, pekerjaan, serta setara bagi waris, nasab anak luar nikah dan politik. Buku ini membuktikan bahwa pemikiran hukum Islam atas fatwa ulama NU-Muhammadiyah cenderung moderat-progresif, berbeda dalam hukum hak waris, status nasab anak luar nikah, Muhammadiyah cenderung konservatif-literal. Sebaliknya, pemikiran hukum Islam ulama Salafi-HTI cenderung konservatif-literal dalam kepemimpinan, tetapi dalam hak pendidikan dan...
Dunia Ini sudah hancur. Banyak kerusakan akhlak dimana-mana. Dengan hadirnya buku ini sangat bermanfaat buat Niha dan anak-anak lainnya. Niha setuju banget, buku ini ada dan diterbitkan. [Mizan, Hikmah, Cerita Anak, Indonesia]
Buku ini menyoroti kaitan yang tidak segera tampak antara Islam dan komersialisasi di Indonesia, negara yang mengalami kebangkitan Islamisasi di tengah kehidupan demokrasi yang baru. Pengarang membahas bagaimana media dalam hal ini: televisi berelasi dengan identitas penonton. Dengan menganalisis studi-studi kasus di banyak wilayah di Indonesia, buku ini menunjukkan bahwa televisi telah mendemokratisasikan hubungan ulama/ustad dengan jamaah (umat Islam kebanyakan). Secara khusus, ditilik pula bagaimana kelas menengah memberi dampak terhadap dakwah komersial dan media, serta bagaimana terjadi simbiosis mutualisme antara kecemasan kelas menengah Muslim dan kekuatan pasar. Dengan menelisik kesalinghubungan antara ekspresi keislaman, televisi komersial, dan imajinasi nasional, ditunjukkan di sini bahwa komersialisasi Islam melalui jejaring televisi nasional menyingkap pelbagai ekspektasi dan kesenjangan di antara kelompok-kelompok etnis/keagamaan, dan antar-daerah. [Mizan Publishing, Mizan, Agama, Islam, Sosial, Indonesia]