You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
What should be the place of Shari‘a—Islamic religious law—in predominantly Muslim societies of the world? In this ambitious and topical book, a Muslim scholar and human rights activist envisions a positive and sustainable role for Shari‘a, based on a profound rethinking of the relationship between religion and the secular state in all societies. An-Na‘im argues that the coercive enforcement of Shari‘a by the state betrays the Qur’an’s insistence on voluntary acceptance of Islam. Just as the state should be secure from the misuse of religious authority, Shari‘a should be freed from the control of the state. State policies or legislation must be based on civic reasons accessi...
Die Wahrnehmung des Islam in Indonesien ist radikal auf seine lebensfeindlichen bis gewaltbereiten Komponenten verkürzt. Dagegen setzt Volker Gottowik einen anderen Akzent. Er fokussiert auf heterodoxe Praktiken, die im Kontext von Pilgerfahrt und Heiligenverehrung auf Java untersucht werden. Dazu gehören ritualisierte Sexualkontakte (ritual seks), die Pilger untereinander eingehen, um den Segen des verehrten Heiligen zu empfangen. Im Zentrum der Analyse stehen die gesellschaftlichen Reaktionen auf solche Praktiken. Die Rückschlüsse, die daraus gezogen werden, zeigen deutlich: Eine erweiterte Perspektive auf Islam und Islamisierung ist dringend notwendig.
Tulisan dalam buku ini kami klasifikasikan menjadi lima bagian. Bagian 1, Sketsa Biografis yang ditulis oleh Moch Nur Ichwan. Bagian 2, Pemikiran dan Kiprah, yang ditulis oleh Zuly Qodir, Maharsi, Hartono, dan Elga Sarapung. Bagian 3, Agama, Kemanusian dan Keadaban, yang merupakan sumbangan tulisan berdasarkan bidang masingmasing, namun didedikasikan untuk perayaan hari lahir Prof Machasin, yang ditulis oleh Noorhaidi Hasan, Leonard C. Epafras, Ahmad Suaedy, Muhammad Jadul Maula, Ening Herniti, Moh. Kanif Anwari. Bagian 4, Muhammad Machasin di Mata Para Sahabat, yang ditulis oleh Yahya Wijaya, Bhikkhu Sri Pannyavaro Mahathera, Rm. Budi Subanar, KH. Husein Muhammad, Nur Syam, M. Fuad Nasar, Masruchah. Bagian 5, Muhammad Machasin di Mata Para Murid, yang ditulis oleh Gede Suwindia, Ismail Yahya, Mambaul Ngadhimah, M. Solahudin, Umar Bukhory, Adi Fadli, Arif Maftuhin, Ibnu Burdah. Prolog ditulis oleh Prof. Dr. M. Amin Abdullah dan epilog ditulis oleh Prof. Dr. Phil. Al Makin.
JAKARTA -- Satu bulan terakhir komunitas muslim di Indonesia ramai membicarakan Islam Nusantara. Keriuhan tersebut muncul setelah Presiden Joko Widodo, di hadapan puluhan ribu peserta istigasah akbar dan Musyawarah Nasional Alim Ulama, di Masjid Istiqlal, pertengahan bulan lalu, mengatakan paham Islam Nusantara berperan dalam menekan angka konflik antar-umat beragama di Tanah Air.
Buku ini merupakan hasil penyusuran “kegelisahan” dan sejarah secara kritis yang dilakukan Khalil Abdul Karim, yang dalam bahasa aslinya berjudul Quraisy min al-Qabilah ila ad-Daulah al-Markaziyyah. Karena dalam sejarah Arab, Suku Quraisy dikenal sebagai suku masyhur, terhormat, dan memiliki pengaruh serta kewibawaan yang sangat besar dibandingkan suku-suku lain. Berbeda dengan sebagian besar umat Islam yang “pasrah” dengan realitas sejarah, Khalil Abdul Karim, penulis buku ini, mencoba melakukan pelacakan lebih tajam dan dalam, tepat pada jantung realitas sejarah Suku Quraisy dan Jazirah Arab pada umumnya.
Buku ini berjudul, “Akhlak Islam” ditulis oleh Syaikh DR. Yusuf Al-Qaradhawi, seorang ulama sekaligus penulis produktif. Kekhasan beliau adalah memaparkan materi dengan komprehensif, mendetil dan global. Dan, itu sangat terasa saat membaca buku ini. Penulis tidak sekadar menyajikan penjelasan Akhlak Islam implementatif namun juga mengkaji perspektif akhlak dari luar Islam lalu membahasnya secara objektif dan kaya wawasan. Beliau juga menjelaskan falsafah akhlak Islam, kedudukan, keunggulan, kekhasan akhlak Islam yang tidak pernah dimiliki peradaban lain. Islam adalah nilai-nilai luhur dan akhlak mulia. Dan untuk itu Rasulullah diutus. Beliau bersabda, "Sungguh aku diutus untuk menyempurn...
GELIAT REGENERASI DI ANAK MUDA NU Kalimat bahwa generasi muda saat ini adalah pemimpin di masa depan kerap didengung-kan. Hal tersebut membawa pesan bahwa regenerasi menjadi kata kunci bagi masa depan, termasuk di Nahdlatul Ulama. Upgrade Sistem Pengkaderan NU Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang baru kembali membuat gebrakan. Tak tanggung-tanggung, untuk menertibkan sistem pengkaderan di NU, PBNU secara tegas melakukan moratorium MKNU dan PKPNU yang selama ini menjadi model pengkaderan di NU. Kenapa ini dilakukan? Simak petikan wawancara dengan Wakil Ketua Umum (Waketum) PBNU H Nusron Wahid. Mau Tahu, Bagaimana Proses Pembuatan Keris di Sumenep? Keris merupakan senjata tajam tradisional yang tenar di Asia Tenggara, terutama di wilayah Tanah Melayu dan Nusantara. Di Indonesia keris diduga muncul sejak masa kerajaan Hindu-Buddha. Kata keris pun tersurat dalam Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanca yang ditulis pada tahun 1365 pada pupuh ke-87.
Syariah memiliki masa depan cerah dalam kehidupan publik masyarakat Islam. Namun, Anna'im tegas-tegas menolak penerapan syariah yang dipaksakan oleh tangan-tangan negara. Menurutnya, sebagai ajaran suci, syariah haruslah dilaksanakan oleh setiap muslim secara suka rela, karena penerapannya oleh negara secara formal dan paksa, dapat menyebabkan prinsip-prinsip syariah kehilangan otoritas dan nilai kesuciannya. Oleh karena itu, negara secara kelembagaan haruslah dipisahkan dari Islam, agar syariah bisa berperan positif dan mencerahkan bagi kehidupan umat Islam sendiri. [Mizan, Hikmah, Agama Islam, Indonesia]
Gelar Muktamar Di Masa Pandemi? - Berdakwah di media sosial menurut RA Ismail Khalili (Katib Lajnah Turots Ilmi Syaikhona Kholil Bangkalan) - Bahtsul Masail - Hukum Sholat Pasien Pemakai Kateter Dan beberapa rubrik lainnya yang menarik, berwawasan sekaligus menambah ilmu Aswaja NU.
Buku ini diniatkan untuk melihat kembali perjalanan NU secara lebih santai, melihat berbagai capaian intelektual para aktivisnya, dan menengok juga perkembangan NU secara global. Buku ini diharapkan menjadi bahan refreshing sejenak, menyegarkan kembali pemahaman pembaca tentang NU. Sudah cukup lama rasanya belum terbit lagi kompilasi tulisan tentang NU. Saat muncul pertanyaan dari saudara-saudari non-Muslim, “Mengapa NU begitu spartan mempertahankan NKRI?” belum tersedia bacaan yang dapat menjawabnya secara utuh. Pada dasarnya kumpulan tulisan dalam buku ini hendak menjelaskan bahwa sikap tegas NU dalam mempertahankan NKRI tidaklah muncul tiba-tiba, melainkan sudah sejak dari asal mula kelahirannya. Ajaran Islam yang kemudian melahirkan NU adalah ajaran yang mampu beradaptasi dengan lokalitas.