You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
A keen critic of culture in modern Indonesia, Andrew N. Weintraub shows how a genre of Indonesian music called dangdut evolved from a debased form of urban popular music to a prominent role in Indonesian cultural politics and the commercial music industry. Dangdut Stories is a social and musical history of dangdut within a range of broader narratives about class, gender, ethnicity, and nation in post-independence Indonesia (1945-present).
This is an odd book. An extensive and sometimes annotated bibliography, it is not a book in the sense of a narrative. However, if treated as a book in the traditional sense it leads the reader through a broad spectrum of feelings of amazement, curiosity and desire: amazement about the sheer volume, richness and detail of theliterature on Batavia/Jakarta; curiosity about the contents of certain publications or series of publications with attractive titles; and a feeling of desire immediately to begin an investigation into one of the appealing subjects stumbled upon while leafing through. The bibliography contains over 5000 titles classified into 42 broad subject categories. The vast majority of the publications consists of books, but the number of articles is also very substantial. Most of these titles (3500) were produced after 1950. The larger part of the publications are written in Indonesian, Dutch, and to a lesser extent English. But also publications in such languages as French, Chinese, German, Japanese, Russian, and many others were listed. Indexes of authors, of subjects and of titles make this bibliography easily accessible.
The essays in this volume provide focused examinations of the internal dynamics of intellectual and institutional Islamic law in modern Indonesia, together offering a substantive introduction to important developments in both the theory and practice of law in the world's most populous Muslim society.
BAB SATU: RENANING DALEM Keluarga, Relijiusitasdan Pendidikan Albert Herwanta O’Carm – Bambang Ismawan – Daoeni Andajani – Indraty Hadinata – Artha Peto Sinamo –BS Mardiatmadja SJ – Sudargo – Christine Rudy – Dharmadi – Dede Oetomo – FA Warto Kiyanto – Franz Dahler – Giyono Kwari – Harry Tjan Silalahi – Hendra & Mekky Pranaya – Henri Supriyanto – Hisashi Uno – Janet Steele – Johansyah Riza – Maria Elvire Sundah – Mariana Warokka – Medy Loekito – Meutia Hatta Swasono – Parakitri T. Simbolon – Stefanus Djuweng – Soeparmo –Sri Hastanto – Sukirman – Sumardi – Suryo W. Prawiroatmodjo – Susann Suryanto – Susanto Zuhdi – Susianna Dar...
Dalam beberapa dekade terakhir, khususnya sejak awal Reformasi, PDI Perjuangan memang mendapat sorotan dari beberapa kalangan masyarakat Muslim. Mereka beranggapan, partai ini tidak memberi respons secara sungguh-sungguh kepada kepentingan dan kebutuhan kalangan Muslim di Indonesia. PDI Perjuangan dipandang sebagai partai politik yang tidak peduli, dan bahkan menjauh dari kegiatan-kegiatan keagamaan, khususnya terkait dengan umat Islam. Fenomena politik ini menggambarkan bahwa PDI Perjuangan mengambil jarak dan posisi vis a vis dengan kalangan Muslim. Partai ini seakan menampakkan wajah yang “tidak paham” dan “tidak ramah” terhadap Islam dan masyarakat Muslim di Indonesia. Dalam buku persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia Group) ini Anda akan menemukan jawabannya, apakah benar hipotesis awal bahwa PDI Perjuangan “tidak ramah” terhadap Islam.
Buku yang berkisah tentang perjalanan karier Tito Karnavian.
None
Istana Kepresidenan Republik Indonesia, selama lebih dari 30 tahun terakhir, menjadi lahan subur bagi berkembangnya korupsi dan kroniisme yang menyengsarakan ekonomi negara. Dengan dukungan kuat partai politik yang berkuasa dan militer, Istana ramai dikerubuti para koruptor yang mencari sesuap nasi dari kucuran dana-dana haram yang sesungguhnya merupakan hak rakyat Indonesia. Sejak era Soeharto, megakorupsi di Indonesia telah tumbuh sedemikian rupa menjadi jalinan oligarki yang sulit diputus mata rantainya. Presiden-presiden ber-ikutnya juga tak luput dari jaring-jaring oigarki tersebut, yang terus dpertahankan dan diperbarui melalui persekutuan-persekutuan terselubung lewat berbagai sektor ekonomi dan politik.
Menulis itu bukan cuma sulit, tapi sulit sekali. Ada juga yang bilang, menulis itu gampang. Bahkan, gampang sekali. Buku ini tidak membenturkan dua pendapat itu. Tapi, memaparkan perihal “menulis itu membaca berulang-ulang”. Berkarier di dunia kepenulisan sejak 1986, Kang Maman pun membuka rahasia sederhana “mengail 100 ide dalam sehari”. Bukan omong kosong, 24 buku tercipta dalam 8 tahun adalah salah satu buktinya. Belum terhitung karya tulisnya yang tertuang di berbagai media, dialihwahanakan menjadi lirik lagu, acara radio dan televisi berbagai genre, pertunjukan panggung, dan ratusan film pendek melalui festival film pendek yang diadakan Gramedia dan belasan karya akhir mahasiswa institut seni di Yogyakarta. Bagi Kang Maman, “Menulis itu mengasyikkan, menghasilkan dan membahagiakan.” Ia bagikan hal itu di buku ini, agar semua orang bisa menulis dan berbahagia.
Biography of Chandra Motik, an Indonesian woman lawyer.