You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
On Darul Arqam, an Islamic fundamentalist organization banned in Malaysia and its controversial doctrine of Islamic teachings.
This new inter-disciplinary book is the first comparative, case-based analysis of media panoply in (and out of) Asia today. Examining what the authors call the "media/tion equation", the contributors demonstrate the multiple links between media, society and culture, and advance the claim that media is the key means through which Asians experience, understand, effect and are affected by the worlds containing them. Exploring a relatively neglected principle in cultural studies - that context counts - medi@sia highlights how the experiences of those encountering media messages differ depending on social, economic, politial and ideational conditions. Balancing social, cultural and media theory with empirical research, the essays in this collection provide a better understanding of the complex relationship between media and people’s practices, values and behaviour in contemporary Asia.
Islam is a religion but there are also popular cultures of Islam that are mass mediated, commercialized, pleasure-filled, humorous, and representative of large segments of society. This book illuminates how Muslims (and non-Muslims) in Indonesia and Malaysia make sense of their lives within an increasingly pervasive, popular culture of Islamic images, texts, film, songs, and narratives.
"Rehatkan kami dengan solat, wahai Bilal." Begitu kata-kata Rasulullah SAW kepada Bilal RA. Saban hari, rutin harian yang kita lalui menemukan kita dengan masalah dan cabaran yang membuatkan hati kita berasa letih dan penat. Kita mencari kerehatan dengan hibuaran, makan-makan, jalan-jalan, bahkan juga solat. Tetapi rehatnya hai ini cuma sementara. Selang beberapa ketika, ia kembali lesu dengan masalah dunia. Solat yang seharusnya menjadi kerehatan, dirasakan seperti beban. Takbir, rukuk, sujud dan salam, hanya tinggal gerakan dan ucapan kosong tanpa kesan dan impak pada hidup. Ketenangan yang dicari masih belum dirasia. Melalui buku ini, Ustaz Pahrol membawa pembaca ke alam solat yang mampu merehtkan hati yang semakin gusar dengan dunia. Hakikatnya, jarak di antara hati dengan ketenangan yang diinginkan ialah sebuah solat yang tulus penuh makna.
Sedih, risau, kecewa, gelisah. Mungkin ada di antara kita yang dibelenggu kesilapan lalu sehingga menyalahkan diri sendiri, ataupun resah memikirkan hari esok yang belum pasti. Hakikatnya, kita tidak boleh mengelak daripada melalui episod kegelisahan dalam hidup kita. Masa lalu tidak boleh diubah, masa hadapan pula tidak boleh diramal. Namun, kita masih memiliki hari ini untuk ditempuhi dengan lebih baik dan meraih ketenangan dalam hidup kita. Melalui buku ini, Muhammad Al-Ghazali menawarkan solusi bagi mendepani masalah yang sering mengganggu kehidupan kita mengikut panduan al-Quran dan hadis. Antaranya termasuklah memperbetulkan salah faham kita tentang konsep sabar, takdir dan tawakal dalam Islam; bagaimana berhadapan dengan kritikan dan fitnah manusia; dan juga cara menguruskan emosi dengan lebih baik. Hiduplah Untuk Hari Ini bukan sekadar laungan slogan kehidupan, tetapi suatu seruan berasas dan praktikal - menjadikan buku ini relevan untuk semua.
SEPERTI AIR YANG MENGALIR Kisah-kisah yang baik dan mengesankan itu seperti air – ia akan sentiasa mengalir, mencari kolam-kolam nurani untuk diisi. Lalu bagaikan air juga, ia membersihkan, menyucikan dan menjernihkan lembah-lembah jiwa. Usah jadikan hati seperti air yang bertakung – diamnya mengumpul kotoran dan pegunnya mengundang penyakit. Seperti Air yang Mengalir membawa cerita-cerita dari masa silam, juga mengandungi catatan-catatan yang penuh makna – yang apabila dibaca, ia seperti mendengar bunyi air, menenangkan. Ada banyak iktibar yang boleh diambil dan diamalkan dalam kehidupan, bila kita membacanya dengan hati yang terbuka. Jadilah seperti air – terus mengalir dan memberi manfaat kepada seluruh manusia di bumi.
Longing for God's Closeness: Rediscovering the Beauty of Daily Prayers What does it take to feel closer to Him when our daily prayers seem to falter? *** Oftentimes, there is this distant feeling within us when we meet God in our prayers. And it breaks our heart because we try so hard to connect to Him, yet we are just distracted with the worries of this world. What then can we do, to reawaken this longing for closeness to Him, the longing to rely on His forgiveness and mercy? It is not easy to call upon the heart to be present in prayers. We try our best to connect to Him, but still we find our mind wandering someplace else. Thus, in this book, Ayesha Syahira shares with raw honesty about her reflections on discovering the beauty of prayers through patience, surrendering and hope.