You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
MADURA masih mempunyai “seuntai melati” ketika tradisi dan budayanya mulai tenggelam, dan hampir dilupakan orang. R.P. Abd. Sukur Notoasmoro), sosok bangsawan yang masih setia memelihara tradisi dan budaya warisan dari nenek moyangnya, yang menurutnya pula budaya dan tradisi Madura andhap asor (sopan santun, ramah dan menghargai orang lain) sebagai budaya Timur yang masih utuh. Dialah “seuntai melati” yang harum semerbak, mewangi di antara bergesernya peradaban, dan menyeruak di antara pertukaran jaman, sehingga Madura masih memiliki ‘pamor’ yang tinggi di pesisir Pulau Jawa. Dialah, R.P. Abd. Sukur Notoasmoro, sosok tokoh satu-satunya yang mau meluangkan waktu berlama-lama untuk (terus) mengumpulkan keping-keping budaya yang berserakan di sana-sini.
KARAKTER orang Madura dikenal tegas, lugas, tangkas dan tidak setengah-setengah dalam mengambil keputusan, termasuk dalam bertutur kata. Ini dilatarbelakangi oleh filsafat Madura, “Mon ba’na bagus pabagas, mon sogi pasoga’, mon kerras akerres”. Sebuah karakter yang menjadi ciri khas orang Madura yang—meski peradaban semakin modern—mempertahankan budi bahasa, yang kalau dirunut dari belakang diawali dengan tatakrama (andhap asor) dalam pergaulan, menghargai perbedaan (multi-kulturalisme), menghargai kreasi nenek moyang. Bahasa Madura mem-punyai tatakrama bahasa sampai tiga tingkatan: enja’-iya, enggi-enten, dan enggi-bunten, merupakan peninggalan leluhur yang sampai kini di-pertahankan. Sebuah ungkapan “Bahasa menunjukkan bangsa (daerah)” merupakan petunjuk yang jelas bahwa bahasa bagi orang Madura menunjukkan perilaku dan watak. Untuk mengetahu seluk-beluk bahasa dan budaya Madura, maka "Panduman basa Madura" jawabannya.