You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Mata Kuliah Pendidikan Pancasila di perguruan tinggi adalah pendidikan untuk memberikan pemahaman dan penghayatan kepada mahasiswa mengenai ideologi bangsa Indonesia. Sebagai dasar negara dan ideologi nasional, Pancasila memiliki peran penting dalam menopang keberadaan dan kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, sudah selayaknya perlu untuk dipahami dan dihayati segenap warga bangsa termasuk mahasiswa sebagai warga muda. Pendidikan Pancasila tidak hanya belajar "tentang" Pancasila, tetapi juga belajar "melalui" dan "untuk" Pancasila. Dengan kalimat lain, proses belajar Pancasila itu sebagai knowing Pancasila, doing Pancasila, dan building Pancasila. Buku Paradigma Ba...
KONTRIBUTOR: 1 Alice Helina Putri 2 Annisa Solehatun Nur Samsi 3 Azizah Ainul Rahmah 4 Dina Rosdianti 5 Elita Lifianingrum 6 Elma Dwiyani 7 Faisal Effendi 8 Febryana Ardhieta Wulandari 9 Garnis Widiya Rahayu 10 Hanifah Fauziah 11 Hosea Alexander 12 Ika Novita Sari 13 Ika Nurzannah 14 Ikroma Mula 15 Ina Magdalena, M.Pd. 16 Indah Adi Tyaningsih 17 Indri Antika 18 Ingee Rara Salsabilya 19 Iqbal Sirojudin 20 Latifatun Alifah 21 Lina Hasna Fatimah 22 Melyana Willy Saputri 23 Nadya Husna 24 Nanda Ayu Pytaloka 25 Nur Fitriyah 26 Nur Kholisah 27 Putri Kamila 28 Ratnaningtyas Putri W. 29 Rizki Ikhwan 30 Rosilawati 31 Rosmita Herlina 32 Sabrina Aprilia Dewi 33 Santi Dwi Suharti 34 Sidik Budiyono 35 Sridia Awalia Ningsih 36 Tri Wulandari 37 Uffaerotul Abdiyah 38 Vivi Rahmawati 39 Winna Ariyani 40 Yeni Emilia Putri 41Zinnia Dwi Pratiwi
Indonesia memiliki yang disebut “kerawanan kritis” (critical vulnerability) yang sewaktu-waktu dapat menimbulkan konflik antara lain karena, bangsa Indonesia tidak terlahir sebagai suatu bangsa yang sudah ada. Indonesia dibentuk berdasarkan keinginan dari berbagai suku bangsa, agama, RAS dan antar golongan untuk bersatu yang setelah merdeka dikonstitusikan dalam Pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia 1945. Meskipun demikian, konsensus tersebut masih meninggalkan residu permasalahan yaitu masih adanya keinginan sebagian anak bangsa untuk mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi lain (komunis, kapitalis, khilafah). Ada pula yang ingin membentuk federasi dan beberapa wilayah ingin memisahkan diri. Selain itu, belum adanya pengaturan hubungan pusat dan daerah yang setepat-tepatnya akan berakibat sering terjadi konflik kepentingan antara daerah dengan pusat, sebab masih ada kelompok anak bangsa merasa mayoritas yang paling berjasa mewujudkan kemerdekaan daripada yang minoritas. Perlu diingat bahwa pusat kekuatan strategi bangsa Indonesia terletak di dalam nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara kesatuan Repbulik Indonesia
Sejak tahun 1945, Pancasila telah menjadi dasar berbangsa dan bernegara Indonesia. Ir. Soekarno menyebut Pancasila sebagai Philosofische Grondslag atau fundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, jiwa, dan hasrat yang sedalam-dalamnya dari Indonesia merdeka yang akan berdiri kekal abadi. Selain itu, Ir. Soekarno juga menyebut Pancasila sebagai weltanschauung bangsa dan negara Indonesia. Di dalam Pancasila terkandung cita-cita, harapan, dan tujuan terbentuk dan berdirinya Indonesia bersatu. Melalui nilai-nilai Pancasila terciptalah sebuah masyarakat Indonesia yang kokoh dan harmonis. Pancasila, karena itu, menjadi pandangan dan keyakinan dasar bersama seluruh masyarakat Indonesia. Sejarah perumusan dan pemikiran tentang Pancasila sejatinya merupakan sejarah penciptaan dan penentuan identitas dan roh kebangsaan Indonesia.
Buku ini terdiri dari lima Bab, Bab Pertama mengulas tentang sejarah Pancasila dari masa ke masa serta tantangan Pancasila dalam menjaga kedaulatan NKRI, dimana Pancasila menghadapi berbagai tantangan di tengah era globalisasi dan derasnya arus informasi. Kondisi saat ini menunjukkan menurunnya toleransi antar suku, antar ras, antar agama, dan antar golongan, serta perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Atas kondisi tersebut maka diperlukan sebuah konsep, strategi yang dibahas pada Bab kedua dimana dalam implementasinya Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dapat merujuk kepada pemahaman Pancasilia dilihat dari aspek filosofis, yuridis, sosial da...
Sebagai falsafah bangsa, Pancasila menjadi bagian terpenting dari perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia sejak era pra kemerdekaan hingga reformasi ini. Dengan demikian, Pancasila harus dijadikan sebagai cara hidup (way of life) seluruh komponen bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kini sudah tidak zamannya, Pancasila hanya diajarkan secara formal dan kaku di bangku pendidikan, namun yang terpenting justeru penghayatan dan pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Buku ini mencoba mengungkap seluk beluk Pancasila dalam perspektif seorang santri, mengingat beberapa bagian dari buku ini merupakan hasil dialektika dan diskusi kelas dengan mahasantri Ma’had Aly Al-Iman Purworejo. Titik tekan buku ini adalah untuk menumbuhkan keyakinan ideologis mahasantri terhadap Pancasila sebagai falsafah dan dasar negara Indonesia serta membangkitkan (kembali) semangat hubb al-wathan min al-îmân, sebagai bagian dari komitmen santri terhadap ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karakter, ciri atau identitas suatu bangsa terbentuk melalui proses yang panjang yang dialami oleh generasi yang mendiami suatu wilayah tertentu tempat mereka tinggal yang disebut bangsa. Kita sebagai manusia yang lahir, dibesarkan, dididik dan tinggal di hamparan bumi nusantara memiliki kebudayaan yang bersumber dari akal pikiran manusia yang telah mendahului kita. Hasil akal budi peninggalan para leluhur kita itulah yang menjadi salah satu identitas kita sebagai sebuah bangsa yang disebut bangsa Indonesia. Kita sebagai manusia yang dilahirkan di dunia fana ini, dibekali oleh akal dan budi sebagai modal untuk berkreasi dan berinovasi mengembang-kan dan mendayagunakan alam ini. Sebagai manusia yang dibekali oleh akal dan budi, menjadikan kita tidak hanya bisa berkreasi dan berinovasi tetapi kita juga bisa bertahan hidup dengan menyesuaikan kondisi dan lingkungan di sekitar kita sehingga kita masih bisa bertahan hidup dari zaman ke zaman sampai sekarang ini sebagai bangsa Indonesia.
Untaian naskah akademik dan sketsa biografis dalam buku ini merupakan persembahan bagi Karlina Supelli yang merayakan ulang tahun ke-65. Karlina Supelli banyak mencermati dan memahami fenomena di alam dan masyarakat dari sudut pandang kosmologi, epistemologi, filsafat teknologi, antropologi teknologis, filsafat kebudayaan, filsafat analitis, feminisme, wacana perempuan, serta dalam konteks dialog agama dan sains. Keragaman bidang kajian yang digeluti menunjukkan kedalaman dan keluasan rasa ingin tahunya. Teruntuk Karlina Supelli, tiga belas kolega dosen, menurut bidang keahliannya masing-masing, membagikan kekayaan pemikiran mereka dalam bentuk tulisan, yang dapat memantik refleksi lebih jauh para akademisi dari pelbagai spesialisasi ilmu maupun masyarakat luas.
BUKU Eulogi ini secara khusus diterbitkan dalam rangka peringatan 40 hari wafatnya Prof. Tjondronegoro. Penerbitan buku ini tidak lain adalah sebagai bentuk ikhtiar para murid untuk mengenang dan sekaligus meneladani ketokohan sang maha guru ini.
Buku ini merupakan seri keempat dari Mencari Indonesia yang merupakan kumpulan tulisan tentang berbagai isu demografi politik di Indonesia. Sedikit berbeda dari buku-buku sebelumnya, Mencari Indonesia 4 merupakan kumpulan sketsa-sketsa biografis dari sosok-sosok intelektual, akademisi, tokoh sejarah dan para penggerak perubahan sosial dan politik di Indonesia sejak zaman kolonial hingga sekarang. Seri keempat ini menyoroti secara singkat profil para tokoh intelektual tersebut dan peran mereka dalam dinamika sosial politik di Indonesia. Pemilihan sosok-sosok dalam buku ini didasarkan terutama oleh pentingnya sosok-sosok tersebut dalam bidang yang menjadi tempat mereka berkiprah dalam masyarakat. Buku ini berusaha mendudukkan sosok laki-laki dan perempuan secara setara dan menempatkan mereka sebagai bagian penting dalam berbagai konteks kesejarahan semasa mereka hidup. Buku ini diharapkan dapat menjadi bacaan populer bagi pembaca yang berasal dari berbagai kalangan, baik kalangan yang bersifat akademis maupun non-akademis.