You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
From Monologue to Dialogue: Radio and Reform in Indonesia analyses how radio journalism since the late 1990s has been shaped by and contributed to Reformasi, or the ambition of democratizing Indonesian politics, economy and society. The book examines ideas and practices such as independent journalism, peace journalism, meta-journalism, virtual interactivity, talk-back radio and community radio, which have all been designed to renew audience interest in media and societal affairs. It pays special attention to radio programmes that enable hosts, experts, listeners and other participants to discuss and negotiate the very rules and boundaries of Indonesia’s newly acquired media freedom. The author argues that these contemporary programmes provide dialogic alternatives to the official New Order discourse dominated by monologism.
Penjelajahan dan kelangenan Hamid Nabhan dalam seni, selama puluhan tahun, memberikan pengalaman reflektif dan sufistik yang cukup dalam. Sebagai seniman, ia terbiasa melihat, menatap, menikmati dan menyelami segala fenomena sekitar dan merenungkan nilainya sebagai pelengkap pertumbuhan pribadinya. Buku ini memuat aforisma, atau kata-kata bijak yang asli tumbuh dari batin dan kesimpulannya atas pengalaman dalam seni, cinta dan kehidupan itu sendiri.
A study that discusses the construction of gender and Islamic identities in literary writing by four prominent Indonesian Muslim women writers: Titis Basino P I, Ratna Indraswari Ibrahim, Abidah El Kalieqy and Helvy Tiana Rosa.
This collection draws together the work of authors from Indonesia, Australia, North America, and Europe, in the first comprehensive attempt to relate modern Indonesian literature to the insights and approaches of postcolonial theory and literary criticism. The essays in the collection range over the history of modern Indonesian literature from its beginnings in the late nineteenth century to its diversity and growth in the 1990s. Some offer the fresh readings of well-known texts; others draw attention to aspects of the Indonesian literary tradition that have hitherto escaped the notice of scholars and critics. Grounded in detailed analysis of local contexts, yet enlivened by comparative and theoretical perspectives, the collection places Indonesian literature at the heart of contemporary cultural concerns.
None
Covid-19 belum tampak hendak sirna. Kita semua masih harus berada dalam situasi pandemi ini, entah berapa lama lagi. Bukan hanya kesehatan yang harus dijaga, tapi keseimbangan kehidupan lainnya. Pendidikan anak, biaya operasional rumah tangga, cicilan rumah, pengeluaran lain yang tidak terduga, semuanya perlu dipertimbangkan sementara penghasilan mungkin tidak lagi mencukupi. Apa yang bisa dilakukan? Menyerah? Mungkin bagi sebagian orang, tapi tidak bagi para perempuan yang tergabung dalam komunitas penulis ini. Perempuan memiliki daya lenting ketika menghadapi situasi sulit dalam hidup. Mereka bisa berkelit, meliuk, dan “menghantam” balik tanpa kehilangan keluwesan. Begitu pula saat par...
THIS BOOK examines a selection of fictional works by writers belonging to the Indonesian association of writers, Forum Lingkar Pena (Pen Circle Forum; hereafter referred to as FLP). Figures from 2010 suggest that this organisation had around 5,000 members across 93 Indonesian branches and ten overseas branches. Writers recruited and trained by FLP have produced approximately nine hundred published works. Their works are often categorised as Islamic or religious literature (sastra religi). This label-ling of FLP’s literary output as Islamic literature has arisen principally be-cause of the publicly expressed aims and beliefs of key FLP figures which include such notions as sastra dakwah (literature for religious propaga-tion). In order to contextualise the emergence of FLP in the final years of the twentieth century and to locate this organisation within wider Indo-nesian literary developments, it is necessary to take account of cultural debates that came to the fore with the profound social and political changes which accompanied the end of the New Order regime in 1998.
Membaca buku ini adalah momentum yang pas untuk rekreasi otak, tamasya ke samudra ilmu, di tengah kondisi penat akibat pandemi. Ada semacam bahan renungan di dalamnya yang bisa jadi refleksi diri pembacanya, pesannya bisa menggugah jiwa dan menjaga kecerdasan mesin berpikir kita. Dengan membaca buku ini masyarakat akan mendapat oleh-oleh wawasan baru, pemahaman, pengetahuan, pencerahan, dan menghasilkan kewarasan otak dalam berpikir. Buku ini lahir dari kegelisahan melihat situasi dan kondisi terkini. Apa yang ditulis adalah buah pikir dan berharap pembaca dapat mengambil apa-apa yang baik di balik tulisan ini. Setidaknya-tidaknya dapat mendorong semua pihak untuk meningkatkan literasi, menambah bacaan, menjaga kewarasan otak di tengah kondisi dunia yang penuh tantangan.
Buku ini berbicara tentang berbagai teknik dan konsep fundamental sebuah program televisi yang berkualitas. Tersajikan di bagian pertama berbagai hal yang berkaitan dengan standar operasi program televisi. Di bagian berikut, adalah program berita yang menjadi perbincangan: mulai dari persiapan, pembuatan, pengambilan gambar dan wawancara sampai berita tersebut siap disajikan. Dan di bagian akhir disajikan berbagai hal yang berkaitan dengan rating dan share; video streaming; laporan investigasi sampai pengeditas produksi program yang dihasilkan. --- Buku persembahan penerbit Kencana (Prenadamedia)
Developing the competency and professionalism of teachers and education in Indonesia; collected articles.