You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Imam al-Ghazali adalah fenomena. Tak ada ulama Ahlusunnah wal-Jamaah yang ilmunya tak berkiblat kepada tokoh satu ini. Kitab monumentalnya, Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn, menjadi rujukan abadi para kiai dan masyayikh di tanah air hingga kini. Karya ini tak lekang oleh zaman. Dan kita sebagai awam, patut bersyukur bisa membaca Ihyâ’ ‘Ulûm ad-Dîn meski lewat terjemahan karena keterbatasan ilmu alat yang kita miliki. Seperti yang sudah kita ketahui, edisi yang pernah kami terbitkan terdiri atas 12 jilid ukuran sedang [edisi soft cover] dan 4 jilid besar [edisi hard cover]. Nah, melalui edisi saku kali ini, Penerbit Marja berusaha membantu pembaca mereguk dan menikmati isi cawan yang dihidang...
Cinta itu suci, sayang sekali bila ada noda yang melekat padanya. Sama halnya telah melenyapkan pesona keindahan yang telah dianugerahkan dari yang Mahacinta dan Mahasuci. Allah Swt., telah menebarkan benih-benih cinta kepada hamba-Nya. Menodainya berarti telah menodai anugerah-Nya. Cinta merupakan kebahagiaan bagi setiap insan yang mau memberi dan menerimanya. Sepasang insan yang sedang merajut cinta memancarkan sinar kebahagiaan yang begitu memukau.Terlebih bila keduanya saling mencintai karena Allah, maka kebahagiaan tersebut tak akan pernah sirna dan akan berlanjut sampai akhirat. Cinta harus diletakkan sesuai haknya. Prioritaskan cinta itu kepada yang pantas menerimanya dengan porsi yan...
Sayangnya, meski keberadaannya melimpah, tak semua orang suka dan bisa berhasil mengonsumsinya setiap hari, sesuai jumlah yang dianjurkan. Ada banyak alasan kenapa situasi itu bisa terjadi. Ketidaktahuan akan manfaat darinya, boleh jadi merupakan salah satunya. Buku Tafakur Buah dan Sayur, berupaya untuk mengedukasi masyarakat, dengan menjelaskan akan berbagai manfaat yang dimiliki sayur dan buah, hingga diharapkan, orang-orang mau merajinkan diri untuk mengonsumsinya. Agar wawasan pembaca lebih kaya, buku ini juga mencoba menggali lebih jauh bahan-bahan tersebut, memberi makna lain, yang mudah-mudahan bisa jadi sepercik bahan renungan, untuk mengurai hidup yang makin kusut, serta untuk lebih menyadari ke Mahaagungan Allah Swt., yang telah menunjuki manusia lewat ayat-ayat kauniyah.
Menderai bersama waktu-waktu yang bergulir, mengalir, menembus ke relung jiwa sampai melekat, pekat, menyatu bersama dalam tafakur cinta di keagungan detik yang suci. Aku terkadang tegak berdiri menatap senja yang kian memerah, menekur lepas dalam ruku yang lemah, dalam sujud yang papa, dalam menahan diri dari tinggi hati dan melucuti noda hitam dari keegoan. Kutumpahkan asa dan rasaku dalam bait-bait perenungan, memaknai larik-lariknya dengan balutan doa, secercah harapan yang menumpuk untuk pengabulan dari Sang Khalik. Setiap katanya kubalutkan lafaz basmallah, agar makin bermakna dan penuh keberkahan. Tiada henti selalu menyanjung-Nya di waktu-waktu sakral dan penuh kemurnian. Kupasrahkan diriku dalam tafakur cinta, dalam kesunyian batin, dalam memahat rasa yang legit. Menderai ke sela-sela takbir, ruku, dan sujudku. Asa dan doa melekat, erat, pekat bersama Derai Cinta dalam Tafakur.
"Merenung (tafakur) sesaat lebih baik daripada ibadah setahun," demikian Rasulullah berkata. Anjuran merenung sesuatu atau bertafakur ini sering kita jumpai dalam Al-Quran. Bukan soal yang aneh bahwa untuk mencapai ilmu pengetahuan serta pengertian yang luas itu, harus dengan tafakur pula. Bagi umum pun, memang tak asing lagi betapa pentingnya arti tafakur itu. Akan tetapi, apa hakekat yang sebenarnya itulah yang belum mereka ketahui, dari mana sumbernya, dan bagaimana cara dan jalannya. Orang tidak tahu bagaimana seharusnya bertafakur, apa ang harus ditafakuri, mengapa ia harus bertafakur, juga apa yang dituju dengan tafakur itu. Adakah tafakur merupakan buah, atau merupakan pohon yang akan berbuah. Kalau begitu, apa pula buahnya itu.Dapatkah hal itu dimasukkan dalam bidang pengetahuan, ataukah merupakan pengaruh keadaan, atau juga keduanya? Penjelasan-penjelasan mengenai semua hal tersebut ada dalam buku ini. Dimulai dengan keutamaan tafakur, hakekat dan hasil akhirnya, sumber-sumber, dan daerah tujuannya masing-masing. [Mizan, Noura Books, Islam, Muslim, Ibadah, Hidup, Indonesia]
Buku ini mengajak umat untuk menjadi umat Qurani, bertafakur dalam menyegarkan norma-norma kebenaran Islam yang telah terangkum sempurna dalam ayat-ayat Al-Quran. Tafakur perlu dilakukan oleh umat Qurani sebagai jalan ikhtiar meraih kebermaknaan hidup dalam berbagai dimensi dengan menjadikan Al-Quran sebagai hiasan bibir, kalbu, dan perilaku sehari-hari. Dilengkapi bait-bait puisi yang penuh makna dan instrumen tes Asmaul Husna, buku ini mengajak pembaca untuk melakukan identifikasi dan melatih diri sejauh mana telah menjadi umat Qurani. Di tengah berbagai usaha bangsa Indonesia mengembangkan budaya literasi, kehadiran buku Tafakur Umat Qurani: Meraih Kebermaknaan dan Kebahagiaan Hidup ini m...
None
None