You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This study examines the religious life of reformist Muslims in a Yogyakarta village. The foci of this discussion are on Muslim villagers' construction, with the help of the reformist paradigm, of the image of the 'good Muslim' and 'Muslim-ness', on their efforts to incorporate an (reformist) Islamic framework to question taken-for-granted practices and ideas, on the position of traditional practices and ideas and their relation to reformist Islam, and on the interplay of villagers who show a strong commitment to reformist Islam with those who do not. Another topic investigated in this study is the interactions between Muslim and Christian villagers and the impacts of Christian presence on the process by which Muslims define themselves, their neighbours, their religion and their religious community.
Indonesia is the home of the largest single Muslim community of the world. Its Christian community, about 10% of the population, has until now received no overall description in English. Through cooperation of 26 Indonesian and European scholars, Protestants and Catholics, a broad and balanced picture is given of its 24 million Christians. This book sketches the growth of Christianity during the Portuguese period (1511-1605), it presents a fair account of developments under the Dutch colonial administration (1605-1942) and is more elaborate for the period of the Indonesian Republic (since 1945). It emphasizes the regional differences in this huge country, because most Christians live outside the main island of Java. Muslim-Christian relations, as well as the tensions between foreign missionaries and local theology, receive special attention.
This book provides new information abtout the development of Indonesian Muslims' thinking on issues of theology. This theological thought, especially as reflected in the works of the modernist Muslim thinkers, may be seen as a nascent systematic attempt to draw up the essential beliefs of Islam in Indonesian historical and cultural contexts.
The first book in English dedicated to the actress and director Tanaka Kinuyo
This book analyses the relation between state and religion in Indonesia, considering both the philosophical underpinning of government intervention on religious life but also cases and regulations related to religious affairs in Indonesia. Examining state regulation of religious affairs, it focuses on understanding its origin, history and consequences on citizens’ religious life in modern Indonesia, arguing that while Indonesian constitutions have preserved religious freedom, they have also tended to construct wide-ranging discretionary powers in the government to control religious life and oversee religious freedom. Over more than four decades, Indonesian governments have constructed a va...
Mesianisme adalah suatu paham yang menunggu kehadiran seorang “messiah” yang bakal menyelamatkan umat manusia dan mewujudkan keadilan bagi penduduk bumi. Perkataan “messiah” sendiri berasal dari bahasa Ibrani, “messiah”, yang merupakan padanan atau cognate perkataan Arab, al-masih. Sekalipun tidak terlalu merata, paham yang mesianistik juga ada dalam kalangan muslimin. Tentang asal-usul paham ini para sejarawan mengajukan berbagai pandangan. Namun umumnya berpendapat bahwa mesianisme dalam Islam berasal dari paham sekitar bakal turunnya Nabi Isa al-Masih dan Imam Mahdi. Imam al-Mahdi sendiri artinya, pemimpin yang mendapat hidayah atau petunjuk Ilahi. Mengenai bakal turunnya Isa al-Masih (yang dari proses pengalihannya ke bahasa Yunani kita mendengar nama Yesus Kristus dalam bahasa kita), memang banyak kaum muslim yang percaya, baik Sunni maupun Syi’i. Tetapi mengenai bakal turunnya Imam Mahdi, kepercayaan di kalangan kaum Syi’i lebih kuat dan merata daripada di kalangan kaum Sunni.
Membela negara menjadi isu krusial yang tak bisa dipinggirkan begitu saja. Gerakan radikal dan transnasional menjadi faktor besar munculnya wacana yang memberikan gambaran tentang urgensi nasionalisme. Sebagai bagian dari kajian kebangsaan dari sudut pandang agama, buku Membela Indonesia tampil dari sudut pandang tasawwuf dan moralitas, melepaskan tren mainstream yang berbau fikih. Buku ini menyegarkan wacana bahwa nasionalisme dan religius adalah dua hal yang tak terpisah. Buku ini juga menjadi bukti kuat bahwa rahim pesantren masih terus produktif menyuarakan dukungan untuk kesatuan NKRI.
Nahdlatul Ulama, sejak berdiri di Surabaya pada 31 Januari 1926 hingga kini mengalami perkembangan yang menarik untuk diperhatikan. Organisasi ini bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Sedangkan politik, sejatinya bukan tujuan utama organisasi ini. Hal ini tertera jelas dalam Khittah 1926 (semacam AD/ART) yang digunakan sebagai pedoman dalam menjalankan roda organisasi Islam terbesar di Indonesia ini. Namun, dalam perjalanannya, NU kerap dibawa-bawa dalam percaturan politik praktis. Bahkan, pada Pemilu 1955, NU memperoleh banyak sekali suara dan menduduki posisi ketiga pemenang Pemilu. Dalam perkembangan selanjutnya, tawaran untuk terlibat dan bermain dalam Pilpres m...
None
History of Christians and Muslims in Indonesia.