You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Erina Jelita Putri, gadis biasa yang tidak punya apa-apa kecuali keluarga yang sentiasa mencurahkan kasih sayang kepadanya. Mengenali Azfar menjadi titik tolak permulaan hubungannya untuk mengenali insan bernama lelaki. Lantaran itu, hubungan mereka menjadi lebih akrab. Namun, sesuatu yang tidak pernah diduga merenggut kebahagiaannya. Kematian Azfar mengubah Erina menjadi seorang yang suka menyendiri. Keprihatinan ahli keluarga sempat membawanya kembali menjadi seorang gadis yang ceria. Ketiadaan Azfar dapat diterimanya. Dia meneruskan hidup seperti biasa sehinggalah Izhar hadir di dalam hidupnya. Hubungan mereka memutikkan bunga-bunga kemesraan sehinggalah Izhar berani menawarkan cintanya kepada Erina. Kemunculan seorang pemuda persis Azfar telah mengelirukan fikiran gadis itu. Tidak mungkin pemuda yang dikenali sebagai Azrul itu Azfar. Sudah bertahun dia menerima hakikat bahawa Azfar sudah mati. Mengapa dia muncul? Aduh, sakit kepala dibuatnya! Konspirasi apa yang sedang mereka mainkan ini? Dia harus mematangkan dirinya. Dia harus mencari jawapan siapa Azrul dan Azfar sebenarnya.
Sebagai manusia dewasa, banyak hal yang kita sadari akhir-akhir ini bukan? Salah satu hal yang sering dipikirkan oleh kita adalah mengenang kembali pengalaman pengasuhan yang kita alami semasa bersama bapak ibu. Pengalaman ini tentu ada yang menyenangkan ada yang membuat perasaan kita berkecamuk hingga sekarang, hingga kita menyalahkan dan sulit memaa kan keadaan. Perasaan-perasaan itu menggerogoti jiwa melalui penyesalan. Menyebalkan sekali rasanya.Tenang saja, kita senasib. Dan buku ini sedikit mengobati. Konon katanya, menulis dapat dijadikan sebuah terapi untuk menenangkan hati. Menuliskan apa yang kita rasakan, mendefinisikan apa yang membuat kita terluka, apa yang membuat kita bahagia, apa yang kita bingungkan, hingga setidaknya segala keruwetan didalam pikiran, terurai sedikit demi sedikit.
Kami atas nama madrasah merasa sangat gembira karena Pendidik dan Tenaga Kependidikan MTsN 1 Balikpapan dapat mempersembahkan sebuah karya buku ini bagi Anda, pembaca yang budiman. Kami belajar, dari ketulusan hati kami berkarya. Lika-liku, pahit getir dalam proses penulisan puisi ini mewarnai lembar demi lembar dinamika perasaan bergelombang; senang, ceria, dan merasa merdeka. Mereka datang silih berganti menghiasi perjalanan dalam penyelesaian penulisan karya puisi ini, sebagai bentuk pengabdian kami kepada negeri dalam mencari rida Ilahi.
Ujian di dalam pernikahan kedua remaja itu mulai berdatangan silih berganti. Dari permasalahan kecil yang bermula pada kesalahpahaman akan masa lalu Kyuhyun bersama sang mantan kekasih, tak jarang membuat Seohyun cemburu dengan semua itu. Usia mereka yang masih belasan tahun, dikenal selalu memiliki perasaan yang labil. Keduanya harus lebih banyak belajar mengatasi masalah-masalah yang menerpa rumah tangga mereka. Belajar dari masalah kecil yang pernah mereka hadapi bersama untuk melewati masalah yang lebih besar lagi. Mampukah keduanya melangkah bersama untuk membangun istana kecil yang mereka impikan? “Orang baik tidak menjamin dirinya akan berakhir baik, dan orang yang belum baik masih punya kesempatan untuk berubah menjadi baik. Mungkin saat ini aku bukan laki-laki baik di matamu, tapi nanti ... apa kamu bisa menjamin itu?”—Kyuhyun
This book explores the relationships between financial inclusion, poverty and inclusive development from Islamic perspectives. Financial inclusion has become an important global agenda and priority for policymakers and regulators in many Muslim countries for sustainable long-term economic growth. It has also become an integral part of many development institutions and multilateral development banks in efforts to promote inclusive growth. Many studies in economic development and poverty reduction suggest that financial inclusion matters. Financial inclusion, within the broader context of inclusive development, is viewed as an important means to tackle poverty and inequality and to address the sustainable development goals (SDGs). This book contributes to the literature on these topics and will be of interest to researchers and academics interested in Islamic finance and financial inclusion.
Jamaludin Akbar, gus asal Kudus yang jatuh cinta sejak pertemuan pertama dengan gadis cantik bernama Nada Nur Maulida. Berbagai cara dia lakukan demi bisa mendapatkan hati gadis pujaannya. Sayang begitu usahanya hampir berhasil dia malah dijodohkan dengan gadis lain. Marah, kesal, sebal, hancur, semua rasa itu bercampur baur hingga secercah harapan di hati Jamal kembali terbuka saat tunangannya memutuskan hubungan sepihak. Bagaimanakah nasib Jamal selanjutnya? Dapatkah dia menjerat kembali Nada sementara ada pria lain yang juga sedang mencoba menjerat cinta sang Nada?
Permata itu dirumah kami. Buah Karya Aprilia Rindani
Jika pria baik hanya untuk perempuan baik, lalu bagaimana dengan para pendosa yang ingin menemukan jalan? Dengan Kansa yang hidupnya tidak memiliki arah hingga terperosok ke dalam lembah dosa. Kansa pernah begitu mencintai Arka, sosok yang melipur laranya saat dia di kecewakan, dan sosok yang melindunginya saat dia di jebak untuk menanggung kesalahannya, sayangnya cinta itu tidak berbalas dan hanya mendapat kebencian karena sosoknya yang nakal, liar, dan urakan yang dia dapatkan. Perjodohan yang di lakukan oleh kedua orangtua mereka pun di jawab Arka dengan sebuah penolakan yang menyakitkan, penolakan yang menyadarkan Kansa jika seorang pendosa sepertinya tidak pantas mendapatkan seorang Polisi sempurna seperti Arka. Namun siapa Arka dan Kansa dalam garis takdir yang tidak pernah bisa di tebak bagaimana caranya bekerja? Karena di pertengahan jalan dimana Kansa menyembuhkan luka mencari Tuhannya, takdir mengubah hati Arka dalam sekejap. Entah bagaimana akhir kisah Arkansa? apakah berakhir hanya menjadi sebuah pembelajaran atau berakhir manis seperti kisah Zulaikha dan Nabi Yusuf yang bahagia pada akhirnya.
Menjadi anak saleh yang cerdas, taat beragama dan taat kepada orang tua, serta menjadi kebanggaan keluarga, tentu saja menjadi doa dan harapan setiap ayah dan bunda untuk anaknya. Adam Alifattah bukanlah seseorang yang dibanggakan keluarga. Meski begitu ia menyadari, tak ada orang tua yang mengharapkan hal buruk terjadi pada anaknya. Nilai akademis Adam tak sebagus ketiga adiknya, ia harus berusaha keras belajar ketika ujian. Tak seperti adik-adiknya yang cerdas. Bahkan ia pernah tak naik kelas karena dianggap tidak cukup mampu mengejar ketertinggalannya. Diusir dari rumah karena suatu kejadian yang sama sekali bukan kehendaknya, tetapi kehendak Allah, adalah hal yang terberat terjadi dalam ...
None