You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Resistance on the National Stage analyzes the ways in which, between 1985 and 1998, modern theater practitioners in Indonesia contributed to a rising movement of social protest against the long-governing New Order regime of President Suharto. It examines the work of an array of theater groups and networks from Jakarta, Bandung, and Yogyakarta that pioneered new forms of theater-making and new themes that were often presented more directly and critically than previous groups had dared to do. Michael H. Bodden looks at a wide range of case studies to show how theater contributed to and helped build the opposition. He also looks at how specific combinations of social groups created tensions and...
This book studies the Indonesian martial art Pencak Silat and related media practices, and, building on that, assesses mediatization processes, meaning the potential influence of technology-based media practices. Pencak Silat represents a cultural system of values and beliefs, with hierarchical structures and relations, and social advancement being mediated in embodied social learning. The study contributes to martial arts studies and media studies, demonstrating potentials and limitations of media technologies and their (dis-)embodiment – their extension or reduction of the body as medium, and their embeddedness in or detachment from a given socio-cultural context. With Pencak Silat being practiced all over Indonesia, by a large part of the population, the thesis also represents a contribution to Indonesian studies. Based on extensive fieldwork (between 2008 and 2016), the study analyzes martial arts and/as media in Indonesia, and presents an ethnography of Pencak Silat and mediatization.
Buku kumpulan lakon monolog bertajuk Suwarna-Suwarni ini ditulis oleh seorang pribadi yang "rangkap," penulis sekaligus aktor. 20 lakon monolog di dalamnya bagian hasil eksplorasi dengan kinerja yang cepat dan berdaya, periode proses kreatif 2016-2017. Kecepatan kerja penulis buku ini setara dengan kemampuannya dalam menjabar gagasan ke dalam lakon. Khusus, otentik, cerdas, dengan penggunaan simbol dan metafora yang kaya, bahkan kadang mengagetkan. Kelebihan buku ini adalah (1) keragaman tema (2) kedalaman makna (3) keunikan penguraian gagasan dalam bentuk lakon (4) singkat/ pendek (5) bisa dinikmati sebagaimana cerpen. Tak hanya cocok bagi pembelajaran siswa SMA, PT Seni atau non seni, komunitas teater, tapi juga para aktor profesional.
Sampai Depan Pintu, adalah kumpulan naskah lakon monolog karya Whani Darmawan. Di Dalamnya berisi 31 naskah lakon monolog berdurasi pendek dengan tantangan karakter tokoh yang menarik. Sangat cocok untuk kebutuhan pertunjukan drama monolog baik untuk bahan pembelajaran, pementasan mandiri maupun dalam rangka mengikuti berbagai festival pertunjukan monolog. Penerbit Garudhawaca
Jangan kau biarkan otak dan hatimu angkuh hendak memisahkan diri dari badanmu. Mengapa silat sering dikatakan sebagai media belajar budi pekerti dan kepribadian? Sudah sangat sering saya mendengar kalimat semacam itu, tetapi pengertiannya selama ini masih abstrak. Lalu, di manakah letak metode pembelajaran dan pemahamannya? Inilah cerita-cerita tentang hal tersebut. Berlatih silat memang bisa membuat seseorang menjadi bangga dan yakin karena setidaknya sadar bahwa diri kita telah punya bekal. Rasa sadar diri bisa saja “salah letak” dalam kepribadian yang kemudian mawujud pada sikap yang overacting atawa lebay. Padahal, para bijak yang telah menempuh perjalanan panjang keilmuan mengatakan, semakin masuk ke ilmu, kita akan semakin bodoh. [Mizan, Bentang Pustaka, Ebook, Buku Digital, Pendek, Ringan, Inspirasi, Indonesia]
Sejatinya kita bisa menyebut buku ini adalah kumpulan naskah Monolog karya Whani Darmawan. Monolog, sebuah genre pertunjukan teater yang mana menampilkan hanya satu aktor. 12 naskah teater dalam buku ini diniatkan sebagai naskah pertunjukan monolog. Namun demikian, di dalamnya mengandung konteks yang tidak tunggal dalam hal “topik” yang diangkat dalam masing2 naskah. Oleh karenanya Ibed S. Yuga menyebutnya “Polilog”. Dengan point tembakan yang “poly” ini, dibutuhkan seorang aktor yang berwawasan luas untuk dapat mementaskannya dengan baik. Garudhawaca.
Dalam hidup, setiap manusia pasti pernah mengalami pertarungan. Tak hanya pertarungan fisik, melainkan juga pertarungan batin. Tak sekadar bertarung dengan orang lain tetapi juga bertarung kepada dirinya sendiri. Hidup adalah serentetan latihan panjang dan pertarungan yang tak kunjung usai. Melalui serangkaian latihan rutin silat yang dilakoninya selama bertahun-tahun, Whani Darmawan kemudian menemukan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dalam latihan silat, rupanya paralel dengan kehidupan sehari-hari. Dalam silat, kita diminta untuk mendengarkan tubuh, membedakan tubuh yang mampu berpikir dan jasad yang hanya berfungsi sebagai wadah semata. Dan melalui buku ini, Whani mengajak kita menyelami makna silat dengan menumbuhkembangkan berbagai energi positif dalam tubuh yang selama ini kita abaikan. [Mizan, Bentang Pustaka, Kisah, Inspiratif, Hidup, Indonesia]
"Saya sempat menyaksikan balkon tempat Nelson Mandela dulu memberikan pidato pertama setelah bebas dari penjara rezim apartheid. Nelson Mandela memang sosok luar biasa. Meski lama dipenjara oleh rezim apartheid, dia malah mengajak rekonsiliasi. Ini bedanya dengan di Indonesia. Dendam sejarah dipelihara untuk komoditas politik para politisi busuk.Ó Naik Puisi: Catatan Seorang Penyair-Pengelana adalah kisah perjalanan Tan Lioe Ie selama mengikuti festival sastra di berbagai negara dan di dalam negeri. Dengan gaya bahasa yang renyah, Tan Lioe Ie tidak hanya memotret perbedaan kondisi antara Indonesia dan negara-negara lain, tetapi juga bermacam peristiwa unik dan lucu yang dia alami bersama kawan-kawannya di berbagai tempat dan kesempatan. Ketika di Paramaribo, Suriname, misalnya, dia mampir ke sebuah toko suvenir yang menjual jimat untuk menang judi di kasino. Kepada kawannya, dia berbisik, ÒJika jimat untuk menang judi ampuh, mestinya dia tak usah repot membuka toko oleh-oleh. Dipakai saja sendiriÉ."