You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Manusia suka sekali mengenang. Kerap kali kita menemukan diri sendiri sedang membongkar kotak kenangan di dalam ingatan yang sudah lama tertimbun dan tidak tersentuh. Kadang kenangan-kenangan itu muncul secara tiba-tiba, namun seringnya, kita sengaja memunculkan mereka. Karena kita rindu, karena kita ingin mengingat kembali. Nostalgia adalah kerinduan terhadap sesuatu, atau mungkin seseorang, yang kini sudah tidak lagi ada. Sesuatu yang kini letaknya jauh sekali, hingga tidak mungkin bisa kita capai lagi. Orang bilang, sesuatu akan menjadi lebih berharga ketika mereka sudah hilang dan pergi. Ketika kita bernostalgia, boleh jadi kenangan-kenangan itu terasa lebih indah ketimbang kita mengalaminya di masa silam. Atau mungkin, ada sebersit perasaan sedih menyadari kenangan-kenangan yang sudah seharusnya kita lupakan. Lantas, kenangan-kenangan seperti apa yang sering membuat manusia ingin bernostalgia? Dalam buku inilah, para penulis mengeksplorasi kenangan-kenangan, bermain-main dengan rindu dan bernostalgia. Selamat menikmati karya-karya fiksi mini yang luar biasa dalam buku ini!
Makanan, pikiran teringat ilustrasi seorang anak yang membalikkan wadah nasi kosong di tengah keluarga yang sedang berkumpul. Ilustrasi itu ada di sampul Mangan Ora Mangan Kumpul, kumpulan kolom Umar Kayam. Kuliner, tak hanya cukup dipikir peninjauan rasa, enak dan tidak. Atau juga cetusan takjub “kok maknyuss! Nikmat betul! Kaldunya itu, lho!” seperti saat sahabat Mr. Rigen itu diundang dinner (harus dinner, bukan makan malam) di ruang makan gaya rumah hacienda. Peristiwa itu terjadi di “The Rediscovery of … Soto Ayam Kampung” garapan Umar Kayam. Selalu ada cerita di balik setiap rasa dan deretan tempat makan. Misalnya saja dalam kolom “Ngalap Berkah Di Malam Suro”, dijelaskan...
“Ayah, Yah. Sudah dong!” aku meminta ayah berhenti sebelum sampai ke tempatnya. Terlebih dahulu dinyalakanlah saklar sambil terus menutupi telinga “Hihihi,” suara Ibu membuat mata dan mulut ternganga. Ibu? Dan, Radith? Apa Radith yang memainkannya? Sejak kapan dia bisa? “Kalian?” ibu dan Radith menatapku secara bersamaan. “Itu lagu apa barusan? Kok Radith bisa?” Aku mencoba bersikap biasa meski tatapan aneh mereka membuatku bergidik. “Reserve. Karlmayer.” Radith menjawab datar, seperti bukan Radith. Kemudian permainan yang sempat terhenti, kembali ia mainkan. Juga suara senandung ibu yang samar liriknya, seperti bahasa asing mengiringi. Mereka tak memperdulikan diri ini sedikit pun. Aku pun menutup telinga lebih rapat. “Hentikan!” aku memohon kencang. Ibu berhenti menyanyi, dan beralih melihatku. Seram. Dia seperti bukan ibu. “Hihihi,” rintihan tawa ibu yang parau malah semakin merasa ada yang berbeda. Ibu mencengkram tangan dengan kuat, sampai aku merasa kesakitan. Aku berusaha melepaskan diri dan buru-buru memutuskan meminta tolong pada ayah. Sebelum sempat pergi, ibu kembali meraih tanganku.
Setuju tidak dengan pernyataan “without music, life would be a mistake”? Musik, pada dasarnya, adalah karya seni yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia. Musik dapat menginspirasi kita dalam bertindak, kadang dapat membuat kita bercermin diri melaui lirik-lirik lagu yang dinyanyikan, dan juga turut mengungkapkan apapun yang ada di benak kita, yang tidak dapat tersampaikan dengan kata-kata. Musik menjadi saksi kerinduan-kerinduan yang terpendam, perasaan-perasaan yang tidak tersampaikan, hingga ribuan tetes air mata yang sengaja disembunyikan. Banyak orang beranggapan bahwa tanpa musik, hidup terasa hampa; tidak berwarna. Dalam buku inilah, para penulis bermain-main dengan musik dan mengolahnya menjadi sebuah cerita yang mampu menggugah hati pembaca. Mencoba menyampaikan bahwa banyak sekali kisah-kisah yang tercipta, cinta-cinta yang bertemu, dan perpisahan-perpisahan yang terjadi; karena musik. Bahwa di balik partitur-partitur yang berserakan serta lirik-lirik lagu yang mengundang air mata, di sana tersimpan pesan-pesan yang ingin disampaikan. Let’s turn up the music!
We’ve had dragons. The award-winning bleak deconstruction couldn’t end without turning its unblinking eye upon a dungeon. There’s no escape. There’s only down. Collects DIE #16-20
6,000 years of secrets, finally revealed. It's going to be okay. For a certain value of okay. The final volume of the commercial pop sensation is so momentous, it can't be held in one volume. Join us for this oversized two-book package that brings our cycle to an end. Collects THE WICKED + THE DIVINE #34-45, all six Specials, and extras!
A conclusão da grande saga de Kieron Gillen e Stephanie Hans se aproxima... Já tivemos dragões, mas esse premiado conto de desconstrução do universo dos RPGs não poderia terminar sem que o conceito da dungeon fosse explorado de forma completamente original. E como todo jogador de RPG bem sabe, em masmorras desse tipo, não existe escapatória, e a única direção em que se pode seguir... é para baixo!
None
Provides a survey of the hotels, restaurants, historical sites, cultural activities, and other attractions in Chicago and includes special information for the business traveler