You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Kenyataannya hidup memang penuh dengan dinamika perjuangan yang setiap orang memiliki kesulitannya masing-masing. Dalam buku ini, penulis menyuguhkan bagaimana dinamika manusia yang berproses untuk menjadi seorang sarjana. Manusia-manusia tangguh yang tak kenal lelah untuk memperjuangkan hidupnya dan memutus rantai kemiskinan. Memang sarjana bukanlah satu-satunya jalan untuk mencapai kesuksesan. Namun dengan berbekal gelar sarjana, seseorang mampu menajamkan cara berpikirnya, mampu mengolah rasa dan kemampuan untuk mengubah dunia.
Judul : Perkawinan Anak dalam Perspektif Feminis Postmodern: Tantangan dan Transformasi Sosial Penulis : Rizky Pamungkas, dan Rohmadtika Dita Ukuran : 14,5 x 21 cm Tebal : 196 Halaman Cover : Soft Cover No. ISBN : 978-623-505-791-0 No. E-ISBN : 978-623-505-792-7 (PDF) SINOPSIS Buku Perkawinan Anak dalam Perspektif Feminis Postmodern: Tantangan dan Transformasi Sosial mengangkat isu kompleks perkawinan anak dari sudut pandang feminis postmodern. Perkawinan anak, yang masih marak terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, menghadirkan berbagai dampak negatif terhadap hak asasi anak, kesehatan, pendidikan, serta peluang ekonomi perempuan di masa depan, buku ini mengeksplorasi akar b...
Berawal dari notifikasi SMS banking suaminya Anggi ketika ia sedang mandi. Sangat aneh terdengar karena ada notifikasi tarik tunai sebesar dua juta lima ratus ribu rupiah. Kemudian, disusul dengan pesan masuk dari wanita yang tidak lain adalah sekretaris dari Irfan Pratama, suaminya Anggi.
“Sejarawan Indonesia lebih sibuk berhistoriografi dan terancam lupa menulis diri sendiri atau rekan seprofesi secara utuh,” begitu kekhawatiran FX Domini BB Hera. Kendati banyak menghasilkan karya penting dalam pustaka sejarah Indonesia, salah satunya Soewardi Soerjaningrat dalam Pengasingan, belum ada biografi yang secara khusus mengulas kiprah Irna HN Hadi Soewito. Bahkan, biografi sejarawan perempuan di Indonesia pun pada umumnya masih terhitung langka. Buku ini menjawab kekhawatiran itu. Eka Budianta mengajak kita mengunjungi sejarah personal Irna HN Hadi Soewito, dari masa kecilnya di Kediri hingga kini genap berusia 80 tahun. Dalam buku ini pula terceritakan apa dan bagaimana keterkaitan Irna dengan Bung Karno, sang proklamator dan presiden pertama Republik Indonesia, juga Ki Hadjar Dewantara, sosok penting di balik Taman Siswa.
A revised edition of Joh. Warneck's Toba-Bataksch-Deutsches Wörterbuch (Landsdrukkerij, Batavia, 1906). The additions and corrections in this edition are by the late J. Winkler, who, like the author, worked in Sumatra for the Rheinischen Missionsgesellschaft. It also includes a 42 page register Deutsch-Batak, compiled by K.A. Adelaar, aimed to facilitate the use of the dictionary for linguistic purposes.
None
Jodoh, maut, rezeki, memang sudah ditentukan oleh Tuhan. Kita semua tidak dapat mencegah saat kematian datang. Ada rasa kecewa dalam benak keluarganya Karin. Namun, mereka tidak mampu meluapkan isi hatinya. Sebab, tidak punya kekuasaan dan kemampuan melawan takdir. Ibundanya Karin melarang Irfan dan Anggi untuk mengantarkan jenazah Karin bukan karena tidak memiliki alasan. Ya, tentu ada alasannya. Setelah diberikan kejutan. Akhirnya mereka berdua melangsungkan pernikahan di kediaman Anggara Pratama. Mereka sengaja mengulang akadnya dan tanpa ramai-ramai, sebab lingkungan setempat tidak mengetahui masalah keluarganya. Pernikahan hanya dihadiri sanak keluarga yang dapat dipercaya. Pernikahan berlangsung khidmat. “Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Irfan Pratama bin Suseno dengan anak saya yang bernama Anggita Rayhana binti Anggara Pratama dengan maskawinnya berupa seperangkat alat salat. Tunai.” Dikarenakan yang diganti hanya kartu keluarga saja, bukan nama lengkap mereka, Irfan masih memakai nama Pratama di belakangnya. Itu juga atas izin Irgi Pratama. Hanya saja sebutan bin nya kini disebutkan ayah kandungnya.
“Lagian nih, ya. Lu harus tau, nilai itu bukan segalanya. Hanya karena lu pinter jawab soal di kertas belom tentu lu pinter milih jalan hidup nantinya. Ranking, nilai ujian, nilai praktikum, nilai apalah itu bisa jadi ga ada gunanya kalo lu gak tau apa tujuan lu meraih itu semua.” Dinda, remaja 15 tahun, menjalani hari-hari di SMANLI bersama dengan Abang dan Kakak yang senang merecoki hari-harinya. Ditemani dengan jenis-jenis makhluk X MIA 3 yang beragam, Dinda belajar dan mencoba hal-hal baru yang berujung seru.
Angkola-Indonesian and Indonesian-Angkola dictionary.