You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Zaidon, adalah mahasiswa asal Pedir yang baru saja lulus di Universitas Al-Azhar Kairo. Sebuah tragedi nahas hampir saja merengut nyawanya ketika hendak mengikuti seminar Internasional. Secara bersamaan, Mesir lagi dirudung konflik politik. Pulang ke Aceh Zaidon mendapati sang kekasih Cut Buleun bertingkah aneh. Ia diguna-guna sahabat masa kecil Zaidon yang bernama Amru. Disisi lain Zaidon berusaha merajut kembali hubungan asmara dengan Cut Buleun. Perjuangan Zaidon menghadapi fase demi fase kehidupan terus berlangsung. Selamat berjuang lelaki Pedir!
This volume explores the diverse linguistic landscape of Southeast Asia’s Chinese communities. Based on archival research and previously unpublished linguistic fieldwork, it unearths a wide variety of language histories, linguistic practices, and trajectories of words. The localized and often marginalized voices we bring to the spotlight are quickly disappearing in the wake of standardization and homogenization, yet they tell a story that is uniquely Southeast Asian in its rich hybridity. Our comparative scope and focus on language, analysed in tandem with history and culture, adds a refreshing dimension to the broader field of Sino-Southeast Asian Studies.
Di suatu sore yang tenang dan berkah, saya bertandang ke sebuah tempat menjual pulsa di sudut kota Mekkah, kawasan Aziziyah. Saya memperkenalkan diri sebagai orang Aceh (asyi). Raut wajah penjual seketika mengernyit, dahinya berkerut membentuk garis. Penjual pulsa itu merasa tidak asing ketika saya menyebut Asyi, kakek dari kakek kamu adalah bagian dari kota Mekkah ini. Buku Rindu Aceh merupakan luah perasaan penulis terhadap tempat kelahiran penulis, Aceh. Selama berada dalam perantauan menuntut ilmu di Kairo, Mesir hingga pulang mengisi kerinduan itu di Aceh. Buku Rindu Aceh adalah catatan penulis tentang keacehan dalam spektrum pendidikan, politik dan sosial keagamaan. Rindu adalah energi dan modal untuk bangkit menjadi lebih baik. Rindulah terhadap tanah air, rindu melihat kebaikan-kebaikan yang tumbuh mekar. Bacalah buku ini dengan penuh rindu; Rindu Aceh.
Nilai-nilai kemanusiaan pada fitrahnya berada dalam tubuh kita yang terdalam. Dalam sejarahnya, nilai-nilai kemanusian menjadi modal kebangkitan peradaban kaum muslimin. Ia adalah modal dalam membuka sebuah negeri. Hari ini kita rasakan bahwa nilai-nilai kemanusian semakin jauh dari muslimin itu sendiri. Seakan ia telah terbuang di dalam tong sampah kehidupan. Manusia mulai serakah, membunuh, menzalimi, tidak lagi berempati dan membantu. Walhasil peradaban manusia menjadi hancur. Orientasi kemanusiaan hanya sebatas perut, padahal nilai kemanusian itu berorientasi kepada kualitas iman dan akal dalam rangka menghamba diri pada Tuhan. Buku ini ingin menyadarkan kita tentang nilai-nilai kemanusiaan yang sudah terbuang. Mari kita pungut kembali nilai kemanusiaan itu. Sejatinya ia adalah modal awal untuk muslimin bangkit dan meraih kebahagiaan Semoga buku ini menjadi pengingat dan pemantik bahwa masing-masing kita punya tanggung jawab menjaga nilai kemanusiaan di muka bumi.
Buku “Pernak-Pernik Pernikahan” ini hadir di tengah ramainya isu perceraian, kekerasan dalam rumah tangga dan konflik keluarga. Buku ini dimaksudkan untuk merasakan betapa pernikahan itu sesuatu yang mahal, ia disebut dalam Alquran sebagai mithaqan ghaliza, sebuah perjanjian yang kuat. Sesuai dengan namanya buku “Pernak Pernik Pernikahan” merupakan kumpulan tulisan penulis sewaktu mengajar dan membaca isu dan hukum keluarga. Tulisan ini lahir juga di tengah proses penyusunan tesis penulis di bidang Hukum Keluarga. Sesuai namanya, Pernak-Pernik Pernikahan, tulisan ini memuat tema menjaga pernikahan, kelanggengan, meminang, kafaah, hingga bagaimana jika terjadi nusyuz. Sekali lagi, buku ini merupakan upaya penulis mengejawantahkan isu keluarga kembali mencuat ke tengah publik untuk kita bincangkan dan diskusikan, karena keluarga beserta elemen dan hukumnya merupakan suatu hal urgen yang mesti dibicarakan secara serius. Baiknya sebuah peradaban manusia ini tergantung bagaimana manusia mengelola kelompok masyarakat terkecil ini. Selamat membaca!
Kerja buku-setidaknya sampai saat ini-memang masih jarang memikat orang banyak. Tak banyak keuntungan material (malah kadang tidak ada!) yang didapat dari pengerjaan suatu buku, dibandingkan jumlah waktu dan tenaga yang terkuras dalam proses penyelesaian buku tersebut. Itu tentunya menjadi salah satu hal yang membuat orang-orang ogah jadi penulis buku, terlebih dalam bidang-bidang yang memerlukan tak hanya tenaga dan pikiran, tetapi juga “ongkos” untuk mengerjakannya, semisal buku penelitian sosial. Kampus, yang seharusnya jadi tempat utama berkembangnya pemikiran intelektual, justru tak akrab dengan buku. Kegiatan perbukuan belum dilirik secara maksimal oleh pihak universitas di Indones...
Contributed articles on Islamic life insurance in Bangladesh.
Mahabbah Rindu PENULIS: Maisarah ISBN: 978-623-7208-47-1 Penerbit : Guepedia Publisher Ukuran : 14 x 21 cm Tebal : 157 halaman Sinopsis: Muhsin adalah seorang anak yatim piatu asal Pidie mempunyai mimpi untuk mengejar cita-citanya. Setelah kepergian Maknya ia harus berhijah untuk bekerja di Ibukota Banda Aceh untuk bias mewujudkan mimpinya. Gelar sarjana yang ia peroleh dari hasil kerja kerasnya tak sengaja mempertemukannya dengan seorang gadis dari keluarga terpandang yang bernama Syarifah Munawarah. Pertemuan pertama mereka berawal dari kehilangan sepatu sang gadis. Ketika cinta bersemai keduanya memilih dia. Namu perjalanan cinta mereka tak begitu mulus. Sempat di tolak sebanyak tiga kali...
Bagaimana peran aktivis 98 setelah duapuluh tahun kemudian? Apakah mereka masuk dalam jajaran pemimpin politik saat ini atau justru terpinggirkan? Apakah mereka tetap memiliki idealisme dan konsisten berjuang untuk menciptakan perubahan? Pertanyaan tersebut dijawab melalui penelitian yang dibuat bersama Ninawati dan Ruby Chrissandy. Hasil penelitian telah dipresentasi dalam seminar nasional dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah, dilanjutkan dengan pembuatan video dokumenter ”Agents of Change” oleh Dody Kamajaya. Pada tanggal 11 Mei–11 Juni 2018 karya foto dipamerkan dalam pameran ”Segenggam Refleksi Reformasi” di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) dalam rangka memperingati 20 tahun reformasi 1998. Buku ini menyampaikan sekelumit cerita tentang beberapa agen perubahan setelah 22 tahun kemudian dalam dokumentasi dan rekaman berkesinambungan. Semoga buku ini dapat melengkapi rekaman dokumentasi tentang reformasi yang menjadi bagian dari sejarah perubahan Indonesia.
Buku ini menyimpulkan relasi agama dan negara dalam tafsir al-Nukat wa al-‘Uyûn karya al-Mawardi bersifat integralistik yang berdasarkan pada tiga prinsip utama yaitu, Pertama, prinsip kesatuan agama dan negara yang tidak dapat dipisahkan. Kedua, prinsip agama memiliki otoritas tertinggi dalam mengatur kehidupan negara dan masyarakat. Ketiga, prinsip negara harus menerapkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan bermasyarakat secara adil dan proporsional.