You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Prayer of Timekeeping is a short story book by Fitrawan Umar, a writer from Indonesia. This book narrates various themes, including love, politics, and local culture in Indonesia.
ua polisi tengah duduk santai memantau lalu lintas di perempatan alun-alun sambil memutar lagu-lagu yang membosankan, hanya dengan tujuan untuk mengusir kebosanan. Mereka tidak tahu, ada sebuah bom telah terpasang dan tidak lama lagi mereka ikut meledak bersama posnya yang rapuh. Alya sedikit gugup dari kejauhan. Debaran dadanya masih tidak berbeda dari ledakan yang pernah dia rancang sebelumnya. Dia tidak lebih tenang. Pola napasnya ber-usaha dia buat beraturan, lalu memicingkan mata untuk pandangan ke sudut sana. Akhir riwayat pos polisi itu kini bergantung dari tekanan jempolnya.
Cerita Pendek
Cerita Pendek
Peribahasa Nusantara (Peribahasa Daerah dari Aceh Sampai Papua)
Sejak puisi esai ditulis Denny JA dan diterbitkan dalam buku Atas Nama Cinta, istilah puisi esai pun menjadi perdebatan dimana-mana, terutama di kalangan para penulis. Ada fihak yang menolak dengan keras, ada yang biasa-biasa saja, dan ada yang menyambut dengan gem- bira. Alasan penolakan puisi esai bermacam-macam. Tapi, yang paling ramai adalah alasan bahwa puisi adalah puisi dan esai adalah esai. Tidak bisa kedua hal itu disatukan atau dikawinkan. CerahBudayaIndonesia
Rindu tidak selalu berarti menginginkan hal-hal yang pernah terjadi, baik peristiwanya maupun orang-orang yang bersamanya. Ada rindu yang justru lahir dari sesuatu yang belum pernah ada. Sesuatu yang diinginkan walau belum pernah dirasakan. Rindu tidak selamanya menyiksa. Ada rindu yang indah. Ada rindu yang memekarkan kelopak bunga harapan. Saat begitu, hati justru menjadi taman yang nyaman. Rindu seperti itu selalu meneduhkan hingga tetap tabah menyebut-nyebut apa yang dirindukan. Rindu selalu baik. Rindu menjaga kenangan tetap hidup. Rindu melindungi impian agar tak redup.
Kalau boleh, marilah kita mengibaratkan “suka” itu seperti gula, dan “duka” itu seperti bubuk kopi. Adalah nikmat bila dua unsur itu berpadu dalam secangkir kopi. Hm, mungkin memang proses menjadi penulis sama halnya dengan proses menikmati kopi. Bila tak tahan dengan ‘pahitnya’, maka menyerah adalah kuburan untuk karier menulisnya. Hingga sampai saatnya nanti –seperti kopi– kelak aktivitas menulis akan menjadi candu. Buku ini berisi curahan hati para penulis pemula yang bersuka-duka untuk bisa eksis di dunia tulis-menulis. Mereka secara jujur, terbuka, dan juga polos mengungkapkan pengalaman nyatanya menjadi penulis pemula. #SukaDukaPenulisPemula #GeggeMappangewa
Roman Semesta adalah buku puisi dari Fitrawan Umar yang pernah menjadi nominasi buku puisi favorit Anugerah Pembaca Indonesia Goodreads 2014. Sebagian puisi di sini dijadikan minialbum oleh grup musik Selsa (Yogyakarta) (Dengarkan di channel Youtube: Selsa_Jogja)
HUJAN pagi ini mengantarkan pertemuan kita menjadi pertemuan yang menyedihkan. Aku melihatmu berjalan bersama sahabatku, yang juga mungkin kini menjadi sahabatmu. Tak pernah kulihat matamu begitu berbinar seperti hari ini, ketika kulihat kau berbicara dengannya. Tatapan matamu terasa berbeda ketika menatapku dan menatapnya. Ada sesuatu yang tak lengkap di matamu ketika kau menatapku, dan ada sesuatu yang tiba-tiba melengkapinya ketika kau melihatnya. Atau itu hanya perasaanku saja, yang sekali lagi hanya perasaan klise yang tak beralasan? Terlalu terbawa perasaan mungkin. Semoga. Hari ini kau bercerita tentangnya padaku. “Aku ingin memberikan cokelat padanya.” “Kenapa harus minta pendapatku?” “Aku hanya ingin tahu bagaimana tanggapanmu.” “Iya, tapi kenapa harus aku?” Jawabku menaikkan satu oktaf dari nada suaraku. “Kenapa, Kau? Lama kelamaan semakin sensitif?” Aku pergi meninggalkanmu. Aku berharap kau menahan langkahku, tapi...