You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
A keen critic of culture in modern Indonesia, Andrew N. Weintraub shows how a genre of Indonesian music called dangdut evolved from a debased form of urban popular music to a prominent role in Indonesian cultural politics and the commercial music industry. Dangdut Stories is a social and musical history of dangdut within a range of broader narratives about class, gender, ethnicity, and nation in post-independence Indonesia (1945-present).
The Muslim-majority nations of Malaysia and Indonesia are known for their extraordinary arts and Islamic revival movements. This collection provides an extensive view of dance, music, television series, and film in rural, urban, and mass-mediated contexts and how pious Islamic discourses are encoded and embodied in these public cultural forms.
In 1998, Indonesia exploded with both euphoria and violence after the fall of its longtime authoritarian ruler, Soeharto, and his New Order regime. Hope centered on establishing the rule of law, securing civilian control over the military, and ending corruption. Indonesia under Soeharto was a fundamentally insecure state. Shadowy organizations, masterminds, provocateurs, puppet masters, and other mysterious figures recalled the regime's inaugural massive anticommunist violence in 1965 and threatened to recreate those traumas in the present. Threats metamorphosed into deadly violence in a seemingly endless spiral. In Aceh province, the cycle spun out of control, and an imagined enemy came to ...
Divine Inspirations: Music and Islam in Indonesia brings together the work of 11 international scholars into an unprecedented volume focused on religion and performance in a nation celebrated for its extraordinary arts, religious diversity, and natural beauty. The resulting collection provides a panoramic view of Indonesia's Islamic arts in a variety of settings and communities. Together the authors address how history, politics, spirituality, and gender are expressed through performance and how Indonesian Islamic culture intersects with the ideology and practice of nationalism. Unique and engaging, Divine Inspirations will fascinate readers interested in Southeast Asia, the Middle East, Islam, world religions, global discourse, and music, arts and ritual.
To Kill the Invisible Killer merupakan kumpulan puisi tematik, nyaris seluruhnya mengangkat tema “melawan Covid-19”—suatu jenis virus yang menjadi wabah dan berhasil melumpuhkan seluruh dunia belakangan ini. Kedua penulisnya, FX Rudy Gunawan dan Afnan Malay, bukanlah sosok yang dikenal sebagai ‘penyair’. Mereka berdua—yang aktif di bidang politik, sosial, dan kebudayaan—mengalami, memaknai, memberikan respons, mencari jalan keluar, menentukan pilihan, atau mengisi kembali ruang-ruang kosong dan terbuka akibat pandemi global tersebut melalui puisi. Buku ini sekaligus meneguhkan kembali betapa puisi, sebagai salah satu bentuk karya sastra, bukan saja menjadi medium kreatif dan saluran respon pribadi, tapi bisa juga berperan sebagai catatan dokumentasi sosial.
Suster Frida mengundang Anda ke Bangsal 13 bersama LUNA MAYA ENDHITA ADY HARAHAP (script writer) Catatan Sebaiknya kamu mengetuk pintu dari dalam! -GagasMedia-
HARI ini AR merasa ingin mati. Capek ia menjalani hidup. Tubuhnya lunglai. Kekuatannya selama berpuluh tahun sebagai seorang pengembara kehidupan. Lenyap begitu saja. AR bahkan sudah berpikir untuk mengakhiri hidupnya yang melelahkan. Naik ke sebuah gedung bertingkat 12 atau 15 dan melemparkan diri dari atapnya. Tubuhnya akan melayang tertarik oleh gaya gravitasi bumi dan hancur berkeping-keping begitu mendarat di aspal jalanan yang panas. Darahnya akan muncrat memerciki orang-orang berdasi yang kebetulan berada di sekitar tubuhnya menodai baju putih kuning, hijau, atau biru yang mereka kenakan? Apakah hari ini hari yang baik untuk mati? -GagasMedia-
None
saya lihat beberapa wujud mahkluk halus yang seliweran diantara pepohonan? Pernah ngerasain tidur di samping setan berambut panjang? Itu yang saya alami saat syuting di BP Cibubur? ?tiba-tiba di teve terlihat perempuan yang jalan di rawa, setengah badanya terendam dengan posisi membelakangi kamera. Padahal saat saya rekam, saya nggak lihat apa-apa. ?beberapa detik sebelum action, saya lihat mereka memperhatikan saya dari atas batu. Mereka tertawa tapi seluruh mukanya pucat dan kelihatan tua. Di situ saya lihat jelas, dua anak itu cuma badannya saja yang kecil, tapi wajahnya kayak orang usia 70 tahun. ?beberapa peralatan musik di studio bunyi sendiri tanpa ada yang menyentuh. Piano berdenting sendiri, cymbal dilihatnya naik turun sendiri? -GagasMedia-