You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Dongeng anak Jepang, merupakan satu dari sekian karya sastra di dunia yang dikenal sebagai acuan budaya sekaligus karakter negara. Karena begitu kuatnya generasi Jepang melestarikan model pendidikan karakter ini menyebabkan banyak pakar dari berbagai disiplin keilmuan mengkajinya. Buku ini hadir melengkapi karya pustaka yang sudah ada dengan mengetengahkan penguatan moral melalui dongeng anak. Penulis meninjau nilai didaktis beberapa dongeng anak Jepang yang terkenal. Nilai-nilai yang dibahas meliputi balas budi (ongaeshi), empati (omoiyari), dan tidak serakah (yokubari shinai). Di akhir bab, penulis membahas strategi apa saja yang bisa ditempuh dalam rangka meningkatkan pemanfaatan dongeng untuk membangun moral anak.
Jauh sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. manusia telah mendengarkan sejumlah sejarah tentang banyaknya peradaban seperti Yunani, Romawi, Cina, dan India. Manusia sudah mengetahui adanya beberapa pemahaman agama-agama seperti Yahudi, Majusi, Nasrani, Budha, Hindu, dan Zoroaster.[1] Walaupun demikian, dari sekian banyak peradaban dan agama-agama yang sudah ada sebelum Islam, belum mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan bahkan status perempuan tidak lebih sebagai objek pemuas nafsu saja yang tidak memiliki hak apa-apa terhadap laki-laki, padahal diketahui bersama bahwa seluruh agama tersebut telah memiliki ajaran tentang penghargaan terhadap perempuan. [1]Qasim Amin, Sejarah Penindasan Perempuan, Menggugat “Islam Laki-laki” Menggugat “Perempuan Baru” Terjemahan Syariful Alam, (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 29.
Kesadaran untuk mengatasi masalah kemerosotan karakter bangsa ini muncul ketika sudah sampai pada kondisi kronis. Dalam kondisi seperti ini penanganan akan jauh lebih sulit. Masalah karakter adalah masalah mendasar. Karakter terbentuk dalam kurun waktu yang lama dan proses yang panjang. Upaya untuk merubah suatu karakter menjadi karakter tertentu seperti yang dinginkan merupakan hal yang sangat sulit. Kesulitan sebesar apapun harus tetap ditempuh dan dilalui jika kita semua ingin agar bangsa Indonesia tidak hancur. Pendidikan karakter itu merupakan proses panjang yang harus dilakukan dengan sabar, bertahap dan berkelanjutan. Di tengah perkembangan kehidupan yang diwarnai dengan paradigma pos...
Proses penyusunan buku ini merupakan karya kolaborasi dari akademisi yang disiplin ilmunya merupakan bidang pendidikan dari beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta di tanah air. Kolaborasi ini dimaksudkan agar memperkaya khazanah pengetahuan yang tertuang dalam buku ini sehingga konten dari buku ini dapat diterima oleh berbagai kalangan dari berbagai daerah di Indonesia. Adapun latar belakang dari penulisan buku ini merupakan refleksi kondisi dekadensi moral generasi muda pada saat ini yang sudah terseret jauh dari akar nilai budaya. Sering kali kita menemukan banyak perilaku yang tidak sesuai dengan nilai moral mulai dari tindakan pencurian, kenakalan remaja, pergaulan bebas, penggunaan...
Jauh sebelum Alquran diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. manusia telah mendengarkan sejumlah sejarah tentang banyaknya peradaban seperti Yunani, Romawi, Cina, dan India. Manusia sudah mengetahui adanya beberapa pemahaman agama-agama seperti Yahudi, Majusi, Nasrani, Budha, Hindu, dan Zoroaster.[1] Walaupun demikian, dari sekian banyak peradaban dan agama-agama yang sudah ada sebelum Islam, belum mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat perempuan bahkan status perempuan tidak lebih sebagai objek pemuas nafsu saja yang tidak memiliki hak apa-apa terhadap laki-laki, padahal diketahui bersama bahwa seluruh agama tersebut telah memiliki ajaran tentang penghargaan terhadap perempuan. Puncak per...
Buku Interseksi Gender: Perspektif Multidimesional Terhadap Diri, Tubuh, dan Seksualitas dalam Kajian Sastra Perspektif dalam kajian gendertidaklah bersifat tunggal. Ada dinamika yang terus bergerak secara teoritis dalam merespon perkembangan teori-teori feminisme yang mengalami kemajuan pesat sejak tahun 1970-an. Memandang bahwa perempuan secara universal memiliki nasib yang homogen, seperti yang dijelaskan oleh Gerakan Feminisme Gelombang Kedua dianggap oleh para feminis, yang kebanyakan bukan feminis kulit putih, terlalu mengeneralisasi persoalan perempuan (Mohanty, 1984; Crenshaw, 1992; Collins, 1989). Ketiganya sepakat bahwa perempuan memiliki nasib yang tidak sama dalam batas-batas sejarah, sosial, politik maupun geografis. Perspektif gender dengan fokus pada intersectionality menjadi cara untuk mengkonseptulisasikan hubungan antara sistem-sistem opresi yang membangun identitas kita yang bersifat multipel dan juga lokasi sosial kita yang berada di dalam hierarki kekuasaan. Idenfitas gender tidak muncul begitu saja tetapi berada di dalam sebuah sistem kekuasaan yang di dalamnya ada legitimasi dan privilese dari kelompok-kelompok yang menjadi kultur dominan.
Landschaftsgeschichte - Archäologie - Europa.
This is the true story of the tragic life of Okichi Saito who became the pawn to placate Townsend Harris, the first American Consul to Japan in the turbulent mid 1800's. This poignant story takes place during a period in history when the "Black Ships" arrived in Japan and changed many lives, especially those of Okichi and her fianc and lover, Tsurumatsu. Like a butterfly, Okichi was beautiful but fragile, easily tossed about and bruised by the stronger forces of political wheeling and dealing. The story takes the readers on a journey from the wild windswept fishing village of Shimoda to the colorful world of the geishas Okichi was literally sold into, then onto the awesome stage of politics and power and finally to a lonely outcast who walked into the icy waters of the Shimoda Bay one cold grey March morning....
These guidebooks for classroom teachers suggest skills and subskills requiredfor virtuous lives.
There were two women in Zhenbao's life: one he called his white rose, the other his red rose. One was a spotless wife, the other a passionate mistress. Isn't that just how the average man describe a chaste widow's devotion to her husband's memory - as spotless, and passionate too? Maybe every man has had two such women - at least two. Marry a red rose and eventually she'll be a mosquito-blood streak smeared on the wall, while the white one is "moonlight in front of my bed." Marry a white rose, and before long she'll be a grain of sticky rice that's gotten stuck to your clothes; the red one, by then, is a scarlet beauty mark just over your heart. In Eileen Chang's eloquent and evocative novella, Zhenbao is a devoted son, a diligent worker, and guarded in love. But when he meets a friend's spoilt, spirited, desirable wife, he cannot resist her charms, or keep their relationship under his control. As he succumbs to passions and resentments, Red Rose, White Rose is both sensual and restrained.