You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Arguing for new consideration of calls for implementation of Islamic law as projects of future-oriented social transformation, this book presents a richly-textured critical overview of the day-to-day workings of one of the most complex experiments with the implementation of Islamic law in the contemporary world - that of post-tsunami Aceh.
With this book series the Indonesian government, its people, and BRR wish to expres their deep gratitude for the many kind helping hands extended from all over the world following the December 26, 2004 earthquake and the tsunami in Aceh and the March 28, 2005 earthquake in the islands of Nias. ... within the pages of this book BRR would like to share those experiences and the lessons learned ... to building Aceh and Nias back better and safer. ...
Buku sederhana ini, menggenapi dua buku sebelumnya, Setelah Tsunami Usai dan Catatan Aceh Membangun. Melengkapi keduanya, kami beri judul, Aceh Bangkit. Judul tidak orisinal, namun bisa mencerminkan apa yang selama dilakukan oleh banyak orang dalam membawa kembali Aceh seperti sedia kala. Ketiga buku ini, setelah tsunami terjadi, mencatat hingga hari 1.831. Seandainya dikalikan, rentang waktu lima tahun tersebut, mencapai 43.944 jam, atau 2.636.640 menit, atau 158.198.400 detik. Sengaja ditentukan hingga 2009, karena usia lima tahun, telah tiba masa tenggat program rekonstruksi dan rehabilitasi –walau dalam kenyataan, sisa-sisa masih ada yang belum terselesaikan. Semua buku ini pada dasarnya ingin mengabadikan sesuatu, agar apa dan siapa itu, akhirnya tidak berlalu begitu saja. Biarlah ia terekam bersama proses perjalanan sejarah. Catatan-catatan kecil dalam buku ini sudah terkumpul sejak lama. Kami ingin membagi-bagikan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Buku yang di tangan Anda ini, adalah buku kedua. sebuah usaha untuk mencatat tentang apa dan siapa dari dan ke Aceh, dalam rentang waktu 26 Desember 2005 hingga 25 Desember 2007. Sama seperti buku pertama, buku ini ingin mengabadikan sesuatu, agar apa dan siapa itu, akhirnya tidak berlalu begitu saja. Biarlah ia terekam bersama proses perjalanan sejarah. Kami berusaha semaksimal mungkin mengumpulkan dan mengeditori buku ini, namun kenyataannya, ia berselimak kekurangan. Kami berharap catatan ini akhirnya bermakna. Amin.
Buku ini adalah sebuah usaha untuk mencatat tentang apa dan siapa dari dan ke Aceh, setelah tsunami terjadi, hingga 362 hari sesudah 26 Desember 2004. Kemudian Aceh menjadi sebuah kawasan yang benar-benar mendunia. Dalam sekejap, banyak orang yang datang. Entah dari dalam negeri, maupun dari berbagai negara. Dalam sekejap, janji dan komitmen memberikan bantuan mengalir deras bagaikan air bah. Pemimpin berbagai negara berlomba membantu, menyatakan komitmen, maupun membuat janji. Negara kaya dan negara miskin seperti belum dianggap memiliki kepedulian ketika tidak menyumbang walau entah berapa. Buku ini boleh jadi pada akhirnya hanya menjadi sebuah catatan. Walaupun kecil, dokumen ini akan bermakna di kemudian hari. Ia bisa menjadi sebuah pembuka jalan bagi orang lain yang mungkin mau melakukannya dengan lebih sempurna.
Kepergian Tiro sungguh merupakan kehilangan besar bagi Aceh. Paska – penjajahan Belanda, tidak banyak tokoh ‘segila’ beliau. Sekilas Hasan Tiro lebih revolusioner, karena berani mengancam Jakarta dengan kehendak merdeka (1976) di tengah kepemimpinan orde baru yang over militeristik dan eksis sampai 30 tahun. Ini yang mengakibatkan perjuangan Aceh di pimpinan Tiro sungguh mahal harganya. Selama itu Aceh telah berubah menjadi ‘Serambi Kekerasan’. Ribuan orang meregang nyawa. Karena itu, andai capaian damai (MoU Helsinki 2005) tidak diisi dengan upaya memperbaiki diri Aceh ke yang lebih baik, niscaya mereka yang menamakan diri pahlawan harus bertanggungjawab terhadap ribuan nyawa yang...
Cekidot, gan!--"Check it out, Boss!" Kamu Dodol--"You're a coconut fudge!" (You're slow on the uptake) This book is an informal compendium of Indonesian expressions, including proverbs, slang, quotations and acronyms. The unique aspects of the Indonesian language offer one of the best windows into Indonesian culture. Slang, titles, proverbs, nicknames, acronyms, quotations and other expressions reveal its character, in the words of its people and are a great way to learn Indonesian culture. This book of expressions looks at Indonesia with the help of its national language, bahasa Indonesia. It describes Indonesians and their fears, beliefs, history and politics, as well as how they live, fig...
The book summarises the critique of these approaches, suggests a comprehensive alternative framework, and shows how the alternative works in reality through a case study of the largest of the new democracies, Indonesia.
Zaidon, adalah mahasiswa asal Pedir yang baru saja lulus di Universitas Al-Azhar Kairo. Sebuah tragedi nahas hampir saja merengut nyawanya ketika hendak mengikuti seminar Internasional. Secara bersamaan, Mesir lagi dirudung konflik politik. Pulang ke Aceh Zaidon mendapati sang kekasih Cut Buleun bertingkah aneh. Ia diguna-guna sahabat masa kecil Zaidon yang bernama Amru. Disisi lain Zaidon berusaha merajut kembali hubungan asmara dengan Cut Buleun. Perjuangan Zaidon menghadapi fase demi fase kehidupan terus berlangsung. Selamat berjuang lelaki Pedir!
Tulisan ini hendak menyuguhkan pesan bahwa komunikasi melindap dalam semua dimensi kehidupan bernegara. Dan, seiring waktu, akhirnya komunikasi menjadi investasi bagi sebuah bangsa, khususnya dalam menanggapi setiap konflik yang tidak pernah absen menyergap bangsa ini. Padahal, bangsa ini adalah bangsa yang besar. Oleh karena itu, penulis buku ini juga sedang berupaya mengajak agar kita selalu bisa membangun narasi kebersamaan dan titik temu yang damai saat muncul perbedaan yang berpotensi konflik. Buku ini penting untuk dibaca oleh semua kalangan. Prof. Dr. Atwar Bajari, M.Si. (Program Doktoral Pascasarjana Ilmu Komunikasi UNPAD)