You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book deals with the various interdisciplinary issues of the Indian Ocean, individually and collectively, such as its history, geography, nautical elements, economics, trade routes (old and new), blue economy, deep-sea mining, fisheries management, tourism, scourge of piracy, pollution, Law of the Sea (UNCLOS 1982), and the different perspectives of its littoral countries on geopolitics, international law, international relations and maritime partnerships. It is the most important ocean in the world – 33% of the global population lives in the area and 50-60% of the world’s maritime trade transits through it. In addition, around 60% of global oil, and 26% of global gas reserves, along...
Dr. Umesh Chandra Samanta (1880-1934) was the founder of the Samanta family. In the present days, the family is spread all over the world. The book has been written by one of the family’s descendant, Arjya Sarkar. Dr. Umesh Chandra Samanta was a renowned doctor and social reformer of the early 20th century. Dr. Umesh Chandra Samanta, although was born in a small poor family became famous for his social activities and acquired great fame as a doctor. He and his family is often regarded for their numerous charitable work in the society and their contribution to the freedom struggle of India. The book describes the rise of Dr. Umesh Chandra Samanta and the story of his family after his death. Most of the descendants of Dr. Umesh Chandra Samanta are associated with charitable works throughout the world. The book gives a very symbolic message – we should not be afraid of adversities. They come to create golden opportunities for us.
Buku ini diterbitkan sebagai panduan mahasiswa, dosen pembimbing, dosen penguji, dan pengelola di lingkungan FISIP UMM terkait penyelesaian tugas akhir. Tugas akhir yang dimaksud adalah skripsi dan skripsi karya yang berbasis pada ekuivalensi karya dan inovasi mahasiswa. Panduan ini merupakan ketentuan yang bersifat umum, sedangkan ketentuan yang bersifat khusus dan ketentuan teknis diatur di masing-masing program studi (prodi). Panduan ini mengacu pada aturan universitas dan ketentuan yang berlaku secara nasional. Semoga bermanfaat.
Intermestik adalah sebuah kajian yang bertujuan untuk membumikan ilmu hubungan internasional karena fokus pada keterhubungan antara dinamika politik, ekonomi, sosial, dan budaya di ranah domestik dengan pengaruh internasional. Hal ini memungkinkan para penstudi, pengamat, dan praktisi hubungan internasional dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari karena di era globalisasi pengaruh internasional bahkan telah masuk ke ruang-ruang privat melalui teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih. Buku ini merupakan hasil kerja sama antara dosen mata kuliah Intermestik dengan mahasiswa HI pada kelas Isu-isu Intermestik (Internasional-Domestik) angkatan 2013 di Universitas Muhammadiyah Malang. Mata kuliah Intermestik didesain sebagai mata kuliah praktikum yang diarahkan untuk mengembangkan pemikiran kritis mahasiswa dalam membangun penelitian HI dengan mengaplikasikan pendekatan Intermestik. Tentu saja, apa yang disuguhkan di sini merupakan bagian kecil dari hasil penelitian Intermestik yang diharapkan mampu menjadi referensi bagi para pembaca pada umumnya dan peminat kajian intermestik khususnya.
Selain tantangan menghadapi MEA, pasca reformasi Indonesia juga menghadapi tantangan dalam hal gerakan revivalisme Islam serta dalam hal stabilitas sistem kepartaian di Indonesia mulai dari tingkat lokal hingga nasional. Pasca reformasi, kran kebebasan bagi masyarakat Indonesia untuk berpolitik, berkumpul dan berpendapat dibuka seluas-luasnya, termasuk terhadap gerakan Islam. Sejak itu, berbagai gerakan Islam transnasional, partai politik, dan ajaran yang mengintegrasikan dengan budaya lokal muncul dan tumbuh pesat. Hanya saja dalam perkembangan terkini kondisi yang disebut sebagai revivalisme ini menghadapi banyak persoalan, termasuk kelemahan mereka dalam menawarkan berbagai solusi untuk m...
Pada setiap perputaran waktu, ada banyak isu yang terjadi dan berkembang di seluruh dunia. Isu tersebut selalu menjadi penting untuk dipelajari dan dianalisis terlebih dari perspektif hubungan internasional. Sebab tidak hanya berpengaruh terhadap negara yang berkepentingan, tetapi juga untuk semua masyarakat dunia khususnya dalam bidang pendidikan. Dalam setahun perjalanan Reviewnesia, buku ini hadir menjadi saksi catatan sejarah yang dapat ikut diabadikan sebagai bagian dari kontribusi untuk memajukan pendidikan dalam bidang hubungan internasional di Indonesia. Hadirnya jurnal satu tahun perjalanan Reviewnesia ini tidak terlepas dari dedikasi dan loyalitas dari segenap pihak yang menjadi bagian dari Reviewnesia. Khususnya Saudara Talabul Amal sebagai Founder, Syelda Titania, Hardi Alunaza, Siska Silmi, Ahmad Said Rifqi, Anisa Sopiah, Riska Maharani, Lailiatul Amalia, Anggi Putri, Annisa Ernianda, Fernandez, Desy Nur Shafitri, La Ode Kasbar, segenap kontributor yang menjadi ujung tombak dari berdiri kokohnya Reviewnesia di satu tahun perjalanannya. Serta, Bapak Akhmad Baihaqie, Diplomat Kemlu Indonesia selaku Dewan Penasihat.
Foreword (Tharman Shanmugaratnam); Introduction (Ong Keng Yong); Singapore and Public Diplomacy (Alan Chong); A Bruneian Approach: Forging Friendships as Global Partners (Hafimi Abdul Haadii); Cambodia's Changing Public Diplomacy and Nation Branding (Chheang Vannarith); Indonesia's Public Diplomacy: The Growing Role of Optics in Foreign Policy (Dino Patti Djalal); From Spectator to Player: Laos' Diplomacy and Cultural Engagement (Anoulak Kittikhoun Aditta Kittikhoun); Rethinking Public Diplomacy in Malaysia (Michael O K Yeoh and Zaim Mohzani); Myanmar's Public Diplomacy Experience and Challenges: Can ASEAN Make a Difference? (Moe Thuzar); Public Diplomacy in the Age of Digital Media (Julio S Amador III); The Evolution of Thai-Style Public Diplomacy (Seksan Anantasirikiat); Unity in Diversity: Vietnam's Public Diplomacy in the ASEAN Context (Vu Lam); Afterword: The Psychology of International Interactions and People-to-People Relations (David Chan)
Since 2009 there has been a fundamental shift in the way that the Pacific Island states engage with regional and world politics. The region has experienced, what Kiribati President Anote Tong has aptly called, a ‘paradigm shift’ in ideas about how Pacific diplomacy should be organised, and on what principles it should operate. Many leaders have called for a heightened Pacific voice in global affairs and a new commitment to establishing Pacific Island control of this diplomatic process. This change in thinking has been expressed in the establishment of new channels and arenas for Pacific diplomacy at the regional and global levels and new ways of connecting the two levels through active use of intermediate diplomatic associations. The New Pacific Diplomacy brings together a range of analyses and perspectives on these dramatic new developments in Pacific diplomacy at sub-regional, regional and global levels, and in the key sectors of global negotiation for Pacific states – fisheries, climate change, decolonisation, and trade.
Drawing on in-depth research in the Philippines, this book reveals how local forms of political and economic monopoly may thrive under conditions of democracy and capitalist development.
First Published in 2009. Routledge is an imprint of Taylor & Francis, an informa company.