You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Hans Kelsen is commonly associated with legal theory and philosophy of law. Democracy in Its Essence: Hans Kelsen as a Political Thinker instead investigates Kelsen’s democratic theory as it developed between the 1920s and 1950s, which challenged the existence of democracies in many different respects. Kelsen provided a critical reflection on the strengths and problems of living within a democratic system, while also defending it against a series of specific targets: from the Soviet regime and Bolshevism to European Fascisms, from religious-based conceptions of politics to those claiming a perfect identity between capitalism and classical liberal institutions, and chiefly against all those...
Pengantar Ilmu Hukum kerap kali dijadikan pengantar dalam mempelajari ilmu hukum. Dapat pula dikatakan sebagai dasar untuk pelajaran lebih lanjut dalam studi hukum yang mempelajari mengenai pengertian-pengertian dasar, atau gambaran dasar tentang sendi-sendi utama ilmu hukum. Tujuan mempelajari pengantar ilmu hukum adalah mengerti dan memahami sistematika dan susunan hukum termasuk kegiatan mempertahankan, memelihara, dan melaksanakan tata tertib di kalangan masyarakat dan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Buku ini menyajikan materi Pengantar Ilmu Hukum dasar dari berbagai sumber. Buku ini diperuntukkan bagi mahasiswa S1 fakultas hukum seluruh Indonesia, para praktisi di bidang hukum, dan masyarakat yang memiliki ketertarikan untuk mempelajari pengantar hukum khususnya di Indonesia. Uraian substansi buku ini disusun sedemikian rupa secara runtut dan terangkum dalam 12 bab yang disusun dengan bab –bab yang dianggap penting, mudah dipahami dan disesuaikan dengan silabus pada kurikulum Fakultas Hukum.
Bukalah buku sejarah manusia di mana pun dan Anda akan menemukan pertanyaan abadi: “Apa itu kebaikan dan apa itu kejahatan?” Inilah persoalan filosofis paling awet sepanjang sejarah. Berbagai jawaban telah dikemukakan. Ada filsuf yang berupaya memberikan jawaban tertentu untuk menuntaskan masalah ini, namun nyatanya dalam waktu singkat masalah ini muncul kembali dalam pemikiran orang lain. Sepanjang sejarah pemikiran manusia, ditemukan bahwa masalah baik dan jahat, yang kita bicarakan sebagai “etika” atau “masalah etis”, terus saja menantang setiap filsuf (S. E. Frost, Jr. 1962: 80-81). Buku Refleksi 30 Tahun HIDESI ini adalah bagian dari upaya memberi konteks pada pertanyaan aba...
Fungsi utama pelita adalah memberi terang bagi kegelapan. Demikian pula tugas para guru atau dosen, berperan bagai pelita di dalam kegelapan. Begitulah yang selalu kita ucapkan setiap kali melantunkan lagu Himne Guru. Jadilah terang dunia adalah Sabda yang diucapkan oleh Sang Mahaguru Sejati kepada murid-murid-Nya. Demikian juga hendaknya setiap orang yang menyediakan diri untuk menjadi guru dan dosen, memerankan hidupnya sebagai terang melalui kata-kata, sikap, dan tindakannya. Menjadi guru di zaman sekarang, tiada lain berperan untuk meneruskan keguruan Sang Guru Sejati kepada generasi muda supaya mereka pun dapat menjadi pelita-pelita di masyarakat. Buku Cincin Sang Dosen ini merupakan kumpulan sejarah dan kisah pribadi para dosen yang berjuang untuk menjadi guru kemanusiaan.
Bagi sebagian awam, berfilsafat tidak jarang dipandang sebagai permainan kata-kata untuk memuaskan dahaga intelektual semata. Tidaklah demikian bagi seorang filsuf. Bagi seorang filsuf, berfilsafat tidak cukup hanya untuk mengenyangkan rasa ingin tahu, tetapi untuk dihidupi dan dilakoni. Tepatnya, berfilsafat diperlukan untuk membantu manusia menemukan kebenaran, berpikir kritis dan rasional, menata relasinya dengan alam, memahami ilmu pengetahuan secara tepat, menyadari keberadaan dirinya dan perubahan sosial yang terjadi di luar dirinya, menata relasinya dengan sesama supaya berjalan dengan baik dan benar. Berfilsafat dibutuhkan juga untuk membangun peradaban manusia melalui pendidikan. Ditulis dengan gaya bahasan yang berbeda-beda dan tanpa upaya untuk menggurui, artikel-artikel dalam buku kecil ini merupakan ajakan bagi para pembaca untuk berfilsafat demi hidup dan tidak untuk kepuasan intelektual semata.
This in-depth analysis of Heidegger's major works finds a fundamental thematic unity in the philosopher's effort to overcome the subjectivism of modern philosophy and to account for the ontological hierarchy that it alone constitutes a foundation for everything else. The author sees this challenge to the Cartesian tradition as the key to understanding Heidegger's views on human beings and language, as well as their influence in the issues of identity and representation in contemporary philosophy.
This is an essay by Benjamin Constant. In this essay, Constant contrasted two views on freedom: one held by "the Ancients," particularly those in Classical Greece, and the other by members of modern societies. He investigates the dangers of attempting to impose ancient liberty in a modern context, as well as the risks associated with each type of liberty. The danger of ancient liberty was that men, preoccupied with securing their share of social power, might place too little value on individual rights and pleasures. The danger of modern liberty is that we will give up our right to participate in political power too easily, absorbed in the enjoyment of our independence and the pursuit of our particular interests." Constant believes that the two types of liberty must eventually be combined.
Benjamin Constant (1767-1830) was born in Switzerland and became one of France's leading writers, as well as a journalist, philosopher, and politician. His colourful life included a formative stay at the University of Edinburgh; service at the court of Brunswick, Germany; election to the French Tribunate; and initial opposition and subsequent support for Napoleon, even the drafting of a constitution for the Hundred Days. Constant wrote many books, essays, and pamphlets. His deepest conviction was that reform is hugely superior to revolution, both morally and politically. While Constant's fluid, dynamic style and lofty eloquence do not always make for easy reading, his text forms a coherent w...
This 1988 book is an English translation of the major political works of Benjamin Constant.