You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Buku ini selain terutama berfokus pada Imam Ali Ridha bin Musa as, namun juga banyak mencakup apa yang terjadi pada ayahnya, karena hal itu memengaruhinya. Saya telah menerjemahkan karya ini dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris bagi para pembaca yang berminat. Mengenai referensi-referensi ayat-ayat al-Quran, saya sebenarnya mengutipnya dengan menggunakan terjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris agar koheren, yang ditulis oleh Abdullah Yusuf Ali—semoga Allah memberinya ganjaran. Terjemahan al-Quran yang saya gunakan adalah The Holy Quran dengan teks, terjemahan, komentar dan catatan-catatan ukuran besar (1 jilid), karya Abdullah Yusuf Ali (edisi bahasa Inggris dan bahasa Arab). Pertama-...
Buku ini selain terutama berfokus pada Imam Ali Ridha bin Musa as, namun juga banyak mencakup apa yang terjadi pada ayahnya, karena hal itu memengaruhinya. Saya telah menerjemahkan karya ini dari bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris bagi para pembaca yang berminat. Mengenai referensi-referensi ayat-ayat al-Quran, saya sebenarnya mengutipnya dengan menggunakan terjemahan al-Quran dalam bahasa Inggris agar koheren, yang ditulis oleh Abdullah Yusuf Ali—semoga Allah memberinya ganjaran. Terjemahan al-Quran yang saya gunakan adalah The Holy Quran dengan teks, terjemahan, komentar dan catatan-catatan ukuran besar (1 jilid), karya Abdullah Yusuf Ali (edisi bahasa Inggris dan bahasa Arab). Pertama-...
Terkait dengan kelahirannya, diceritakan bahwa ayahanda Syekh Shaduq, Ali bin Husain, pernah datang ke Irak untuk menanyakan beberapa masalah hukum kepada Husain bin Ruh al-Nawbakhti, salah seorang wakil Imam Mahdi afs. Sekembalinya dari Irak, beliau masih sering berhubungan melalui surat kepada wakil Imam Mahdi tersebut yang disampaikan oleh Ali bin Ja’far bin Aswad. Suatu hari, beliau menulis surat yang isinya mengharapkan agar Imam Mahdi afs berdoa kepada Allah Swt agar menganugerahkan anak kepadanya, karena setelah lama menikah beliau belum dikaruniai anak. Imam Mahdi afs menjawab surat Ali bin Babawaih dengan mengatakan, “Kami telah berdoa kepada Allah Swt agar menganugerahkan anak ...
Buku ini adalah hasil kajian dan riset bertahun-tahun lamanya, yang merupakan risalah pertama untuk dipublikasikan secara terpisah yang dikutip dari kitab Mawsu’ah Mizan al-Hikmah. Melihat sekilas pada indeks bibliograf buku ini akan membuat para pembaca menjadi akrab dengan bagian dari jilid buku kolosal ini. Pantas disebutkan bahwa usaha menghimpun kitab Mawsu’ah Mizan al-Hikmah sudah dimulai dari tahun 1366/1987 dengan kerjasama beberapa ulama di Hauzah Ilmiyah Qom dan menghasilkan berdirinya Lembaga Kebudayaan Dar al-Hadits al-Tsaqafyah pada tahun 1374/1995. Sekarang ini, bagian besar dari al-Mawsu’ah (Ensiklopedia) besar ini disusun secara sistematis dan diharapkan bisa diterbitkan dalam waktu dekat ini dengan rahmat Allah Swt. Akan tetapi, sampai kini karena beberapa judulnya dibutuhkan oleh umat Islam secara serius dan dapat diterbitkan secara terpisah. Judul-judul seperti judul yang ada ini akan dicetak secara bertahap dan terpisah, insya Allah.
Mengenai bakal turunnya Isa al-Masih (yang dari proses pengalihannya ke bahasa Yunani kita mendengar nama Yesus Kristus dalam bahasa kita), memang banyak kaum muslim yang percaya, baik Sunni maupun Syi’i. Tetapi mengenai bakal turunnya Imam Mahdi, kepercayaan di kalangan kaum Syi’i lebih kuat dan merata daripada di kalangan kaum Sunni. Buku ini, The Last Messiah: Janji Agung Setiap Agama (1), disusun oleh seorang ulama besar, Muhammad Imami Kasyani, salah seorang Imam dan khatib Jumat di kota Tehran, berdasarkan riset yang mendalam selama bertahun-tahun. Hasil penelitiannya ini menunjukkan pandangan bahwa pada dasarnya setiap agama, khususnya samawi sesuai cakupan penelitian yang dia kembangkan, memiliki kepercayaan seorang juru selamat, seorang “messiah”. Menurutnya, kepercayaan pada seorang “messiah”, suatu hal yang bersifat dan dapat dibuktikan secara rasional-filosofis.
Berpolemik dan berbeda pendapat merupakan tabiat manusia. Sebagai Sang Pencipta Yang Mahabijak, Allah Swt menghendaki tabiat dan fitrah ini tetap berjalan di atas keimanan yang benar. Oleh karena itu, adanya sebuah tolok ukur yang kelak menjadi rujukan semua pihak adalah satu keniscayaan yang tidak dapat dielakkan lagi. Allah Swt telah menurunkan kitab pedoman dengan kebenaran yang akan menjadi penengah bagi umat manusia dalam pelbagai hal yang diperselisihkan (QS. al-Baqarah [2]:213). Tanpa bekal ini, kehidupan yang sehat tidak akan dapat berlangsung. Ini adalah ketentuan yang telah ditegaskan oleh al-Quran dan dilandaskan di atas asas tauhid yang absolut. Lalu, penyimpangan, mitos dan kebohongan mulai dan terus menerus dilakukan oleh anak cucu Adam, hingga akhirnya mereka mulai menjauh dari asas yang kuat ini.
Muslims need a passion for unity. All Muslims believe and follow the Quran and Prophet Mohammad and highly respect and admire Imam Ali ibn Abi Talib. Yet despite similar traditions, there is a lack of unity because of an inaccurate understanding of Imam Ali ibn Abi Talibs vision and mission among many Muslims. In Know and Follow the Straight Path: Finding Common Ground between Sunnis and Shias, author Tallal Alie Turfe, a champion of religious tolerance, explores the Quran and traditions to find the common ground and common principles between the Islamic schools of thought. He is a strong advocate of intrafaith dialogue that offers the chance for better understanding, collaboration, and part...
Majelis diawali di bulan Ramadan, 404 Hijriah di kediaman salah seorang murid Syekh Mufid, Dhamrah Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Abdurrahman Farisi, yang tinggal di Baghdad. Majelis berakhir di bulan Ramadan, 411 Hijriah, persisnya dua tahun sebelum kewafatan Mufid. Ada 42 majelis dengan durasi yang beragam.
Sesungguhnya shalat itu mencegah (kamu) dari melakukan perbuatan keji dan munkar. (QS. al-Ankabut: 45) Oh, alangkah besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menu-naikan perintah) Allah ini. (QS. az-Zumar: 56) Amma ba‘du, pada beberapa hari yang telah lalu aku menulis Sirr Ash-Shalâh (Mi‘râj as-Sâlikîn wa Shalâtul ‘Arifîn) Karena tulisan itu agaknya terlalu panjang dan bukan untuk bacaan orang awam, terlintas dalam benakku untuk merangkum dari adab-adab kalbu yang berkenaan dengan perjalanan mi‘raj rohani (ibadah shalat) ini—yang dapat dimanfaatkan untuk kalangan awam. Mudah-mudahan tulisan ini dapat menjadi peringatan bagi saudara-saudara yang menempuh jalan keimanan ini, sekaligus memberikan bekas pada kalbuku yang beku ini. Aku berlindung kepada Allah dari campur tangan setan dan terjadinya kehinaan. Sungguh Dialah Yang Maha Melindungi dan Maha Berkuasa. -Ruhullah al-Musawi al-Khomeini
Terkait dengan ilmu tentang Tuhan, Imam Ali bin Abi Thalib menyebutkan, “Awaluddin ma’rifatuh—pangkal agama adalah makrifat tentang-Nya.” Jika agama mencakup masalah halal-haramnya perbuatan, baik-buruknya moral dan seterusnya… maka menempatkan pengetahuan mengenai Tuhan haruslah menjadi prioritas utama (fardhu ‘ain). Karena dengan memakrifati-Nya—baik dalam level Zat, Nama, dan Perbuatan-Nya—maka kita akan mengenali konsekuensi dari itu semua. Semoga kandungan buku ini bisa mengantarkan kita kepada pemahaman hadis: Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa rabbahu—barangsiapa mengenal dirinya, maka akan mengenal Tuhannya. (Nabi Muhammad saw) Selamat menyimak.