You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Kesultanan Demak Bintara: Poros Maritim Nusantara Abad XV-XVI Ali Romdhoni ---------------------------- Buku ini merupakan seri kedua, melanjutkan buku pertama yang berjudul Istana Prawoto: Jejak Pusat Kesultanan Demak (2018), dan menjadi bagian pula dari buku ketiga yang berjudul Sunan Prawoto: Penjaga Visi Politik Maritim Kesultanan Demak Bintara. Ketiga judul buku ini saya namakan “Trilogi Kesultanan Demak Bintara” yang mengkaji pusat Kesultanan Demak Bintara. Kajian dalam buku Kesultanan Demak Bintara: Poros Maritim Nusantara Abad XV-XVI ini menunjukkan, di bumi kasunanan Prawoto (sekarang desa Prawoto, Sukolilo, Pati, Jawa Tengah) tersimpan kelengkapan bukti historis dan geografis yang bisa di-identifikasi sebagai wilayah yang menjadi awal pendirian Kesultanan Demak Bintara. Kesimpulan di atas dibangun berdasarkan pemberitaan dalam historiografi Jawa, pemberitaan lisan (cerita tutur) yang dimiliki masyarakat setempat, dan sebagian jejak faktualnya yang juga masih bisa diketemukan. Dengan demikian, temuan-temuan dalam buku ini memiliki landasan yang bisa dipertanggung-jawabkan.
Sejarah Rancang-Bangun Ilmu-ilmu Keislaman
Seni Meracik dan Menuangkan Gagasan dalam Tulisan
PIagam Madinah Bukan Konstitusi Negara Islam
Buku Pusat-pusat Islam di Masa Lalu ini menghadirkan tempat dan tokoh kunci bagi kemajuan dunia Islam di Indonesia (Nusantara) pada abad ke-15 dan 16. Ketika memberitakan tempat, foto menjadi media untuk menyampaikannya. Sementara sang tokoh dihadirkan dalam uraian ringan. Membaca informasi pusat-pusat peradaban Islam pada jaman dulu, dengan melihat gambarnya dimaksudkan untuk memudahkan pembaca dalam memahami dan mengimajinasikan kondisi sosio-kultural pada masanya. Penulis tidak bermaksud menafikan tempat-tempat yang juga menjadi pusat bagi kegiatan keislaman—di masa lalu ataupun hari ini—ketika ulasan dalam buku ini menyebutnya.
Sunan Prawoto: Penjaga Visi Politik Maritim Kesultanan Demak Bintara Ali Romdhoni Buku ini merupakan seri ketiga, kelanjutan buku kedua yang berjudul Kesultanan Demak Bintara: Poros Maritim Nusantara Abad XV-XVI, dan buku pertama yang berjudul Istana Prawoto: Jejak Pusat Kesultanan Demak (2018). Buku ini membicarakan raja keempat Kesultanan Demak Bintara, atau yang mashur dengan sebutan Sunan Prawoto, alias Sultan Hadi Mukmin. Mulai dari nasab para leluhur Sunan Prawoto, proses pendidikan, pengaruh, sanad keilmuan dari para wali, hingga visi politik (maritim)-nya sebagai seorang raja dibahas dalam buku ini.
“Aku relakan dan aku restui Raden Patah menjadi Sultan di Demak Bintoro, tetapi hanya 3 generasi. Setelah itu tahta akan dipegang keturunanku dari Pengging cuma sekali. Selanjutnya tahta akan dipegang keturunanku dari Tarub sampai pada jamannya nanti. Nusantara akan aman, damai dan makmur apabila dipimpin oleh manunggal/menyatunya anak cucuku dari Pengging, Tarub dan Glagahwangi dalam suatu ikatan perkawinan” Sri Prabu Singhanegara Wijayakusuma Kertabhumi Dyah Bhrawijaya V
Bagaimana situasi keislaman di Tiongkok hari ini? Benarkah menjalankan ritual keagamaan dilarang? Bagaimana perkembangan pendidikan, ekonomi, dan sains teknologi di Tiongkok? Bagaimana pula relasi antara masyarakat Indonesia dan Tiongkok saat ini? Santri Indonesia di Tiongkok berisi kumpulan tulisan dari para santri yang sedang menempuh pendidikan tingkat sarjana hingga doktoral di berbagai universitas di Tiongkok. Mereka mengulas fenomena keislaman hari ini, kesejarahan dan akulturasi Islam dan China berdasarkan pengalaman dan latar belakang studi mereka yang beragam. “Umat muslim Indonesia, dalam hal ini para cendekiawan NU di Tiongkok, adalah motor inklusivisme dalam membangun hubungan antarumat manusia (habluminannas) yang dalam dan bersahabat. Ini adalah inti dari ijtihad keilmuan yang disarikan dalam buku ini. Sumbangan pemikiran dalam buku ini adalah kontribusi besar dalam hubungan dua negara dan masyarakat muslim Indonesia dan Tiongkok yang sejatinya seiring sejalan tapi sering dilupakan.” Iwan Santosa (Jurnalis Kompas, penulis kajian hubungan sejarah dan akulturasi Indonesia dan Tiongkok)
Buku ini merupakan hasil desertasi penulis yang telah dimodifikasi secara sederhana agar menjadi jenis buku daras yang pantas dibaca semua kalangan. Isinya merupakan hasil penelitian Program Doktoral di Universitasa Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Buku ini sangat cocok digunakan referensi bagi kajian-kajian keagamaan terutama Tafsir Quran dan Sosiologi Islam. Paling tidak buku ini mengandung tiga informasi penting yaitu (a) setting penelitian dengan objek Tafsir Al Mishbah dengan penulisnya yaitu Prof. Dr. Quraish Shihab, (b) analisis teoritis tafsir maudhu’i tentang toleransi yang terkandung dalam Tafsir Al Mishbah serta (c) analisis praktis Gerakan Islam di Indonesia dengan kont...
Al-Qur’an sebagai sumber utama ajara Islam berisi berbagai ilmu pengetahuan. Segala hal dalam kehidupan ini tercakup di dalam Al-Qur’an, baik secara tersurat maupun tersirat. Jika kita menaati apa yang diperintahkan Allah Swt. di dalam firman-Nya, kehidupan yang kita jalani pun akan lebih baik. Salah satunya dengan gemar membaca dan menggali ilmu pengetahuan. Sesungguhnya Allah Swt. akan mengangkat derajat seseorang yang senantiasa belajar meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuannya. Allah Swt. memerintahkan membaca di dalam firman-Nya yang merupakan wahyu pertama Rasulullah saw., Q.S. Al-‘Alaq (96): 1-5. Namun, literasi di negara kita yang mayoritas penduduknya beragama Islam masih rendah. Melalui buku ini, Anda akan termotivasi untuk membaca, mengkaji, dan mempelajari banyak hal di dalam Al-Qur’an sebagai sumber ilmu pengetahuan dan literasi.