You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Keanu Prasasti, pemuda yang kerap mengarungkan perahu kertas berisi kepedihan setiap kali hujan turun, tak pernah menyangka pertemuannya dengan Naomi Irawan akan berhasil menghadirkan berjuta rasa di antara keduanya: kesetiaan, pengorbanan, luka, juga air mata yang mengiring. Mengenai rahasia hari Rabu kelabu, hujan dan perahu kertas berisi luka milik Keanu, yang lantas terus meramu pahit manis kisah cinta di antara kedua siswa sekolah menengah atas tadi. Lalu, akankah kisah keduanya kemudian berujung bahagia? Atau malah berakhir tragis dan penuh nestapa? Sebab, nyatanya cinta hanyalah satu kata dengan lima huruf di dalamnya, namun memiliki ribuan akhir dari kisahnya masing-masing. Membaca Rain, Paper Boat and Grey Story on Wednesday tidak hanya akan membawa kita untuk lebih menyelami kesedihan, tetapi lebih dari itu. Novel ini sungguh berhasil mencampur aduk perasaan pembaca. Bahkan, menawarkan ending yang sama sekali tak terduga. Tak salah jika saya menempatkan novel ini sebagai salah satu novel favorit saya. Ayo, baca novel ini dan segera layarkan perahunya! (Alfian N. Budiarto – Unsa Ambassador 2017)
IBU, cintanya laksana biru langit yang terbentang tanpa batas. Kasihnya laksana buih di lautan yang tak akan mampu untuk dihitung. Nyawa yang ia pertaruhkan saat melahirkan dan tiap tetes darahnya tidak akan mampu kita balas dengan apa pun. Lantas, kapan terakhir kita memeluk ibu kita, lalu mengucapkan terima kasih kepadanya? Kapan terakhir kita mencium punggung tangan ibu kita, lalu mengucapkan segala khilaf kepadanya? Kapan terakhir kita membuka tangan, lalu mendoakan agar segala kebaikan terus mengalir untuk ibu kita? KEMARIN? NANTI? BESOK? Bila masih ada waktu untuk bertemu, janganlah menunda-nunda untuk mengatakan “Terima kasih, Ibu.” *** Inilah kisah tentang perjuangan ibu dengan segala kebaikan yang ia punya. Tentang CINTA, AIR MATA, HARAPAN, dan DOA seorang ibu untuk buah hatinya. -WahyuQolbu-
Mutia tidak menyadari, peran apa yang sebenarnya sedang dia lakoni di Tangerang Youth Movement (TYM), komunitas yang digagas oleh sahabatnya, Citra. Pun salah kaprah perihal kehadiran Syawal dalam komunitas itu. Semua terlihat seperti sewajarnya, hingga mereka melewati banyak peristiwa heroik yang menguras emosi dan air mata. Tak ayal, nama TYM semakin dikenal, seiring semakin tersohornya nama Mutiara Azkiya yang menjadi ujung tombak. Kiriman hadiah-hadiah pun berdatangan. Sayangnya, tanpa nama pengirim. Menyusul seseorang di masa lalu yang muncul—tanpa diundang—membawa prahara baru bagi komunitas mereka, khususnya untuk Mutia. Akankah keimanan Mutia dipertaruhkan? Atau dia akan tetap berdiri kokoh di atas garis istiqomah? “Salmah Nurhaliza memang piawai betul dalam mengkonstruk cerita dengan lika-liku dan warna-warninya, konflik yang penuh greget dan tajam, alur yang mengejutkan, sikap dan cara berpikir tokoh-tokohnya yang kuat serta dialog-dialog yang hidup.” Budi Sabarudin, Pendongeng keliling nusantara, jurnalis.