You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Perspektif Antropolinguistik : Telaah Bahasa dalam Kerangka Kearifan Budaya. Bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman budaya daerah dan tersebar di seluruh etnik Indonesia sebagai warisan budaya masa lalu. Hal ini menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki kekayaan kebudayaan yang khas. Kekayaan budaya menjadi sumber kekayaan kearifan lokal. Bahasa menjadi salah satu hasil kebudayaan yang dapat menggambarkan hasil kebudayaan masyarakat. Kekayaan dan kekhasan kebudayaan akan tercermin dalam bahasanya. Bahasa berfungsi sebagai sarana terpenting dalam pewarisan dan pengembangan serta penyebarluasan kebudayaan. Bahasa sebagai unsur lingual yang menyimpan sumber-sumber kultural tidak dapat dipah...
Relasi bahasa dengan kekuasaan selalu ditandai dengan terjadinya instrumentalisasi atas bahasa demi capaian kekuasaan. Pada setiap zaman dan periode rezim kekuasaan, bahasa digunakan secara dominatif untuk melanggengkan atau mencapai kekuasaan. Dalam konteks Indonesia, relasi yang tergambar dalam kekuasaan selalu menyuratkan variasi penggunaan bahasa yang khas pada zamannya. Bahasa kekuasaan pada rezim Orde Lama, Orde Baru, Orde Reformasi, dan Neo-reformasi menggambarkan variasi penggunaan (tepatnya politisasi) bahasa demikian khas, menggambarkan karakteristik pola kepemimpinan rezim dan bagaimana resistansi kekuasaan terhadap lawan politiknya. Ibarat jendela rumah, bahasa dapat meneropong p...
Buku ini mengkaji tentang Fiqh Neurostorytelling, tradisi lisan pengajaran Fatḥ al-Mu‘īn di Banten. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis model pembelajaran dan pengajaran Kitab Fatḥ al-Mu‘īn di Pondok Pesantren Darul Ahkam Serang Banten dan menggali informasi pola tradisi lisan dan langkah-langkah pengajaran kitab Fatḥ al-Mu‘īn di Pondok Pesantren Darul Ahkam Serang Banten, serta menelusuri kelebihan dan kekurangannya. Penelitian ini membuktikan bahwa pengajaran kitab Fatḥ al-Mu‘īn dengan media kisah saintifik (surah/storytelling) terdapat sebuah transformasi pemaknaan teks ke dalam konteks melaluidaya imajinasi pengajar, karena setiap permasalahan dalam kitab diilustrasikan dan disususn secara kronologis menjadi sebuah cerita. Pengajaran dengan media ini akan efektif jika menggunakan pola komposisi teks, transmisi teks dan penampilan. Kisah penghantar teks dapat menguatkan daya imajinasi, dan dapat menyampaikan dengan mudah esensi teks melalui amanat cerita. Penelitian ini memunculkan istilah Kisah Saintifik Fikih (Neurostorytelling of Fikih) dalam pengajaran yang dapat diadopsi oleh kalangan pondok pesantren secara umum.
Buku ini berisi cerita-cerita tentang masyarakat Kei yang dikumpulkan oleh P. Hendricus Geurtjens, seorang pastor dari Tarekat Misionaris Hati Kudus Yesus (MSC), sekitar sebelum tahun 1923, ketika MSC memulai karya di Kepulauan Kei untuk menggantikan Serikat Yesus (SJ) yang telah membuka misa Gereja Katolik di Kepualaun ini. Namun P. H. Geurtjens MSC sendiri memberi judul dari kumpulan cerita ini sebagai Keieesche Legenden, yang dapat diterjemahkan sebagai Legenda Masyarakat Kei. Bagi P. H. Geurtjens MSC, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mitos dan dongeng, atau malah lain kali legenda adalah mitos dan dongeng itu sendiri. Meskipun demikian, dari cerita-cerita yang tersaji, mayoritasnya cukup berbeda dari mitos, yang hanya mempunyai jumlah tipe dasar yang terbatas, seperti penciptaan dunia dan asal mula terjadinya kematian. Legenda-legenda masyarakat Kei umumnya ditokohi manusia, yang ada kalanya mempunyai sifat-sifat dan kemampuan yang luar biasa, dan seringkali juga dibantu makhluk-makhluk ajaib. Setting tempat terjadinya cerita adalah di dunia, seperti yang kita kenal kini.
None
Book of friends - 75 tahun Pdt. H.A. van Dop
Borobudur,Bernama asli Vhwana Caka Phala,Ajaran yang tergambar di sini dan tersimpan sempurna di Bali yang mendasari lahirnya ajaran di india dan Tibet
Sanghăramā Măha Thupă Aryā Mahăvihariyā Para Therrā Vhwănā Çakā Phalā Kalimat di atas adalah bahasa leluhur Bangsa Nusantara yang mendasari bahasa Sansekerta,Sanghāramā atau tempat belajar/pembelajaran "Dharma" Măha Thupă Aryā, Măha atau Mahe adalah Besar atau Agung Thupă adalah awal dari literasi kata ―Stupa‖ , Aryā adalah kaum Cakya/Saka leluhur bangsa Nusantara Indonesia maju terdahulu, Mahăvihariyā Para Therrā, Mahăvihariyā kata ―Vihara‖ berawal dari kata ini,adalah tempat berlatih dan prosesi ritual kontemplasi spiritual leluhur kita yang di buat besar dan megah ,di sebut dengan Mahăvihariyā , Para Therrā adalah orang orang yang belajar atau sudah menjadi ―Master‖ pada ajaran ―Dharmic original‖ yang ada dan berawal di Nusantara,ini disebut dengan Para Therrān. Vhwănā Çakā Phalā adalah nama bangunan nya.