You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
May 1998 in Jakarta, Indonesia. Mass Protest toppled President Suharto's authoritarian regime. It was the beginning of the democratic transition in Indonesia, a country with the largest Muslim population in the world. Unfortunately, there were also racial riots against Chinese-Indonesian (Tionghoa) people in that critical time. Based on the history of Indonesia, Tionghoa people have often been the target of mass tantrums. During the riot, dozens of Chinese and Tionghoa women experienced sexual violence. In addition, there were ample reports of sexual violations and targeting the Chinese girls. It's the first essay poetry book telling discrimination issues in the largest Muslim country, Indonesia. All five fictional stories are based on true events: Ahmadiyah, homosexuality, a migrant worker who became the rape victim, religious differences, and the impact of the racial riots of May 1998. Essay poetry has become a stylistic choice that any writer with a similar viewpoint can emulate.
By examining the sometimes surprising and unexpected roles that culture and religion have played in mitigating or exacerbating conflicts, this book explores the cultural repertoires from which Southeast Asian political actors have drawn to negotiate the pluralism that has so long been characteristic of the region. Focusing on the dynamics of identity politics and the range of responses to the socio-political challenges of religious and ethnic pluralism, the authors assembled in this book illuminate the principal regional discourses that attempt to make sense of conflict and tensions. They examine local notions of "dialogue," "reconciliation," "civility" and "conflict resolution" and show how...
Gelaran Almanak Senirupa Jogja 1999-2009 ini bukan sekadar ”Almanak”, melainkan ”Almanak +” lantaran menggabungkan banyak sekali model: Ensiklopedia, Kamus, Kronik, Who’s Who, Katalog, maupun Yellow Pages (Nama | Alamat). Ini adalah semacam ”buku pintar” seni rupa yang bisa dipegang oleh seluruh komponen yang berkepentingan dengan dunia seni rupa, terutama di Yogyakarta selama sepuluh tahun terakhir. Sebuah kota yang secara statistik, memiliki puluhan ribu seniman dengan aktivitas seni yang kaya. Karena itu kota ini kerap disebut sebagai produsen seni yang paling fantastik di Asia atau ”Makkah”nya seni rupa Asia. Buku ini diikat oleh empat kategori besar: nama (seniman), peristiwa (kronik), ruang (tempat/kawasan), dan komunitas (organisasi). Dari keempat ikatan itu lalu diturunkan menjadi tema-tema spesifik yang dirujuk dari perkembangan-perkembangan termutakhir dunia seni rupa selama sepuluh tahun sebagaimana yang terpetakan dalam daftar isi buku ini.
Rentang yang disisir buku ini dimulai dari majalah Poetri Hindia pada 1908 hingga Cantiq dan Mamamia!. Melewati banyak periode, merekam suara perempuan dalam satu abad perjalanan keluarga Indonesia. Buku ini merupakan persembahan Yayasan Indonesia Buku untuk jagat pers menyangkut babad pers perempuan dalam sejarah pers Indonesia. Bukan saja ingin menunjukan ke permukaan tentang bargaining position dan peran strategis perempuan Indonesia dalam dunia pers, tetapi juga bagaimana pers perempuan Indonesia ikut andil dalam memaknai perjalanan perempuan Indonesia.
History of press in Indonesia, 1907-2007; collection of articles.
Karier politik Habibie dimulai ketika memenuhi panggilan pulang Presiden Soeharto saat hiruk pikuk peristiwa Malar tahun 1974. Rasa cinta pada tanah air "memaksanya" untuk melepas jabatan prestis sebagai Vice President di industri pesawat terbang, Messerchmitt Bolkow Blohm (MBB), Jerman. Di rezim Orde Baru yang sangat selektif itu karier Habibie begitu gemilang. Ia telah lebih dari 20 tahun duduk dalam Kabinet Pembangunan. Puncaknya saat Presiden Soeharto dilengserkan dari kekuasaannya tahun 1998, Habibie diangkat menjadi Presiden RI ke-3. Di masa transisi inilah Habibie memikul beban yang sangat berat, tekanan dari rezim lama, aktivis Reformasi, IMF, dan pihak-pihak lain yang saling bertolak belakang membuat Habibie tersandung-sandung dalam melangkah. Buku ini memuat kisah perjalanan politik Habibie hingga puncak kariernya yang diwarnai dengan berbagai intrik dan peristiwa. Mengungkap berbagai spekulasi sejak Orde Lama hingga Reformasi yang hingga kini belum terjawab tuntas.
Puisi yang semula oleh Denny J.A. ditulis lebih sebagai ekspresi opini dan gelora, di sela sela pekerjaannya selaku konsultan politik, pengusaha, aktivis, tak terduga berkembang lebih serius. Edisi lengkap puisi terpilih dari yang pernah ditulis oleh Denny J.A. Termasuk di dalamnya aneka esai dan pemikiran soal sastra. Termasuk juga di dalamnya, esai dan karangan sastrawan ataupun kritikus sastra terhadap jejak dan karya Denny J.A. Buku ini adalah dokumentasi paling lengkap dari evolusi puisi Denny J.A. yang sudah diseleksi, juga pemikiran dan respon pengamat. Cukup dengan membaca satu buku ini, tergambar segala hal ihwal. Tepatnya ada 49 puisi pilhan, 13 esai soal puisi dan sastra (termasuk pengantar), dan 13 respon pengamat dan sastrawan Indonesia ataupun Asia Tenggara.
Puisi esai hanya satu variasi saja dari aneka bentuk puisi yang sudah ada dan yang akan ada. Ia tidak diklaim lebih superior atau inferior. Ia juga tidak dimaksudkan untuk mendominasi apalagi menyeragamkannya. Ia hanyalah sebuah bunga mawar dari taman firdaus sastra yang dipenuhi bunga lain jenis. Ia hanyalah rusa yang berlari di sebuah marga satwa yang didiami aneka hewan lain. Ia hanyalah warna oranye dari sebuah pelangi yang diperkaya oleh aneka warna lain.
Role of Prabowo Subianto and Wiranto in the politics and government, armed forces, and their involvement in May 1998 riot in Indonesia.