You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Gejala beragama yang cenderung kaku dan saklek membuat gerak dan langkah hidup kita menjadi sempit dan cupet. Bahwa agama sarat kesungguhan dan keseriusan, iya. Namun, apakah itu berarti menutup katup-katup saluran canda, tawa, humor, dan parodi? Tampaknya tidak. Humor adalah pembersih pengapnya udara. Ia oksigen bagi siapa saja yang jengah dan gelisah terhadap corak hidup yang begitu-begitu saja: monoton, mekanik, penuh aturan, dan barangkali juga sedikit paksaan. * Humor bukanlah dagelan. Humor sesungguhnya adalah gambaran spiritualitas manusia. Semakin tinggi tahapan spiritualitas manusia, semakin lucu seseorang. Lucu yang bukan dagelan melainkan lucu yang meluhurkan kemanusiaan. Di buku ini, Anda akan menemukan penjelasan humor secara lebih luas dan dalam. Prie GS budayawan
Problem bahasa terjadi di arena sains, teknologi, tradisi, kuliner, agama, seni, filosofi, pendidikan, militer, diplomasi, keluarga, lingkungan hidup, ekonomi, kesadaran diri, dst., yang tidak berdiri sendiri-sendiri, tapi berbaur di dalam keruwetan interaksi kehidupan masyarakat yang kompleks, yang berubah dengan cepat pula dari hari ke hari. Istilah-istilah, ungkapan-ungkapan, jabaran-jabaran, dari yang terbatas seujung jarum sampai seluas pandangan dunia (weltanschauung), yang berasal dari segala penjuru angin, berseliweran dan berbenturan. Itulah problem bahasa kita, bukan sekadar teknis kebahasaan yang masih rajin dihafal di sekolah-sekolah; dan sangat jelas bukan hanya perkara “bahas...
Fenomena keberagamaan di Indonesia saat ini cenderung menghasilkan muslim-muslim yang berkepribadian pentol korek, sebuah kepribadian yang digesek sedikit saja maka ia akan cepat menyala dan marah. Inilah fenomena keberagamaan paling mutakhir kita. Pribadi-pribadi semacam ini kian hari jumlahnya kian mengecambah, bak cendawan di musim hujan. Mereka gemar mengoreksi pola keberagamaan orang lain, bukan sebaliknya mengoreksi cara beragamanya sendiri. Buku ini hadir sebagai buah permenungan yang reflektif dan intens atas apa yang berangkali terjadi pada fenomena pola keberagamaan kita. Laiknya cermin, tulisan-tulisan di buku ini merupakan pantulan dari realitas yang sesungguhnya. Meskipun tidak ...
Sosok Mahbub Djunaidi memang tak pernah habis untuk dibahas. Pria Betawi keturunan Banten-Jerman ini dikenal sebagai pribadi yang unik. Karyanya mencerminkan karakter sejatinya. Jalan pikirannya sulit ditebak, humornya kadang membuat kita terhenyak, dan kebebasan ekspresinya dalam karya tulis masih sulit ditandingi oleh penulis-penulis saat ini. Ia memandang dunia dalam versinya sendiri dan versi itu dibagikan pada khalayak umum lewat karya tulisnya. Lewat memoar ini, pembaca diajak lebih dekat lagi dengan Pak Mahbub. Bagaimana kesehariannya di tengah keluarga, bagaimana ia memotret fenomena di sekitarnya untuk dijadikan bahan tulisan yang ditunggu oleh banyak penggemarnya. Memoar ini sedikit banyak menggambarkan pribadi Mahbub yang mengispirasi generasi setelahnya. Bukan untuk mendapatkan ‘Mahbub’ yang baru, tetapi bagaimana menggali potensi diri sendiri dari pribadi yang menginspirasi ini. Karakter Mahbub yang egaliter, non-diskriminatif, membongkar sekat perbedaan suku-agama-ras, menjadi amatan yang menarik. Ia mewakili figur yang telah, sedang, dan akan dibutuhkan dalam ikhtiar luhur dalam merawat keutuhan Indonesia.
Ketika di berbagai tempat kita mendapati wajah Islam yang semakin hari semakin jauh dari apa yang dijargonkan oleh Islam sendiri, yakni sebagai agama yang rahmatan lil alamin, sudah sepantasnya kita merenungkan kembali, pola beragama bagaimanakah yang selama ini kita jalani. Wajah Islam terlihat semakin hari semakin garang. Islam hadir seolah menjadi wasit yang tangannya gatal ingin mengeluarkan kartu kuning dan kartu merah bagi siapa saja yang dianggap salah. Islam sekarang menjadi Islam yang reaktif, bukan Islam yang inspiratif. Buku ini adalah salah satu usaha untuk mengajak pembaca merenung kembali bahwa Islam adalah inspirasi. Islam adalah agama yang ramah, yang mengajarkan pemeluknya untuk bersikap santun, bukan saja kepada sesama manusia, namun juga kepada seluruh alam dan seisinya.
Islam Nusantara menjadi istilah yang mengemuka dalam publik setelah secara resmi menjadi tema Muktamar ke33 Nahdlatul Ulama di Jombang pada 2015, sekalipun jauh sebelumnya sudah digunakan untuk menjelaskan perkembangan Islam di wilayah Nusantara. Nahdlatul Ulama secara sengaja mengangkat tema tersebut agar Islam yang mampu hidup dengan damai di Indonesia ini dapat terus dipertahankan, dan bahkan nilai-nilainya dapat disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Kehadiran media baru membawa perubahan besar bagi perkembangan pemikiran dan wacana Islam di Nusantara. Bagaimana metode penyebaran pemikiran, yang awalnya hanya lewat ruang kelas, disampaikan oleh guru kepada peserta didik melalui ruang-ruang kelas dan bersifat tatap muka, kini telah mengalami perkembangan terbaru, yang tidak hanya tetap mempertahankan cara-cara pengajaran tradisonal seperti di atas, namun dikombinasikan dengan cara modern, yaitu sistem pengajaran melalui media baru. Sistem pengajaran melalui media baru, membutuhkan pola pengajaran yang dinamis, karena terus mengalami perubahan, seiring mengikuti pertumbuhan media baru yang terus meningkat, namun tidak diiringi dengan kepah...
Toleransi di Tubuh Sendiri Penulis : Dhimas Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-623-5728-45-2 Terbit : Desember 2021 www.guepedia.com Sinopsis : Fenomena tentang Toleransi merupakan topik yang tidak bisa kadaluarsa di Indonesia, baik toleransi lintas budaya, suku, dan agama. Namun, tak sedikit pula, di dalam kehidupan beragama umat muslim cenderung menyalahkan pihak yang berlawanan lantaran berbeda dalam ideologi yang diyakininya. Sehingga muncul sikap intoleran bahkan kepada sesama umat muslim itu sendiri. Pribadi-pribadi semacan ini kian hari semakin sering kita temui dan sulit untuk dinasihati, karena saking keras pikirannya. Buku ini hadir sebagai buah perenungan yang reflektif dan intens ata...
Pada mulanya adalah kata dan selebihnya adalah problem. Dalam artian, benar jika kaum filsuf mengatakan bahwa manusia dikuasai oleh kata-kata. Namun, pada saat yang sama, pengalaman manusia bersama kata-kata menyisakan problem. Problem itu, salah satunya, sebagaimana ditunjukkan oleh Achmad San dalam buku ini, adalah tidak memadainya bentuk-bentuk majas yang kita kenal di bangku sekolah. Misalnya, penggunaan frasa masyarakat jangan panik bukan ditujukan agar masyarakat tidak panik, namun adalah penghalusan, malah bisa dibilang pengaburan fakta, dari narasi pemerintah tidak transparan. Itu hanya salah satu problem yang coba diblejeti oleh buku ini. Selebihnya, buku ini menawarkan sejumlah problem lain. Sebab, buku ini memang bertolak dari problem-problem kebahasaan yang kita lihat, alami, bahkan lakukan sehari-hari, yang kadang-kadang tidak kita sadari, baik di alam offline maupun alam online. Untuk satu dan lain hal, tilikan-tilikan yang dilakukan oleh Achmad San bersifat unik, tajam, bahkan tak terduga. Buku yang memuat 20 esai ini dibagi dalam tiga bagian: Bahasa dan Politik, Bahasa dan Masyarakat, serta Bahasa dan Gender.
“Strategi Memimpin (Sukses Menjadi Pemimpin dan Memimpin untuk Kehidupan) PENULIS: Putra Sang Fajar Ukuran : 14 x 21 cm ISBN : 978-623-281-183-6 Terbit : Juni 2020 www.guepedia.com Sinopsis: Kita semua adalah pemimpin. Buku Ini Berjudul “Strategi Memimpin (Sukses Menjadi Pemimpin dan Memimpin untuk Kehidupan)”, menjawab kegelisahan tentang kehidupan yang tidak terlepas dari kepemimpinan dan konflik. Buku ini mengupas tentang bagaimana menyelesaikan masalah dengan konsep kepemimpinan, memberikan motivasi, membuat berani dan mengubah gaya hidup menjadi lebih baik lagi. Menawarkan solusi cepat tanggap dalam mengatasi permasalahan dengan strategi. Cocok buat kalian yang aktif diorganisasi,...