You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Kota Gadang, nagari di barat Bukittinggi, di seberang ngarai Sianok, sangat kuat mempertahankan adat. Akan tetapi, dalam waktu bersamaan Koto Gadang meupakan daerah pertama yang membuka diri terhadap pengaruh luar, khususnya pengaruh barat memaluai sekolah berbahasa Belanda. Inilah satu satunya fenomena pembaruan sosio-kultural di Nusantara yang terjadi pada masa kolonial abad 19 dan 20.
Seperti dapat langsung dikenali dari judulnya, Sejarah Kesusastraan Melayu Klasik ini memperkenalkan, mendokumentasikan, dan membahas berbagai naskah, sumber, pertumbuhan, demografi, dan berbagai pemikiran mengenai kesusastraan Melayu klasik, sehingga kita dapat mengenali kehidupan, problema, dan dinamika masyarakat Melayu yang harus diakui, hingga kini bukan hanya relevan tetapi makin penting untuk dipahami dan dihargai. Penjelasan menarik tentang kesusastraan rakyat, epos India dan wayang, cerita dari jawa, sastra zaman peralihan Hindu-Islam, kesusastraan zaman Islam, cerita berbingkai, sastra kitab, sastra sejarah, undang-undang Melayu lama, serta pantun dan syair dalam buku ini mendorong kita untuk memahami kekhasan tata hidup dan cara pandang masyarakat yang melahirkannya, sambil menimba kebijaksanaan dan berkaca pada keuniversalan pengalaman di dalamnya. Buku ini membawa kita ke masa lalu, dan dengan menikmati panorama latar manusianya yang tersebar luas serta mengarungi kedalaman pesan yang bagaimanapun menantang kematangan dan keragaman kemanusiaan kita, kita dimampukan untuk mengelola dan menghayati kehidupan masa kini. --Prof. Riris k. Toha-Sarumpaet, Ph. D.
Manusia terkadang menjadi pemenang dalam hidupnya, terkadang pula menjadi pecundang. Namun, manusia tetaplah pejuang yang tidak akan tahan duduk di atas kegagalan dan kehancuran. Ketika tidak mampu untuk bangkit sendiri, Allah akan siap sedia menolongnya. Sebab, Allah tidak tahan melihat manusia berada dalam kesedihan dan tanpa harapan. Allah adalah pejuang yang setia untuk menyelamatkan manusia. Allah adalah pemenang karena Dia-lah yang mengangkat manusia yang percaya kepada-Nya dari pecundang menjadi pemenang. Buku ini mengulas manusia-manusia dalam Alkitab yang menjadi pejuang, pemenang, dan pecundang dalam hidupnya. Mereka adalah Harun, Yitro, Yosua, Gideon, Samuel, Saul, Daud, dan Salomo. Di sela-sela ulasan tentang karakter dan perjuangan mereka, disisipkan penjelasan tema-tema penting dalam Alkitab dan iman Kristiani. Jadi sambil belajar dari kehidupan para tokoh tersebut, cakrawala pengetahuan tentang Alkitab juga semakin terbuka dan diperluas.
Biniku Ninja menceritakan penulis sebagai watak utama yang berasal dari keluarga susah yang akhirnya berjaya merantau ke UK setelah mendapat tawaran menyambung ijazah dalam aliran seni. Penulis telah berjumpa dengan seorang gadis niqabis bernama Sabatini, semasa terlibat dalam aktiviti persatuan pelajar. Selepas 3 minggu penulis kemudian menikahi gadis tersebut dan perkara itu membuka kisah kehidupan nikah muda mereka yang mencabar. Sebagai pasangan yang gemar mengembara, pembaca dibawa melalui pengalaman mereka mengembara ke negara-negara asing selain kemelut yang dilandai mereka sepanjang mereka hidup berdikari diluar negara.
The stimulus for the joint venture of which the present book is the visible result was provided by the discovery of a Malay manuscript of the long lost Hikayat Patani by one of the authors, and the publication, quite independently, of a Thai version of the same text by the other. The authors, who were not acquainted with one another before this, "found" each other at the suggestion of Professor O. W. Wolters, to whom they are grateful for the idea. The preparation of the book took place on both sides of the Atlantic, with a frequent exchange of letters containing the results of the work of each author. In August, 1969, Teeuw was given the opportunity to visit Cornell University, where in a fortnight's most intensive contact and concentrated research all the drafts were checked, supplemented, rewritten and improved, and the definitive arrangement of the book decided on. The work on the manuscript was completed in the following four months, again in geographically separated spheres. The actual manuscript was rounded off at the beginning of 1970.
Account of Soeharto after resignation to his death, 1998-2008.
"A critical and exegetical commentary on Numbers by George Buchanan Gray."--Bloomsbury Publishing.