You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book provides the thoughtful writings of a selection of authors illustrating a central concept: Sustainable Development in Creative Industries, which utilizes a monetary equilibrium addressing issues, particularly those associated with the use of an integrated area in cyberspace and physical space, and their effect on the creative industries. 15 universities from Asia and Europe have participated in the 9th Bandung Creative Movement, where this topic was explored. Sustainability issues are now at the forefront of progress. The book covers four main areas. The first section, entitled "Art, Culture, and Society," delves into the various sectors that contribute to building a more sustainab...
Armed with cheap digital technologies and a fiercely independent spirit, millions of young people from around the world have taken cultural production into their own hands, crafting their own clothing lines, launching their own record labels, and forging a vast, collaborative network of impassioned amateurs more interested in making than consuming. DIY Style tells the story of this international do-it-yourself (DIY) movement through a major case study of one of its biggest, but least known contingents: the "indie" music and fashion scene of the predominantly Muslim Southeast Asian island nation of Indonesia. Through rich ethnographic detail, in-depth historical analysis, and cutting-edge soc...
By delivering the mindful writings from our selected authors, this book portrays one big idea: a new Human-Centered society that balances economics to resolve problems, especially in the use of an integrated area in cyberspace, physical space, and how it impacts the creative industries. Through The 8th Bandung Creative Movement, scholars from 15 Universities around the Asian and European countries have discussed this issue where Human-Centered society became the main consideration in the development. Three topics are presented to the readers. Firstly, "Sustainable Cities and Communities" explores the sub-fields that construct a more sustainable environment for society post-pandemic era, such...
The 7th Bandung Creative Movement conference presented the theme "Dynamics of Industrial Revolution 4.0" which discussed how the digital world and connectivity changed human culture in various aspects of life, and transformed in accordance to human needs and social culture. Digital technology has transformed society to serve people from manufacturing needs to smart cities, from network connectivity to people connectivity. The application of information technology has helped in improving live quality and environmental sustainability. Digital transformation is revolutionizing how businesses and workers interconnect to be more productive and efficient. The result is improved collaboration, fast...
Apakah kamu pemain band yang ingin terkenal dan sukses di belantara musik? Kalau ya, sekarang saatnya kamu tunjukkin kabisa-mu! Untuk memperlancarnya, kamu bisa jadikan buku ini sebagai guide-mu. Buku ini berisi: Sejarah Industri Rekaman Mengenal Manajemen Rekaman Mengintip Cara Produksi Cara Mendistribusikan Rekaman Cara Promosi yang Efektif Buku yang dilengkapi dengan tempat-tempat rekaman dan distribusi ini, juga membahas semua tips rekaman sehingga band kamu melejit dan dikenal semua orang. "Banyak informasi yang bisa didapatkan dari buku ini, terutama dunia musik independent." -Helvi Sjarifuddin, FFWD Records "Buku ini membangkitkan semangat saya untuk menghidupkan kembali HFMF yang kandas!" -Henry Foundation, HFMF Records & Vokalis Goodnight Electric [DAR! Mizan, Referensi, Musik, Indonesia]
As social, locative, and mobile media render the intimate public and the public intimate, this volume interrogates how this phenomenon impacts art practice and politics. Contributors bring together the worlds of art and media culture to rethink their intersections in light of participatory social media. By focusing upon the Asia-Pacific region, they seek to examine how regionalism and locality affect global circuits of culture. The book also offers a set of theoretical frameworks and methodological paradigms for thinking about contemporary art practice more generally.
Buku ini, oh, pembaca budiman, adalah usaha keras beberapa anak muda “di luar dunia musik” memasuki dan mengenal musik dari lembar-lembar yang dirumuskan para pengkaji. Atau, musisi yang sadar pentingnya membukukan perjalanan bermusik. Atau, pengkaji yang sekaligus musisi yang sadar bahwa musik mesti terus hidup yang oleh karena itu perlu diterbitkan dalam wadah bernama buku. Buku ini hadir dari kelas khusus resensi dengan mengambil tema khusus pula, yakni musik. Semua peserta dibebaskan memilih buku-buku musik yang tersedia di perpustakaan gelaranibuku, Radio Buku. Dari pilihan-pilihan itu, proses membaca dan menuliskan hasil pembacaan intensif dilakukan. Hasilnya adalah antologi Pustaka Musik ini. +++++ Seri buku “Kelas Menulis” ini merupakan rekaman hasil proses curah ide dari para pembelajar dengan pengajar dalam sekuensi waktu ditentukan. Dengan jumlah peserta dalam kelas yang dibatasi dan dukungan “kurikulum” memungkinkan terjadinya diskusi dan eksplorasi atas beragam tema.
In the book establish an initial assessment on the life of cinemas belonging to the Instituts français and the Alliances françaises.
Buku 100 Konser Musik di Indonesia ini mencoba membentangkan satu riwayat bagaimana seratus konser musik menjadi peristiwa seni dan budaya memengaruhi geliat perekonomian, meramaikan belantika kebudayaan populer, serta menggairahkan kultur bermusik di kalangan darah muda. Tak semua konser musik ditampilkan sebab sejarah (konser) musik dalam bingkai “100 Konser” ini. Sebab, mula-mula memang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana festival budaya populer di ruang publik dikelola lewat kerja sama berbagai pihak yang membawa kesadaran baru ihwal manajemen pengelolaan seni budaya yang lebih baik. Buku ini adalah bagian dari ikhtiar menjaga asa bermusik atau berkarya di lajur seni budaya musik dengan bercermin kepada kaca benggala masa silam yang pernah ditorehkan para pendahulu. Sekaligus, buku ini bisa mengisi kepustakaan musik di Indonesia yang lengang, khususnya dalam pengetahuan sejarah pertunjukan musik (di) Indonesia.
The Jadugar adalah kolektif video duo yang dimotori oleh Henry ÒBetmenÓ Foundation dan Anggun Priambodo. Keduanya telah melahirkan beragam video klip yang mewakili berbagai macam musisi Indonesia, dengan estetika yang setia kepada karakter musiknya, plus pendekatan yang selalu eksploratif dan eksentrik untuk karya video musik yang unik. -- ÒGue berani bilang bahwa karya The Jadugar itu levelnya setara dengan video klip Michel Gondry atau Mark Romanek.Ó EKA ANNASH, MUSISI ÒSekarang akses kamera lebih mudah, dan video dibuat oleh semua orang. Tapi, point of view ini pernah lahir dari karya The Jadugar.Ó SIDI SALEH, SUTRADARA ÒParadoks terbesar tentang The Jadugar adalah bahwa ternyata m...