You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
This book weaves a history of the Indonesian press, and of Indonesia’s post-independence history, through the life story of Mochtar Lubis: one of Indonesia’s best-known newspaper editors, authors and cultural figures with a national, regional and international prominence he retained from the early 1950s until his death in 2004.
Through a study of Malaysia, Taming Babel examines how empires and postcolonial nation-states struggle to govern multilingual and polyglot subjects.
This book explores a phase in the history of both Indonesia and Singapore that is little known. It is a narrative analysis of how the dynamics of the Indonesian revolution (1945-1949) overflowed into Singapore. In turn, Singapore was a base for the Indonesian nationalists, the British, the Dutch, and Chinese traders, with each group exploiting prevailing circumstances for their own interests. Indeed, the author argues that the success of Indonesia s struggle against the Dutch was due in no small measure to the opportunities available in Singapore to advance Indonesia s strategic aims. The Singapore connection during these years was a vital link.
Recent years have witnessed a remarkable growth in scholarship on Islam within Southeast Asia. Underlying this scholarship is a desire to resolve pressing social and political problems facing Muslim communities, an awareness of the significance of pluralism and cultural hybridity within Southeast Asian societies, and the rapidly growing interaction between Southeast Asian Muslims and the outside world. The chapters in this book represent some of the exciting new directions young scholars in Southeast Asia universities are taking Islamic Studies. Themes covered include Islam and liberalism, the diverse streams of contemporary Islamic thought, “neo-Sufi” movements, Islam and human rights, the growing influence of Islamic law, Islam and democratic politics, Islamic education, and the relationship between Islam and ethnic identity.
Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922-2004) sebagai pemimpin redaksi dan pengarang.
Buku ini berusaha menjelaskan tentang akibat dari meletusnya peristiwa 15 Januari 1974 (Malari) yang mengakibatkan beberapa surat kabar dibredel. Koran Indonesia Raya adalah salah satu korbannya. Koran yang dikenal kritis, antikorupsi, anti penyelewengan, dan memperjuangkan aspirasi masyarakat bawah. Sekarang, Indonesia Raya mungkin tinggal legenda. Tapi, kemunculannya di masa silam menjadi saksi bisu pergulatan panjang “pers merdeka” melawan kesewenang-wenangan penguasa.
Kekalahan Jepun dalam Perang Pasifik membuka ruang Indonesia mengisytiharkan kemerdekaannya pada 17 Ogos 1945, sekali gus mencetuskan revolusi. Pertempuran hebat antara Tentera Nasional Indonesia (TNI) dengan Belanda terjadi dari 1947 hingga 1949. TNI menggunakan taktik perang gerila bagi menghadapi Belanda. Dalam perang gerila, sokongan logistik taktik dan umum sangat penting. Apakah yang dimaksudkan dengan logistik taktik dan umum ini? Buku ini mengupas secara terperinci kaedah pengurusan logistik dalam perang gerila ini yang ternyata membuahkan hasil. Bahkan buku ini turut mengangkat peranan penting hero sebenar yang bekerja keras untuk memenuhi perbekalan logistik gerila TNI di Jawa Tengah bahagian Barat.
Dunia Revolusi meneroka periode revolusi Indonesia (1945–1949) dari perspektif regional. Sebanyak tujuh belas naskah hasil penelitian sejarawan Indonesia dan Belanda menjadi kontribusi dalam mengungkapkan kompleksitas realitas yang terjadi serta keragaman perspektif dari periode revolusi Indonesia. Para peneliti menjelaskan secara sistematis bagaimana penduduk sipil Indonesia (Bumiputra), Tionghoa, India, dan Indo-Eurasia, dan beragam kelompok sosial mulai dari tentara, pejuang, petani, buruh, ibu rumah tangga, hingga para pejabat turut mengalami dan membentuk periode penuh ketidakpastian yang terjadi dari tahun 1945 hingga 1949. Buku ini menitikberatkan pada keragaman gagasan tentang makn...
Lahirnya orang-orang besar bukan jadi dalam hitungan menit. Ada proses panjang dalam pilihan-pilihan hidupnya yang mengarahkan dirinya menjadi orang besar. Mereka mengalami kejadian-kejadian, entah disukainya atau tidak, atau pun pilihan karena motivasinya, menjadikan bahwa ia adalah seorang pejuang. Menariknya, pilihan-pilihan hidup mereka justru berpengaruh pada jalannya sejarah bangsa ini. Keputusan-keputusan hidup bukan hanya merubah diri secara pribadi, tapi ada hubungan kausalitas dengan keputusan-keputusan orang di sekitarnya. Maka menjadi menarik ketika membaca kisah Tjokroaminoto, Agus Salim, M. Natsir, Syafruddin Prawiranegara, Kasman Singodimedjo, Abdoel Kahar Moezakir, Mohammad Roem, dan Hamka, sebagai tokoh-tokoh yang berpengaruh di negeri ini. Buku ini bertutur tentang tokoh-tokoh politik dan pergerakan Islam yang memiliki pengaruh besar bagi kemerdekaan Republik ini. Sebagian besar diantaranya telah mendapat gelar Pahlawan Nasional. Mereka semua adalah pejuang Islam yang terlibat secara politik dengan negara bersyariat sebagai misi utamanya. Semoga kita bisa mendapatkan teladan dari hidup mereka yang Insya Allah penuh keberkahan.
"Mengetahui usia Buya Syafii Maarif, sudah sepatutnya beliau ini dicemburui banyak orang. Beliau tetap produktif dan menyumbangkan pikiran-pikirannya tanpa ragu sedikit pun dengan sudut pandangnya." —Prof. Dr. M. Quraish Shihab, M.A. Buku ini memuat kumpulan tulisan Prof. Dr. Ahmad Syafii Maarif yang pernah dimuat di pelbagai media massa, dan beberapa makalah yang pernah disampaikannya di pelbagai pertemuan dan seminar. Satu hal yang menarik dari tulisan-tulisan beliau ialah penuturan dan penyampaian yang berani; kritis dan argumentatif. Meskipun demikian, ragam persoalan yang beliau sampaikan dalam buku ini tetap dalam bingkai moral dan ilmiah. inilah ciri khas yang melekat pada diri Buya...