You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Politik identitas mengalami ledakan dahsyat di Pilkada DKI tahun 2017. Prima causanya dipicu pernyataan dari Calon Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tentang Al-Qur'an Surat Al-Maidah ayat 51. Yang kemudian menyulut reaksi berbagai kalangan yang juga bernuansa politik identitas. Sehingga menimbulkan konflik, friksi, polarisasi, provokasi, penolakan kampanye dan sebagainya. Pilkada serentak 2018 dan terutama Pilpres 2019, sebagai suatu isu, politik dientitas mengalami kemerosotan. Tetapi sebagai praktik dan strategi kampanye, justeru mengalami penguatan. Boleh dikatakan, hampir semua calon presiden dan tim kampanye menerapkan politik identitas. Luar biasanya, dinamika politik identitas tetap terkendali dan nyaris tanpa menimbulkan konflik tajam. Buku ini mencoba mendeskripsikan dan mengalanisis secara kritis konflik politik identitas di Pilkada DKI 2017, Pilkada Serentak 2018 dan Pilpres 2019 dari perspektif peraturan perundangan Pemilu, politik, agama serta fenomena cengkraman oligarki yang menguasai media dan partai politik. Karenanya, buku ini layak dibaca oleh mereka yang tertarik dengan isu-isu demokrasi elektoral.
Buku ini berupaya menghadirkan kajian seputar literasi politik. Tema ini sangat penting, terkait dengan konteks politik Indonesia yang sedang mengonsolidasikan demokrasinya pascabergulirnya reformasi pada tahun 1998. Tentu, transformasi kesejarahan Indonesia sebagai negara demokratis harus didokumentasikan, dideskripsikan, dianalisis, dikritik, dan diberikan masukan secara terus-menerus agar kondisinya terus membaik dan konsolidatif. “Benang merah” buku ini terletak pada kajian tentang urgensi literasi politik di tengah ragam persoalan dalam proses dan tahapan penyelenggaraan kontestasi elektoral. Pada Pemilu 2019, kali pertama dalam sejarah politik Indonesia, Pemilu Presiden dan Pemilu ...