You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
While much scholarship has been devoted to the interplay between language, identity and social relationships, we know less about how this plays out interactionally in diverse transient settings. Based on research in Indonesia, this book examines how talk plays an important role in mediating social relations in two urban spaces where linguistic and cultural diversity is the norm and where distinctions between newcomers and old timers changes regularly. How do people who do not share expectations about how they should behave build new expectations through participating in conversation? Starting from a view of language-society dynamics as enregisterment, Zane Goebel uses interactional sociolinguistics and the ethnography of communication to explore how language is used in this contact setting to build and present identities, expectations and social relations. It will be welcomed by researchers and students working in the fields of linguistic anthropology, sociolinguistics, the anthropology of migration and Asian studies.
This book studies the Indonesian martial art Pencak Silat and related media practices, and, building on that, assesses mediatization processes, meaning the potential influence of technology-based media practices. Pencak Silat represents a cultural system of values and beliefs, with hierarchical structures and relations, and social advancement being mediated in embodied social learning. The study contributes to martial arts studies and media studies, demonstrating potentials and limitations of media technologies and their (dis-)embodiment – their extension or reduction of the body as medium, and their embeddedness in or detachment from a given socio-cultural context. With Pencak Silat being practiced all over Indonesia, by a large part of the population, the thesis also represents a contribution to Indonesian studies. Based on extensive fieldwork (between 2008 and 2016), the study analyzes martial arts and/as media in Indonesia, and presents an ethnography of Pencak Silat and mediatization.
Interactive. Effective. And FUN! Start speaking Indonesian in minutes, and learn key vocabulary, phrases, and grammar in just minutes more with Learn Indonesian - Level 2: Absolute Beginner, a completely new way to learn Indonesian with ease! Learn Indonesian - Level 2: Absolute Beginner will arm you with Indonesian and cultural insight to utterly shock and amaze your Indonesian friends and family, teachers, and colleagues. What you get in Learn Indonesian - Level 2: Absolute Beginner: - 160+ pages of Indonesian learning material - 25 Indonesian lessons: dialog transcripts with translation, vocabulary, sample sentences and a grammar section - 25 Audio Lesson Tracks - 25 Audio Review Tracks (...
This volume provides an innovative approach to the referential process thanks to its focus on the relationship between conventions and discourse pragmatics. It brings together a cross-section of current research on referential conventions and pragmatic strategies, in a number of different fields (formal and theoretical linguistics, semantics, discourse analysis, psycholinguistics, interactional linguistics, natural language processing), in a variety of verbal and non-verbal languages (English, German, different varieties of French, Indonesian, French Belgian Sign Language) and in a diversity of contexts (the coining of names, language acquisition, second language learning, and various genres such as news articles, narratives, satire or game playing). The volume is meant as a series of thought-provoking studies which place speakers and addressees at the core of the referential act, thus providing evidence on how they negotiate and adjust, depending on the context.
Budi Anduk. Siapa sih yang ngga kenal dia saat ini? Ngga nyangka Mas Budi ini punya akun di Facebook. Tanpa perlu tengok kanan-kiri kayak orang nyebrang jalan, Yudhi langsung menambahkannya sebagai teman. Klik! Hingga akhirnya, ia berhasil chatting langsung dengan Budi Anduk. Wah, bisa jadi cerita buat orang di kampung nih, pikir Yudhi bangga. Tapi, kenapa tiba-tiba Yudhi jadi nggak enak ati ya? Pasti ada yang nggak beres ? dan ternyata ? gubraaakkk!!! Kumpulan cerita lebay yang terangkum dari pengalaman Yudhi Herwibowo dari zaman ingusan sampai kuliah. Ada Bambang dengan kayu ajaibnya yang bisa berfungsi lebih dari pengorek upil, monyet kecil imut tapi doyan semut, hingga pengalaman pertama Yudhi mencoblos dalam pemilu. Semua disajikan dengan sangat lebay melambai dan bikin tertawa berdera-derai ?. Halah, dasar lebay! [Mizan, B First, Novel, Memoar, Indonesia]
Mungkinkah kita dapat bertemu kembali dengan orang yang sudah meninggalkan kita dari dunia ini tanpa harus meninggal dunia? Adakah kendaraan yang dapat membawa kita melintasi ruang dan waktu untuk mampir menemui mereka yang telah tiada? Inilah cerita tentang seorang mahasiswa humoris yang tak sengaja mecoba menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu. Semuanya akan terjawab melalui pengalaman senggangnya yang berwujud sebuah perjalanan spiritual lintas dimensi yang mampu mengantarkannya menemui sang almarhumah ibu tercinta. ****** Kesan dan Pesan untuk Senggang “Kalau dibuat film jangan lupa ajakin aku. Semoga jadi penulis hebat ya!” - Shareefa Daanish, Aktris & Model – “Tob! Sukses ya. Semoga karyanya ini disukai pembacanya.” - Indra Bekti, Entertainer - --------------------------- Buku ini Terbitan Rafferty Publisher -RaffertyPublisher-
Ayasha itu tipikal cewek pada umumnya yang suka lupa diri kalau ada cogan lewat. Dia juga tipe cewek yang bakal meleleh kalau ketemu cowok mapan, pintar, dan pastinya berwibawa. Sialnya, semua hal tersebut ada pada dosennya, Gemintang Prambudi. Pak Gemintang alias Pak Gemi, dosen mata kuliah Ekonomi Industri, yang mampu membuat Ayas dilema antara ingin menjadi strong independent woman ataukah menjadi cewek bucin yang setiap apa pun yang diperbuat oleh Pak Gemi membuatnya terpana seketika dan minta dihalalin saat itu juga. ""Kamu Ayasha, bukan?"" ""Iya, Pak. Saya Ayas, asdos Bapak dulu."" ""Makin cantik." ""Eh, bagaimana, Pak?"""
Banten merupakan provinsi yang berada di wilayah paling barat Pulau Jawa. Sejak tahun 2000, provinsi ini telah berdiri menjadi provinsi tersendiri dan tidak lagi menjadi bagian dari Provinsi Jawa Barat. Sejak dahulu, Banten telah menjadi daerah jalur lalu lintas laut yang strategis. Banten bahkan menjadi pelabuhan besar di Asia Tenggara. Selain itu Provinsi Banten juga menyimpan pesona sejarah dan budaya yang sangat menarik. Sekilas Mengenal Keakayaan Budaya Banten merupakan buku yang dibuat agar anak-anak Indonesia dapat mengetahui gambaran sejarah dan budaya yang ada di Banten. Salah satunya anak akan diajak untuk mengetahui bahasa yang digunakan masyarakat Banten dan beberapa kesenian yang berkembang. Sehingga diharapkan melalui buku ini, anak-anak kita akan semakin mencintai budaya Indonesia dan menumbuhkan rasa nasionalisme yang ada dalam diri mereka.
Jerini Lukmantari - Cakra Maulana Ibrahim Jerini menikah dengan Gandhi, tepat setelah lulus kuliah. Berdua mereka merintis karier di bidang yang sama. Satu perusahaan, satu kantor. Di tahun kedua pernikahan Gandhi berkhianat. Semua pun berantakan. Dengan perasaan hancur lebur, Jerini memilih meninggalkan Jakarta untuk tinggal dan bekerja di Surabaya. Di tempat baru, Jerini bertemu Cakra, yang memiliki kepribadian jauh berbeda dengan Gandhi. Cakra adalah pria paling lurus yang pernah Jerini kenal. Yang menjalani hidup bagai dipandu oleh penggaris virtual yang tak mengizinkan adanya deviasi meskipun hanya satu milimeter. Dari pria sekaku kanebo kering ini Jerini akhirnya mengerti apa yang selama ini dia cari pada diri suaminya, yang tak kunjung dia temukan, dan hanya berujung kepada kekecewaan.
Setiap kisah dalam buku ini dirancang atas dasar kesederhanaan yang tanpa beban, namun dibuhul dengan daya ingat dan ketelatenan tingkat tinggi, lalu mengalir begitu saja. Ibarat sebuah tamasya jauh, dinamika cerita bagai laju kendaraan yang bergerak tenang dan sangat terkendali, jauh dari hasrat menggebu untuk mendahului pengendara lain, juga tanpa rem tiba-tiba. Setiap tikungan tajam dan tanjakan-tanjakan berbahaya seolah-olah telah dipetakan, jauh sebelum perjalanan bermula. Namun, dalam kebersahajaan dan kehatian-hatian yang terasa begitu terukur, sengaja atau tak, dalam tubuh cerita telah tertera sejumlah tanda yang bila ditimbang-ditakar secara cermat, akan membuat kisah-kisahnya menjadi lebih dari sekadar sederhana. Gairah kekaryaan Soeprijadi Tomodihardjo yang tiada pernah redupmeski usianya hampir berkepala delapanmenegaskan bahwa sesungguhnya ia tidak jauh di Jerman sana, melainkan di sini, di tanah kelahiran yang senantiasa ia jenguk dengan cara menjemput ingatan, dan merawat kenangan tentangnya. Betapapun semakin jauhnya ia dari tanah-pangkal yang telah ia tinggalkan selama bertahun-tahun, justru semakin tegas sidik jari keindonesiaan dalam karya-karyanya.