You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
"""Ketika agama menjadi empty shell, kekosongannya akan segera diisi oleh hal-hal yang bersifat keduniawian dalam segala bentuknya. Agama dengan simbol-simbol tradisionalnya akan berubah menjadi sekadar """"formula sukses"""" dan Tuhan cuma di perlakukan sebagai, dalam bahasa fromm,""""a partner in business"""". Demikian, ketika kekuatan kapitalis mendistorsi konsep agama, agama terancam tinggal menjadi semacam tubuh yang kehilangan kepala dan jantung hatinya, tinggal menjadi wujud tanpa signifikansi. Agama terkooptasi; kekuatannya justru merongrong misi sucinya, bahkan boleh jadi malah menjadi pelindung agen para pendosa. Agama menjadi apa yang oleh leo yang agung dsebut sebagai a respectable cloac for sin, """"jubah mulia bagi berbagai dosa"""", kehilangan moralitas, kehilangan yang """"suci"""", """"baik"""" dan """"adil"""". Lalu, yang tertinggal hanyalah serangkaian kepercayaan, ritualisme kosong makna, atau paling banter semacem etiket. Ketaatan terhadapnya malah menjadi ironi bagi misi sucinya. Ketika Makkah Menjadi Seperti Las Vegas adalah suara keprihatinan yang mengajak kita untuk menegakkan agama sebagai rahmat bagi semesta."""
Hidup adalah perpaduan antara kebetulan dan kesengajaan. Ada banyak hal terjadi di dunia ini yang berada di luar kendali manusia. Tetapi ada pula hal-hal yang dapat dipilih dan dikendalikannya. Manusia bebas sekaligus terbatas. Setiap hari dia berjumpa dan terlibat dalam berbagai peristiwa. Di antara peristiwa-peristiwa itu, sebagian ada yang mengesankan dan berpengaruh bagi hidupnya. Inilah yang disebut kisah, dari kata Arab qisshah, yang secara harfiah berarti potongan atau penggalan. Kisah adalah penggalan peristiwa yang bermakna bagi hidup manusia. Buku Humor, Perempuan dan Sufi, menuturkan berbagai kisah, aneka potongan pengalaman dan perjumpaan manusia dengan berbagai peristiwa keh...
Berteologi kontekstual merupakan upaya untuk menekatkan dan menghubungkan ajaran iman dengan kehidupan sehari-hari. Refleksi teologi kontekstual dibangun untuk mendorong gerakan hidup bersama untuk mengembangkan martabat manusia. Pengalaman hidup sehari-hari memuat nilai-nilai yang mendasari cara pandang, sikap, dan tindakan bersama. Berteologi secara kontekstual merupakan bentuk apresiasi terhadap pengalaman hidup nyata. Kedelapan penulis artikel ini merefleksikan pengalaman hidup masyarakat Indonesia sebagai mcdel berteologi dalam konteks kehidupan masyarakat Indonesia yang memiliki Pancasila sebagai filosofi hidup bersama. Sebagai bentuk kepedulian terhadap situasi kehidupan bermasyarakat, mereka mengartikulasikan refleksi iman secara kontekstual dan menyumbangkan pemikiran itu dolore bentuk tulisan ilmiah. Berteologi menjadi proses saling belajar dan berdialog untuk mengasah kepedulian, kepekaan hati, dan belarasa terhadap kehidupan umat yang berjuang untuk memaknai hidup dolore terang iman Kristiani.
Artikel yang ada pada bunga rampai ini adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Semarang kurun waktu tahun 2018 sampai 2019. Buku ini hadir untuk memotret moderasi Islam di lembaga pendidikan agama non formal, seperti majelis taklim, pesantren dan perkawinan usia dini. Lokasi penelitian tersebar di lawa Tengah, Jawa Timur. DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Barat. Fokus penelitian tersebut adalah model transmisi moderasi beragama kepadajamaahnya, nilai-nilai moderasi lembaga pendidikan non formal melalui budaya, maupun nilai-nilai moderasi Islam vangadadi teks klasik. Sementara itu, perkawinan usia dini memfokuskan pada pendidikan kesehatan reproduksi pada masyarakat.
Dialog merupakan salah satu jalan yang ditempuh untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan, sekaligus menjadi media kondusif bagi terciptanya tata hubungan antarumat beragama di tengah masyarakat yang multikultural. Buku ini menyajikan dialog dwi-cakap antara dua orang atau lebih yang berbeda pandangan, dengan tujuan saling belajar, mendengarkan secara simpatik dan penuh keterbukaan guna memahami makna sebuah dialog. Kehadiran buku ini menegaskan bahwa masyarakat Atambua: TTU, Belu, Malaka sekarang ini bukan lagi monokultural, tapi sudah multikultural dengan kebhinnekaannya yang tentu saja “tidak imun konflik”. Merespon kondisi itu, pemimpin agama Atambua yang transformasional, visioner, d...
Fenomena keislaman kita hari ini banyak dipengaruhi budaya populer yang lebih mengedepankan bungkus dari pada isi. Acara-acara kajian berbayar yang diselenggarakan di pusat-pusat keramaian dengan selubung hedonisme lebih menarik dari pada pengajian-pengajian tradisional di pusat keagamaan di kampung. Begitu juga setelah fenomena hijrah menjadi populer di kalangan selebriti tanah air, diikuti pula dengan arus hijrah bahkan oleh remaja-remaja yang jauh dari pusat gemerlap para selebritis yang menjadi panutan mereka. Hijrah menjadi dikotomis ketika mereka yang mendukung menjadikan sudut pandang antara mereka sebagai self dan kelompok lain sebagai yang liyan (The other). Komodifikasi yang akut t...
“Kami datang bukan sebagai orang yang ingin dimuliakan oleh 73 juta rakyat, kami datang untuk mengabdi.” (Recep Tayyip Erdoğan) *** Recep Tayyip Erdoğan. Di bawah kepemimpinannya, Turki dalam lima belas tahun terakhir menjelma menjadi negara yang memainkan peran kunci dalam isu-isu internasional di kawasan Timur Tengah dan Eropa. Apalagi, ditinjau dari posisi strategis Turki, yang berada di antara dua benua, yaitu Benua Asia dan Eropa, membuat Turki menjadi negara yang selalu mendapat sorotan media-media internasional. Sosok Erdoğan memang sangat populer di dunia. Pada tingkat domestik, Erdoğan memiliki pendukung setia yang selalu hadir dalam jumlah besar setiap kali ia harus berhada...
This book explores the ways in which democratizing Muslim countries treat their ethnic minorities’ requests of inclusiveness and autonomy. The author examines the results of two important cases—the securitization of Kurds in Turkey and the “autonomization” (a new concept coined by the study) of Acehnese in Indonesia—through multiple hypotheses: the elites’ power interest, the international factors, the institutions and history of the state, and the ontological security of the country. By examining states with ethnic diversity and very little religious diversity, the research controls for the effect of religious conflict on minority inclusion, and so allows expanded generalizations and comparisons. In non-Muslim majority countries, and in so called “mature democracies,” the problem of the inclusion of old or new ethnic minorities is also crucial for the sustainability of the “never-ending” democratization processes.
Naskah pemikiran yang tersusun sebagai “Negara Pancasila sebagai Darul 'Ahdi Wasy-Syahadah” dimaksudkan untuk menjadi rujukan dan orientasi pemikiran serta tindakan bagi seluruh warga persyarikatan da-lam kehidupan berbangsa dan bernegara, tentu harus paralel dan kon-tekstual dengan pandangan Islam. Negara Pancasila merupakan hasil konsesus nasional (dar al-ahdi) dan tempat pembuktian atau kesaksian (dar al syahadah) untuk menjadi negeri yang aman dan damai (dar al-salam) menuju kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat dalam naungan ridla Allah swt (Baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur).
Buku yang ada di tangan pembaca ini merupakan sebuah karya yang membahas tema-tema kontemporer terkait dengan syariat Islam secara komperhensif, beberapa tema yang disesuaikan dengan perkembangan Isu-isu terkini. Buku ini disusun secara sistematis sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi civitas akademika dan masyarakat umum untuk mengembangkan pengetahuan, selain itu juga dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran pada berbagai mata kuliah yang ada di perguruan tinggi dalam bidang studi Islam.