You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Ide penulisan buku ini digagas oleh Panitia Rakemas I & Milad ke 87 Muslimar .Washtiyah, yang bertujuan untuk menghimpun dan rnengabadikan Tema dan Materi yang telei dibahas dalam episocle-episode Mr-rslimat Mengaji di atas, sehingga menjadi khazanah keihnuan yar_sbermanl'aat bagi keluarga besar Muslimat Al Washliyah dan masyarakat. Buku Antologi ini, beris: tulisan dari para Narasumber Muslimat Mengaji, dan aktifis Muslimat AI Washliyah yang turu: berpartisipasi, sesuai dengan bidang dan minatnya. Pimpinan Pusat Muslimat Al washliyah menyambut dcngan bangga dan senang hati, serta memberikan apresiasi yang se-tinggi tingginya atas ide dan gagasan untuk menyusun buku.
Buku berjudul Al Jam’iyatul Washliyah: Ulama, Politik dan Resiliensi ini merupakan kumpulan paper para narasumber Awsat Forum, sebuah mimbar akademik yang dikelola oleh Lembaga Kajian Strategis Al Washliyah (LKSA) Pengurus Besar (PB) Al Jam’iyatul Washliyah, plus paper yang ditulis oleh sejumlah kader Al Washliyah di Indonesia terutama dari Aceh, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Bagian pertama buku ini memberikan gambaran tentang biografi, gerakan dan gagasan para ulama yang mendirikan Al Washliyah. Bagian keduanya menampilkan gerakan Al Washliyah di Indonesia terutama dalam bidang politik sejak era kolonial sampai masa reformasi. Bagian ketiga buku ini menampilkan pokok-pokok pikiran kader-kader Al Washliyah terkait kelemahan-kelemahan organisasi dan juga upaya-upaya yang mendesak dikerjakan untuk memajukan Al Washliyah
Ikatan Pelajar Al Washliyah (IPA) merupakan salah satu organisasi bagian Al Jam’iyatul Washliyah. Al Washliyah adalah organisasi Islam yang didirikan di Medan pada tanggal 30 November 1930 oleh para pelajar senior Maktab Islamiyah Tapanuli (MIT) dan Madrasah Al-Hasaniyah. Di antara mereka adalah Ismail Banda, Abdurrahman Sjihab, M. Arsjad Th. Lubis, Adnan Nur Lubis, dan Yusuf Ahmad Lubis. Al Washliyah lahir di era penjajahan Belanda, sedangkan IPA lahir pasca kemerdekaan tepatnya pada tanggal 30 November 1953 di Medan. Selain IPA, Al Washliyah juga memiliki organisasi bagian lain yakni Muslimat Al Washliyah (MA), Angkatan Puteri Al Washliyah (APA), Gerakan Pemuda Al Washliyah (GPA), Himpunan Mahasiswa Al Washliyah (HIMMAH), Ikatan Guru dan Dosen Al Washliyah (IGDA), dan Ikatan Sarjana Al Washliyah (ISARAH). Buku ini berhasil menampilkan secara elegan sejarah pertumbuhan dan perkembangan Ikatan Pelajar Al Washliyah, ideologi yang dianut (Islam, mazhab Syâfi‘i, dan mazhab Ahlussunnah Waljamaah), dan biografi sejumlah tokoh sentralnya. Buku ini wajib dibaca oleh para simpatisan, anggota, kader, dan pengurus IPA.
Maulana Al Habib Luthfi bin Yahya merupakan tokoh juru dakwah yang terkenal terutama di Pekalongan yang sejak dulu hingga sekarang menetap di Pekalongan. Beliau aktif di organisasi berbagai aliran tarekat resmi yang berlatar belakang NU. Sebagai seorang da’i atau juru dakwah, beliau senantiasa mengajak untuk menjaga keutuhan NKRI, mempererat persatuan dalam bingkai pancasila dan menuntun umat ke jalan yang lurus serta menyiarkan ajaran Islam kepada semua umat Islam. Masyarakat memandang bahwa Maulana Al Habib Luthfi bin Yahya sebagai tokoh (elit) ulama yang memiliki peran penting terutama dalam aspek keagamaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya antusiasme masyarakat di dalam mengikuti pengajian atau majelis ta’lim yang diadakan oleh beliau di Kanzus Sholawat Pekalongan. Dari sedikit pemaparan di atas mengenai Maulana Al Habib Luthfi bin Yahya tentunya sangat kurang, maka buku ini akan mengungkap lebih detail siapa sosok dan pemikiran Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya secara lebih Komprehensif.
Deep in the heart of seventh-century Arabia, a new prophet named Muhammad has arisen. As his message of enlightenment sweeps through Arabia and unifies the warring tribes, his young wife Aisha recounts Muhammad's astonishing transformation from prophet to warrior to statesman. But just after the moment of her husband's greatest triumph -- the conquest of the holy city of Mecca -- Muhammad falls ill and dies in Aisha's arms. A young widow, Aisha finds herself at the center of the new Muslim empire and becomes by turns a teacher, political leader, and warrior. Written in beautiful prose and meticulously researched, Mother of the Believer is the story of an extraordinary woman who was destined to help usher Islam into the world.
UPAYA NU IKUT SERTA MEMUTUS MATA RANTAI PANDEMI Wajah menyeringai dan menakutkan masih ditampakkan Covid-19 hingga 14 Agustus ini. Diperlihatkan, di Indonesia saja sudah ada 3.833.541 yang terpapar, meskipun yang sembuh juga semakin tinggi dengan 3.321.598 kasus. Namun, data mereka yang meninggal menyiratkan kekhawatiran yang dalam buat siapa saja. Tercatat 116.366 meninggal dan rata-rata perhari (terakhir) di atas 1.200 kasus. Apalagi, jika kita mengerling sekilas paparan dunia, rasanya kita tak mau melihat cermin. Ada 223 negara dengan 205.338.159 kasus dan jumlah meninggal mencapai 4.333.094 orang. Data dan berita Covid-19 telah menjadi teror sendiri sehingga berdampak pada kehidupan sosi...
Judul : MEMBACA PEMIKIRAN IBNU KHALDUN (Kajian Kitab Al Muqaddimah) Penulis : Maswan Ahmadi Alfi Nahdiyah Rahmawati Siti Romlah Dwiningtyas Maziyyah Mumtazah Dwi Mutmainnah Farihatul Husniyah Ukuran : 15,5 x 23 cm Tebal : 144 Halaman ISBN : 978-623-497-824-7 SINOPSIS Buku yang berada di tangan pembaca ini, Membaca Pemikiran Ibnu Khaldun (Kajian Kitab Al Muqaddimah) karya Robby Jundi Lestari dkk merupakan hasil kerja intelektual dalam waktu yang tidak singkat dan membutuhkan ketekunan, kesabaran, dan idealisme karena dalam proses penyusunannya tentunya membutuhkan proses melacak literatur-literatur terkait, membaca, menelaah, merumuskan dalam bentuk narasi yang ada di dalam buku ini. Jika dip...
MUKTAMAR KE-34 NU YANG JADI PERHATIAN DUNIA Pelaksanaan Muktamar NU di pengujung tahun ini benar-benar menyita perhatian. Tidak hanya bagi panitia, juga beragam kalangan yang memang memiliki perhatian kepada Nahdlatul Ulama. Mereka bisa saja pengamat, simpatisan, bahkan warga kebanyakan demikian mengikuti perkembangan pelaksanaan muktamar dari waktu ke waktu.