You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
For decades almost the only social scientists who visited Indonesia’s provinces were anthropologists. Anybody interested in politics or economics spent most of their time in Jakarta, where the action was. Our view of the world’s fourth largest country threatened to become simplistic, lacking that essential graininess. Then, in 1998, Indonesia was plunged into a crisis that could not be understood with simplistic tools. After 32 years of enforced stability, the New Order was at an end. Things began to happen in the provinces that no one was prepared for. Democratization was one, decentralization another. Ethnic and religious identities emerged that had lain buried under the blanket of the...
None
PENCINTA pohon pisang di Indonesia, berbahagialah! Tanaman yang kulitnya mirip warna Golkar ini, dan juga yang jadi pohon teladan dalam filosofi almarhum pengusaha Mohammad Gobel, sebentar lagi akan jadi bintang televisi. Kita akan menyaksikan petualangan sang pisang -- dari masa kecilnya di alam segar, sampai kisah petualangannya di bawah gemerlap lampu studio.
Hampir satu dekade setelah peristiwa pada tahun 1998 yang penuh pergolakan itu, beberapa dari perubahan-perubahan yang dengan tergesa-gesa diperkenalkan itu ternyata hanya berumur pendek. Partai politik Orde Baru Golkar kembali berkuasa pada tahun 2004. Begitu pula seorang mantan jenderal di istana kepresidenan. Desentralisasi juga dimundurkan kembali sampai sejauh tertentu. Keamanan telah membaik. Buku ini adalah hasil dari sebuah proyek penelitian dua tahun.yang didasarkan pada Royal Netherlands Institute of Southeast Asian and Caribbean Studies (KITLV), dan diberi judul ‘Renegotiating boundaries; Local politics in post-Suharto Indonesia’ Penelitian ini mempersatukan 24 peneliti internasional - terutama dari Indonesia dan Belanda, tetapi juga dari Amerika Serikat, Australia, Jerman, Kanada, dan Portugal.
Harian Kompas adalah contoh, bagaimana sebuah usaha yang tidak didesain sebagai perusahaan besar, namun akhirnya menjadi perusahaan multimedia yang meraksasa di Indonesia. Para perintisnya meyakini bahwa semua itu kersaning Gusti, kehendakNya jua. Berbagai peristiwa "kebetulan" membuat mereka yakin bahwa campur tangan Yang Mahakuasa membuat mereka bernasib baik. Harian Kompas adalah hasil sebuah kerja keras sekelompok anak muda yang punya jiwa, cita-cita, dan semangat yang sama. Apa yang mereka kerjakan dilandasi dengan sikap dan niat baik sehingga penerbitan yang dirintis dari tidak punya apa-apa itu menjadi apa-apa punya. Dua perintisnya, PK Ojong dan Jakob Oetama, dua sosok satu jiwa, pen...
None
Sexual violence in Indonesia; analysis of Indonesian media coverage.
Cooperation, negotiations, etc. in Indonesian business.
None