You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
None
In a nation where the military has played an influential social and political role since its founding, perhaps no unit has wielded more power-and seen more action-than Kopassus, Indonesia's Special Forces. From the jungles of Irian Jaya to the backrooms of Jakarta's most powerful political figures, this elite group of commandos has influenced nearly every major policy decision taken since its inception in 1952. Here, for the first time, this secretive and controversial unit is exposed in KOPASSUS: Inside Indonesia's Special Forces by acclaimed author Ken Conboy. In this new age of terrorism and counter-terrorism, and especially in the wake of the October 2002 Bali bombing, understanding Kopa...
None
The Asian Yearbook of Human Rights and Humanitarian Law aims to publish peer-reviewed scholarly articles and reviews as well as significant developments in human rights and humanitarian law. It examines international human rights and humanitarian law with a global reach, though its particular focus is on the Asian region. The focused theme of Volume 2 is Islamic Law and its Implementation in Asia and the Middle East.
SETELAH perjalanan panjang yang penuh suka dan duka, maka Josef Muskita tutup usia pada 1 Mei 2006 di Jakarta. Beruntung dia menulis sedikit dengan jujur dan jantan (berani) tentang dirinya dan masa lalunya, yang sebenarnya juga menderita: “Saya menempuh tiga masa yang krusial dalam kehidupan saya, yaitu: masa tenggelam di dalam kegelapan, yang didominasi oleh upaya bertahan hidup semata-mata sebagai manusia; masa penemuan kembali apa yang hilang atau tidak tampak di kegelapan itu, disusul dengan kesadaran disertai penyesalan yang mendalam, dan tumbuhnya keyakinan yang berangsur-angsur mantap; masa pengabdian total yang telah berlangsung selama 45 tahun.” Tak semua orang berani menulis apa yang dianggap hitam oleh orang Indonesia, bahkan beberapa Pahlawan Nasional pun tak mau namanya tercoreng oleh kejujuran. Laki-laki dengan nama panggilan Joost ini sudah berbesar hati untuk jujur soal masa lalunya, maka kita semua harus berbesar hati menerimanya sebagai orang terhormat—karena dia melakukan hal terhormat bagi Indonesia dengan segala resikonya.
Dyah Permata Megawati Soekarnoputri, demikian nama lengkapnya. Layak menyandang sebagai perempuan terkuat Indonesia sepanjang sejarah. Dia lebih dari dua dekade menggenggam jabatan sebagai Ketua Umum Parpol terbesar Indonesia. Dia wanita pertama yang menjadi ketua umum parpol, wakil presiden, dan bahkan presiden. Dia pula yang mampu menjadikan kader parpolnya sebagai presiden. Wajar, meski tak lulus kuliah, Megawati meraih belasan gelar kehormatan di bidang akademik. Kurang kuat bagaimana?
Petrik Matanasi, seorang Sejarawan muda, mengupas informasi-informasi sejarah kontroversial seputar peristiwa G 30 S yang seolah tak habis dibicarakan. Dalam buku ini, Petrik membahas mengenai salah satu pihak yang dinyatakan sebagai eksekutor penculikan Dewan Jenderal yakni pasukan Cakrabirawa yang sehari-hari bertugas sebagai Pengaman Presinden RI Soekarno. Membicarakan Cakrabirawa, otomatis membicarakan sang Komandan, yakni Letkol Untung. Buku ini sangat menarik di tengah banyaknya buku-buku lain tentang G 30 S/PKI.
Muhammadiyah dan Usaha Menjadi Bagian Dari Kabinet
Buku Rumah Janda yang ditulis Dr. Kartini Sjahrir melengkapi pengetahuan kita mengenai perjuangan kaum perempuan. Saya mengenal dekat Ibu Kartini yang selalu menekanan pentingnya akal sehat dalam kehidupan bermasyarakat. Saya percaya, akal sehat itu terpancar secara terang dalam buku memoarpribadi ini dan memberikan inspirasi bagi pemberdayaan perempuan. ---Basuki Tjahja Purnama, Gubernur DKI Jakarta Judul buku ini sangat kuat, sebuah sugesti feminis, bahwa Ker menyelenggarakan hidup hari ini dalam kenangan dan ketegaran. Berkisah tentang hal yang personal dan yang public. Rumah Janda memelihata sebuah antropologi harapan, yaitu kehendak untuk menghasilkan keadilan, kesetaraan, dan pengetahuan bagi generasi baru. ----Rocky Gerung, Pengajar pada Departemen Filsafat Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia