You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
On music and musicians in Indonesia.
The emergence of modernity has typically focused on Western male actors and privileged politics and economy over culture. The contributors to this volume successfully unsettle such perspectives by emphasizing the social history, artistic practices, and symbolic meanings of female performers in popular music of Asia. Women surfaced as popular icons in different guises in different Asian countries through different routes of circulation. Often, these women established prominent careers within colonial conditions, which saw Asian societies in rapid transition and the vernacular and familiar articulated with the novel and the foreign. These female performers were not merely symbols of times that...
Bayangkan jika musik tak lagi mengisi hari-hari manusia? Mungkin, akan banyak kejenuhan di sudut tempat, atau bahkan berkurangnya alternatif untuk melipur kesedihan. Tak dipungkiri, musik adalah bagian yang tak terpisahkan bagi jiwa. Banyak peristiwa musik di Indonesia yang terjadi dalam kurun waktu 100 tahun. Mulai dari pencarian jati diri saat masih dalam belenggu kolonialisme, problematika yang tak kunjung usai tentang wacana musik nasional, juga masalah pelanggaran hak cipta dan pembajakan. Meski begitu, musik Indonesia terus berkembang dan semakin menunjukkan eksistensinya hingga sekarang. Buku ini merangkum sejarah panjang musik Indonesia. Perjalanan musik jazz, keroncong, dangdut, sou...
Buku 100 Konser Musik di Indonesia ini mencoba membentangkan satu riwayat bagaimana seratus konser musik menjadi peristiwa seni dan budaya memengaruhi geliat perekonomian, meramaikan belantika kebudayaan populer, serta menggairahkan kultur bermusik di kalangan darah muda. Tak semua konser musik ditampilkan sebab sejarah (konser) musik dalam bingkai “100 Konser” ini. Sebab, mula-mula memang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana festival budaya populer di ruang publik dikelola lewat kerja sama berbagai pihak yang membawa kesadaran baru ihwal manajemen pengelolaan seni budaya yang lebih baik. Buku ini adalah bagian dari ikhtiar menjaga asa bermusik atau berkarya di lajur seni budaya musik dengan bercermin kepada kaca benggala masa silam yang pernah ditorehkan para pendahulu. Sekaligus, buku ini bisa mengisi kepustakaan musik di Indonesia yang lengang, khususnya dalam pengetahuan sejarah pertunjukan musik (di) Indonesia.
Tak ada yang istimewa sebenarnya. Semuanya berawal dari kebiasaan saya yang selalu diceritani ibu saya asli Surabaya, tentang masa muda dan keadaan kota ini di masa lalu (tentu saja berdasarkan yang beliau ingat). Kenapa harus cerita? Saya yakin, tak ada seorang pun yang tak sukadiceritani ataupun bercerita. Cerita ini bisa berwujud sejarah, nostalgia, pengalaman, kekinian bahkan bisa saja impian di masa depan, yang terekam secara dinamis melalui gaya hidup, dinamika masyarakat, seni, budaya, dan lain-lain, yang biasa disebut sisik melik. Surabaya Punya Cerita: Sudut Berbagi Cerita dan Sisik Melik Surabaya.
Kumpulan 41 tulisan tentang apa saja yang menarik minat penulisnya: film seluloid, serangga dan buah-buahan, topi dan soda beku, baling-baling bambu, menunggu acara di televisi, piring terbang, dan terutama musik. Siapa yang pertama kali memakai istilah punk di Indonesia? Benarkah gamelan di luar angkasa bakal menarik perhatian alien? Siapa itu Sujud Kendang dan kenapa dia lucu? Adakah resep mujarab untuk mendaur ulang sebuah lagu? Budi Warsito mencari benang merah dari semua itu, merasa menemukan kode-kode, dan malah tersesat sendiri di dalamnya. Buku persembahan penerbit Banana #Banana
Warung Kopi Prambors (Dono Kasino Indro)
Konduktor Indonesia : Erwin Gutawa
Tony Koeswoyo dari Kelompok Koes Bersaudara meninggal dunia akibat kanker. Grupnya semula bernama Koes Brothers, berubah menjadi Koes Plus. Dalam grupnya Almarhum paling banyak mengarang lagu.