You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Saat ini, Pemerintah China menganggap tidak ada sengketa dengan Indonesia di Laut China Selatan. Namun hal itu tidak dapat dianggap permanen. Potensi perubahan selalu saja ada. Seperti yang terjadi pada invasi Kepulauan Paracel China di tahun 1974 terhadap Vietnam. Padahal China menjadi mitra. Selain itu, konflik yang terjadi di Laut China Selatan yang berhadapan langsung dengan kepulauan Natuna juga menambah rumitnya pengelolaan pertahanan perbatasan laut, khususnya dengan China. Laut China Selatan menjadi kawasan yang strategis karena tiga hal, yaitu menjadi tempat perlintasan jalur pelayaran penting dunia, menjadi tempat perlintasan jalur pipa minyak dan gas bumi bawah laut, dan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, seperti minyak bumi dan gas alam. Kerja sama pertahanan yang dibangun seharusnya tidak membuat hubungan di bidang ekonomi antara Indonesia dan China merenggang. Pemerintah Indonesia harus mampu mengembangkan diplomasinya kepada China dan Amerika Serikat agar terbangun situasi hedging. Melalui buku ini kita akan menganalisis lebih mendalam terkait bagaimana pengelolaan pertahanan perbatasan maritim kepulauan Natuna.
Buku "Manajemen Pertahanan: Tantangan dan Strategi Pengembangan Komponen Cadangan 2045" membawa para pembaca untuk dapat memahami pentingnya manajemen pertahanan yang efektif dalam menghadapi tantangan masa depan dengan mengembangkan potensi komponen cadangan yang dimiliki Indonesia saat ini. Melalui penelitian yang komprehensif dan analisis yang mendalam, buku ini mengupas berbagai hal terkait pengembangan komponen cadangan mulai dari isu tantangan global hingga adaptasi terhadap perubahan lingkungan pertahanan, buku ini menguraikan strategi pengembangan komponen cadangan yang krusial untuk keberlanjutan pertahanan negara pada tahun 2045. Pembaca akan diajak untuk menjelajahi berbagai aspek...
Buku "Transformasi Manajemen Pertahanan Indonesia di Era Modernisasi Militer" mengungkapkan perjalanan dan perubahan signifikan yang terjadi dalam organisasi dan strategi pertahanan Indonesia sepanjang era modernisasi militer. Penulis buku ini secara komprehensif mengulas transformasi yang terjadi dalam manajemen pertahanan Indonesia, meliputi aspek dinamika lingkungan strategis, transformasi manajemen pertahanan, sejarah pertahanan nasional, penyusunan postur pertahanan, peran industri pertahanan, serta tantangan dan peluang transformasi manajemen pertahanan di Indonesia. Buku ini dimulai dengan menganalisis konteks global yang mempengaruhi perkembangan militer Indonesia. Kemudian, penulis ...
Despite challenges and problems in sustaining democratic norms and values, in the final analysis can it honestly be said that there is no better political system for Indonesia than Democracy? After more than eight years of political reform, it is necessary to analyze Indonesia's democratization process. This book offers coherent insights into recent Indonesian politics and provides a theoretically-based evaluation of the present situation, such as regard to the rule of law, the security sector, and the politics of identity. The question is raised and examined whether Churchill's famous quote about Democracy - being "the worst form of Government except all those others that have been tried from time to time" - holds true for Indonesia.
Buku kuliah tentang dinamika isu-isu global kontemporer
Concept of national security policy and system in Indonesia.
Introduces non-Western IR traditions to a Western IR audience, and challenges the dominance of Western theory. This book challenges criticisms that IR theory is Western-focused and therefore misrepresents much of world history by introducing the reader to non-Western traditions, literature and histories relevant to how IR is conceptualised.
Annotation. This book explores the position of Islam as one of the domestic political variables in Indonesia's foreign policy during the Soeharto era. It argues that the foreign policy of Indonesia toward the Muslim world under Soeharto was increasingly the result of political struggles between domestic actors, particularly the Muslim community and the State.