You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Agama adalah pedoman hidup yang menjelaskan arti dasar dari kehidupan. Sekalipun keyakinan terhadap agama bersifat sangat pribadi, tetapi kenyataannya agama muncul menjadi empat komponen: doktrin, ritual, etika, dan pranata. Oleh karena sejarah keagamaan menampilkan berbagai perbedaan tentang empat komponen tersebut maka cita-cita keberagamaan adalah selalu membawa perdamaian di alam semesta. Sejarah keberagamaan bangsa Indonesia yang beragam telah melahirkan kehidupan yang damai dengan berbagai dinamika kehidupan sosialnya. Perdamaian adalah cita-cita dari keberagamaan karena semakin damai kehidupan masyarakat maka semakin terbuka peluang untuk pengamalan ajaran agama secara paripurna. Agama dan Pancasila adalah dua unsur yang berbeda posisinya karena yang satu menjadi pedoman hidup sebagai makhluk Allah sedangkan Pancasila adalah landasan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Oleh karena itu, keduanya saling mendukung karena agama menjadi landasan teologis berbangsa dan bangsa sebagai landasan implementasi ajaran-ajaran agama. Hal itulah makna penting dari tema agama dan perdamaian.
Telah lama masyarakat Indonesia hidup dalam keragaman sosial dengan 1.340 suku bangsa, 300 kelompok etnik, 652 bahasa daerah, dan enam agama resmi. Keragaman ini menjadi kelebihan untuk menguatkan bangsa sekaligus kekurangan lantaran mengelola kemajemukan di antara masyarakat tanah air tidak seindah semboyan bangsa kita, bhinekka tunggal ika. Agama yang semula bersumber dari wahyu, seiring berjalannya waktu berkembang menjadi bagian dari subsistem sosial yang terkadang memicu terjadinya konflik antarmasyarakat dan melebar pada subsistem sosial lain, seperti politik, ekonomi, dll. Atau sebaliknya, agama menjadi korban akibat konfl ik dalam subsistem lainnya. Sesungguhnya, tema semua ajaran agama memungkinkan terjadinya hubungan ramah di antaranya, meskipun berbeda ajaran, doktrin, ritual, dan istilah dalam tiap-tiap agama. Khususnya Islam, dengan tiga karakter ajarannya: persamaan derajat, rasionalitas dan bersahaja, serta Islam adalah kemajuan yang dapat dijadikan dasar berbagai pranata sosial untuk membangun kerukunan antarmasyarakat bangsa Indonesia.
Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, sering muncul pertanyaan dari masyarakat terhadap sinkronisasi antara nilai-nilai agama dengan pembangunan, sebab dalam pelaksanaannya sering terjadi adanya persimpangan jalan antara nilai keagamaan dengan pelaksanaan program pembangunan. Di sinilah peran cendekiawan dalam mengembangkan penalaran terhadap keterkaitan antara agama dan kemajuan bangsa. Kebenaran dan keselamatan dalam kehidupan ini merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua manusia, akibat perjalanan hidup yang dipenuhi dengan berbagai pengalaman pengembaraan. Dalam perjalanan kehidupan mengembara itu, manusia berupaya mencari arti-arti dari perjalanan itu. Sebab itulah...
Secara doktrinal, agama bersifat permanen yang tidak bisa berubah sekalipun terjadi perubahan sosial. Akan tetapi, begitu agama menjadi milik manusia maka tidak bisa dihindari terjadinya tiga aktivitas manusia, yaitu pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap agama. Dengan demikian, makna agama yang laten muncul dalam berbagai bentuk baik interpretasi maupun aktualisasi sebagai wujud dari manifes agama. Selanjutnya, agama yang telah diolah manusia sebagai dasar yang membentuk pandangan dunia (world view), maka agama telah berubah posisi dari kebenaran yang absolut menjadi kebenaran yang relatif. Akan tetapi, sering manusia tidak menyadari hal tersebut sekalipun yang mereka sebut kebenar...
On interreligious harmony in Indonesia.
Kaum santri yang dalam kesehariannya berpenampilan sederhana, bahkan terkesan kolot dan tradisionalis, sejatinya adalah kumpulan manusia cerdas dan berilmu tetapi tetap rendah hati. Di balik keluhuran sifat dan perilaku tersebut, kaum santri memiliki kemampuan luar biasa dan mumpuni di luar bidang keahliannya (agama), salah satunya di bidang diplomasi. Dalam konteks diplomasi, kaum santri telah menorehkan tinta emas antara lain melalui Komite Hijaz pada 1920-an untuk menyikapi perkembangan situasi di tanah Hijaz Arab Saudi pada masa pemerintahan Raja Ibnu Sa’ud dan melalui misi diplomasi membantu penyelesaian konflik di Thailand Selatan pada dekade pertama abad ke-21. Kepiawaian kaum santri dalam berdiplomasi menambah sempurna keahlian di bidang ilmu agama yang selama ini menjadi icon khas sosok santri dalam ranah kehidupan sosial kemasyarakatan.
None
Studi-studi yang menguraikan konsep teoritis dan temuan empirik struktur modal perbankan syariah memang sudah banyak. Namun relevansi teori struktur modal dan perspektif Islam belum diperhatikan. Misalnya pertanyaan tentang bagaimana prinsip syariah memengaruhi keputusan struktur modal perbankan syariah. Fakta bahwa perbankan syariah diatur dengan kuat oleh prinsip-prinsip syariah, seperti larangan transaksi berbasis riba, pentingnya mekanisme Profit and Loss Sharing (PLS), kewajiban pembayaran zakat, dan transparansi penuh yang memiliki konsekuensi serius pada struktur modal perbankan syariah. Kekosongan tersebut berusaha diisi oleh kehadiran buku ini dengan membahas struktur modal menurut perspektif ekonomi Islam dengan menyoroti perbankan syariah di Indonesia. Penulis menghubungkan struktur modal perbankan syariah dengan konsepsi Islam terkait struktur modal. Buku ini diharapkan bisa menjelaskan struktur modal pada perbankan syariah berdasarkan perspektif ekonomi Islam sesuai dengan Al-Qur’an, sunah, dan pendapat tokoh-tokoh Islam.
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari seminar dan lokakarya dengan tema, "Kebebasan Beragama/bekepercayaan di Indonesia".
Nasionalisme atau paham cinta tanah air adalah suatu rasa ingin mempertahankan negaranya, nasionalisme merupakan sebuah tema diskusi yang tak pernah habis dibahas di dalam berbagai kalangan masyarakat. Ada istilah juga di negara kita bahwa nasionalisme merupakan kesadaran kebangsaan yang sepertinya akan terus-menerus diperbincangkan selama Indonesia memiliki penghuni. Sejak awal sejarah Islam hubungan agama-negara merupakan fenomena yang menarik, dan pada dewasa ni isu yang membenturkan Islam dan nasionalisme sangat sporadis padahal pada masa pra dan pasca kemerdekaan bangsa kita sudah punya gagasan hubbul wathan minal iman dari tokoh besar sekaliber KH. Abdul Wahab Hasbullah. Maka dari itu ...