You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Buku ini menunjukkan bahwa keberhasilan seorang dosen mencapai jabatan akademik tertinggi itu selalu dibayar dengan harga yang sangat mahal, berupa tetesan keringan dan air mata, kerja-kerja intelektual yang tak kenal lelah sampai pada hal-hal yang bersifat administrative yang terkadang menjengkelkan. Tidak kalah pentingnya, pengorbana keluarga seperti absennya waktu bersama, kurangnya perhatian karena semuanya tersedot untuk memenuhi tuntutan syarat menjadi guru besar tersebut.
Buku ini mengungkap sejarah dan fatwa-fatwa Dewan Fatwa Al Washliyah yang mulanya bernama Madjlis Al-Fatwa. Madjlis Al-Fatwa Al Washliyah pertama kali diresmikan oleh Pengurus Besar Al Washliyah pada tanggal 10 Desember 1933 dengan tugas utama memberikan khittah dan keputusan terhadap suatu masalah yang dirasa sulit mengenai persoalan agama dan sebagainya. Buku ini relatif berhasil mengungkap sejarah pertumbuhan dan perkembangan Dewan Fatwa Al Washliyah serta fatwa-fatwa yang telah ditetapkan lembaga ini sejak era penjajahan sampai era Reformasi. Dalam buku ini, pembaca disuguhi informasi tentang keputusan-keputusan Dewan Fatwa Al Washliyah yang pernah dikeluarkan sejak berdiri sampai saat ini. Buku ini sangat penting dibaca oleh peneliti dan peminat studi hukum Islam di Indonesia.
Buku ini diberi judul Jejak Sang Bintang. Mengapa sang bintang? Kata “bintang” dalam judul ini diambil dari ucapan Syekh ‘Abd al-Qâdir al-Mandilî, ulama asal Indonesia yang berkarir di Masjidilharam, yang dalam sebuah pertemuan di Medan pada awal abad ke-20 berkata: “Deli ini telah kejatuhan sebutir bintang yang gilang gemilang, akan tetapi penduduk belum mengetahuinya. Tambah lama bintang Zohra itu akan bertambah memancarkan sinarnya, dan mudah-mudahan dapatlah kerajaan Deli ini seorang pujangga Islam yang jarang didapati”. Syekh Muhammad Ya’kub sebagai tuan rumah pertemuan tersebut menanyakan makna kalimat tersebut kepada Syekh ‘Abd al-Qâdir al-Mandilî yang akhirnya menut...
Telah lama masyarakat Indonesia hidup dalam keragaman sosial dengan 1.340 suku bangsa, 300 kelompok etnik, 652 bahasa daerah, dan enam agama resmi. Keragaman ini menjadi kelebihan untuk menguatkan bangsa sekaligus kekurangan lantaran mengelola kemajemukan di antara masyarakat tanah air tidak seindah semboyan bangsa kita, bhinekka tunggal ika. Agama yang semula bersumber dari wahyu, seiring berjalannya waktu berkembang menjadi bagian dari subsistem sosial yang terkadang memicu terjadinya konflik antarmasyarakat dan melebar pada subsistem sosial lain, seperti politik, ekonomi, dll. Atau sebaliknya, agama menjadi korban akibat konfl ik dalam subsistem lainnya. Sesungguhnya, tema semua ajaran agama memungkinkan terjadinya hubungan ramah di antaranya, meskipun berbeda ajaran, doktrin, ritual, dan istilah dalam tiap-tiap agama. Khususnya Islam, dengan tiga karakter ajarannya: persamaan derajat, rasionalitas dan bersahaja, serta Islam adalah kemajuan yang dapat dijadikan dasar berbagai pranata sosial untuk membangun kerukunan antarmasyarakat bangsa Indonesia.
Sejatinya, perbedaan gender (gender diffrentiation) tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequalities). Namun, faktanya perbedaan jenis kelamin seringkali berujung ketidakadilan yang umumnya dialami oleh kaum perempuan terutama dalam hal kedudukan, fungsi, peran dan tanggungjawab mereka. Kondisi ini rentan terjadi terutama pada masyarakat yang menganut sistem kekerabatan patriarkhi, di mana kaum laki-laki dominan atas kaum perempuan. Kaum perempuan Kabupaten Padang Lawas Utara Provinsi Sumatera Utara saat ini sedang berjuang meruntuhkan”tembok kokoh” yang mengurung mereka dalam kurungan ”sistem patriarkhi”. Perjuangan yang mereka lakukan na...
Berkarya merupakan keniscayaan dan kebutuhan bagi seorang akademisi dan praktisi pendidikan. Dengan latar belakang yang berbeda, baik kepala sekolah, guru dan pemerhati pendidikan para penulis berusaha berperan dengan memberikan sumbangsih gagasan maupun inovasi pembelajaran melalui sebuah buku yang berjudul Inovasi Pendidikan dan Praktik Pembelajaran Kreatif ini. Buku ini menawarkan sebuah paradigma baru sebagai solusi atas paradigma lama yang belum bisa menjawab persoalan pendidikan. Tawaran gagasan yang ditulis ini adalah salah satu jawaban bahwa mahasiswa tidak hanya berada dalam ranah wacana saja, namun terjun dan terlibat dalam penyelesaian masalah pendidikan. Buku yang ada di hadapan pembaca ini, mengulas berbagai persoalan pendidikan dari model pendidikan humanis, praktik pembelajaran kreatif, pendidikan Islam dan budi pekerti, sampai inovasi pembelajaran masa pandemi Covid-19. Persoalan pendidikan yang sangat kompleks, rumit, dan dinamis perlu direspon dengan cepat dan diselesaikan dengan baik. Masalah pendidikan tidak bisa dibiarkan begitu saja. Hal itu karena akan menyebabkan kerumitan dalam masalah pendidikan akan semakin pelik. Selamat membaca!
IN A COUNTRY where talk of conspiracies is often a national pastime, the deepest, sometimes darkest, secrets have long been held by Indonesia's State Intelligence Agency (Badan Intelijen Negara, or BIN). Whether targeting communist diplomats, foreign terrorists, or domestic dissidents, BIN and its precursor organizations have been the covert spearhead of the nation's security policy. Here, for the first time, this secretive agency is exposed in INTEL: Inside Indonesia's Intelligence Service by noted author Ken Conboy. Drawing from exclusive access to BIN's personnel and operational archives, Conboy examines the agents and their operations since BIN's founding fifty years ago, and sheds new l...