You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
De legendarische en mysterieuze Tan Malaka verscheen, na twintig jaar verbanning en ondergrondse actie, kort na de Proclamatie van de Indonesische onafhankelijkheid op 17 augustus 1945 weer in de openbaarheid. Hij bood een radicaal alternatief voor de gematigde koers van Soekarno en Hatta, het leidersduo van de Republik Indonesia, maar hij dolf het onderspit en werd in maart 1946 gevangengezet. Pas in september 1948 kwam hij vrij. Hij richtte toen de Partai Murba op, die de plaats wilde innemen van de in de Madioen-opstand neergeslagen communistische partij. Na de Nederlandse militaire actie van december 1948 volgde hij het guerrillaverzet; in februari 1949 werd hij doodgeschoten bij een int...
None
The spectres of Marx and Lenin have long loomed prominently in Africa and Asia and they still do so in the 21st century. Many of the founding fathers of postcolonial republics believed socialism could transform their societies. Yet what socialism meant in theory and in practice has always been highly heterogeneous and differed markedly from the European experience. African and Asian movements did not simply mimic the ideas and institutions of Soviet or European Marxists, but endeavoured to define their own, experimenting with a variety of interpretations and in the process adapting doctrines and templates to their unique contexts. This volume brings together anthropologists, historians and p...
Buku ini memaparkan secara ringkas cikal-bakal gerakan Darul Islam, dimulai dari sejarah singkat Kartosuwiryo sejak ia berkecimpung di dunia politik melalui organisasi Partai Sarikat Islam Indonesia (PSII) hingga memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia sampai tiga kali, yaitu 14 Agustus 1945, 21 Desember 1948, dan 7 Agustus 1949 yang dianggap sebagai titik awal pemberontakan Kartosuwiryo terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.Namun gerakan Darul Islam yang benar-benar tangguh bertahan bertahun-tahun di belantara Jawa Barat ini, akhirnya berhasil ditumpas dengan susah payah oleh Tentara Republik Indonesia pada tahun 1962.
“Memimpin adalah menderita, bukan menumpuk harta.”—Haji Agus Salim Ungkapan Haji Agus Salim tersebut patut kita renungkan. Ya, ia adalah sosok karismatik dan salah satu guru bangsa di Indonesia. Keseharian yang penuh kesederhanaan tetapi bermakna istimewa, menjadikannya tokoh yang patut untuk diteladani. Selain Haji Agus Salim, masih banyak tokoh bangsa yang patut kita jadikan panutan. Misalnya, Soekarno yang hidup sederhana dan makan seadanya, Mohammad Hatta yang tidak mampu membeli sepatu Bally hingga akhir hayat, atau Mohammad Natsir yang memakai jas tambal dan selalu mengayuh sepeda ontel ke kontrakannya. Ingin tahu kebiasaan sederhana, unik, dan penuh kearifan para guru bangsa lainnya? Segera temukan jawabannya dalam buku ini! Sellingpoint: Kebiasaan Sehari-hari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Jenderal Sudirman, Siauw Giok Tjhan, Johannes Latuharhary, dll.
None
IAHA Conference; speeches and abstracts of papers.