You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Di dunia dapat BAYARAN, di akhirat dapat GANJARAN “Bisnis terbaik adalah bisnis yang dibangun dengan niat: SUKSES DUNIA AKHIRAT, bukan cuma sukses dunia. Lahap buku ini untuk cari tahu caranya.” — Bang Motty. @MotivaTweet, Kompor Entrepreneur, www.MotivaTweet.com Bicara soal santri, biasanya tidak jauh dari obrolan tentang pahala, ibadah, dan dalil. Apakah salah? Tentu tidak! Malah bagus. Dan karena kehidupan di pesantren menabukan pembicaraan soal UANG, BISNIS, dan KAYA, santri tidak perlu memikirkan itu semua. Apakah betul? Tentu tidak! Ini sebabnya: Seperti pesan Rasulullah saw., “Meninggalkan ahli waris dalam keadaan berkecukupan adalah LEBIH BAIK daripada meninggalkan mereka dalam keadaan meminta-minta,” santri justru harus berperan sebagai pejuang perekonomian umat. Membuka banyak kesempatan kerja sesuai kaidah Islam karena sebaik-baik harta adalah yang dipegang kaum mukmin. Jadi, tidak perlu takut bicara bisnis, apalagi takut kaya! Sebanyak 17 rahasia dalam buku ini akan membantu bukan hanya santri, tapi siapa pun, untuk berbisnis dan menyumbangkan banyak manfaat bagi agama dan sesama. Insya Allah!
Jangan diam. Aku heran dan takkan bisa menerka segala yang terpendam. Katakan, biar aku tidak lagi berlari-terjatuh tanpa arah. Berlari seperti hujan yang menghunjam bumi tanpa henti. Kumpulan prosa ini dipersembahkan bagi siapa saja yang ingin membaca nilai dari datangnya hujan; bukan sekadar peristiwa alam yang berlalu begitu saja. Banyak kisah, perenungan, dan pemahaman yang memberi kesegaran baru tentang kehidupan. Bahwa semua yang datang tidak semata-mata kebetulan. Ada hikmah yang ingin Pencipta sampaikan untuk kita jadikan pelajaran. Selamat hujan-hujanan di tengah perjalanan yang (terkadang) terasa melelahkan. Tak mengapa, semoga ada filosofi yang dapat kita tangkap dalam setiap langkah, demi makin mendekatkan diri pada Sang Pencipta. ...tidak apa-apa Sayangku, air mata itu menunjukkan bahwa kau juga manusia biasa, sama seperti yang lainnya
Penantian semestinya menguatkan. Seseorang yang sepenuhnya menggantungkan harapan hanya kepada-Nya akan benar-benar mendapatkan apa yang telah dinantinantikan. Bukan lagi memikirkan soal siapa yang akan hadir, bagaimana cara-Nya mempertemukan, dan kapan waktunya. Menanti menjadi hal yang membahagiakan diri. Seperti tengah menanti sebuah kejutan kebahagiaan yang datangnya langsung dari sang Mahacinta. Tak akan kita kecewa dibuat-Nya dan tak akan terbuang waktu kita secara sia-sia bila kita menanti karena-Nya. Buku yang kini tengah Anda pegang dan baca sebetulnya adalah bagian dari sebuah penantian tersebut. Buku yang insya Allah mengajak kita semua untuk lebih fokus kepada pemantasan diri dalam menanti. Sama-sama kita akan belajar bagaimana mengatur diri dan perasaan agar memberdayakan dan tidak melemah karena lelah menanti. Jika jomblo baca buku ini pasti gak galau lagi, jadi kemilau dan hidupnya penuh hal-hal yang memukau. Mr. Joss, Motivator, Author, Wakil Rektor Sekolah Bisnis Umar Usman
Menjadi pengusaha memang bukan hal mudah, tapi juga tidak sulit asal tahu rahasianya. Selain memberikan tip-tip jitu agar usaha semakin tumbuh dan berkembang, buku ini juga membahas selukbeluk menjadi pengusaha, pengaruh kemandirian dalam berbisnis, dan tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk membuka usaha baru. Dengan bahasa yang ringan, sederhana, dan mudah dipahami, semua itu akan mudah dipraktikkan. ""Inspirative yet provocative! This book has a lot more to off er. Dengan teknik penulisan yang jelas, ringan, dan sederhana, melalui buku ini penulis memaparkan suatu logical, organized and executable path tentang why, what, and how to be Pengusaha Mandiri yang Sukkseesssss! Buku in...
Rezeki dari Allah itu sudah dijamin untuk semua makhluk. Nah, banyak sedikitnya bergantung ikhtiar dan doamu. Buku ini mengobrak-abrik cara berpikirmu tentang rezeki. Sesekali menampar, sesekali mengelus hati. Gak baca rugi, gak punya rugi sekali! Saptuari Sugiharto Penulis Buku Kembali ke Titik Nol Founder #SedekahRombongan Mantap ulasannya. Bikin ketagihan membacanya. Betul-betul kreatif dan inovatif irama penulisannya. Ketagihan! Semoga buku ini menjadi sumber inspirasi masa depan. Sampai tak sadar, sudah lewat tengah malam masih membaca terus bukunya. Unik dalam penulisannya. SANGAT UNIK! Muhajir Entrepreneur dan Penulis
None
This book examines the role of the international community in the handover of the Dutch colony of West Papua/Irian Jaya to Indonesia in the 1960s and questions whether or not the West Papuan people ever genuinely exercised the right to self-determination guaranteed to them in the UN-brokered Dutch/Indonesian agreement of 1962. Indonesian, Dutch, US, Soviet, Australian and British involvement is discussed, but particular emphasis is given to the central part played by the United Nations in the implementation of this agreement. As guarantor, the UN temporarily took over the territory's administration from the Dutch before transferring control to Indonesia in 1963. After five years of Indonesian rule, a UN team returned to West Papua to monitor and endorse a controversial act of self-determination that resulted in a unanimous vote by 1022 Papuan 'representatives' to reject independence. Despite this, the issue is still very much alive today as a crisis-hit Indonesia faces continued armed rebellion and growing calls for freedom in West Papua.
"This book provides readers with a broad understanding of the emerging field of e-learning and also advises readers on the issues that are critical to the success of a meaningful e-learning environment"--Provided by publisher.
International trade in 2009 is projected to contract for the first time since 1982. As a result, export diversifi cation has gained new urgency as one way of using exports to recover lost growth momentum. Moreover, diversifi cation is central to reducing income volatility and sustaining high growth rates, which are especially important for countries with large populations living in poverty. In the 1950s, countries became concerned that their dependence on primary products would lead to steady falls in the purchasing power of primary exports and thus slow growth. A major policy objective of developing countries since that time has been to diversify out of primary products into manufactures. A...