You may have to Search all our reviewed books and magazines, click the sign up button below to create a free account.
Tulisan-tulisan dalam buku ini membantu untuk menghidupkan kembali kehidupan dan filosofi Ki Ageng Suryomentaram. Ki Ageng Suryomentaram merupakan salah satu dari sejumlah sosok tersohor dalam kehidupan pemikiran dan religius Jawa pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Ia dilahirkan di lingkungan yang berporos pada keraton, sebagaimana Ahmad Dahlan, namun bertolak dari perpaduan antara kebudayaan keraton dan empirisme filosofis untuk menghadapi persoalan dan pertanyaan modernitas serta kondisi kolonial yang dialami oleh apa yang dulu disebut Hindia Belanda dan sekarang dikenal sebagai Indonesia. Sebagaimana yang terlihat pada semua tulisan dalam buku ini, Ki Ageng Suryomentaram adalah so...
Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari sejumlah peneliti dan penulis dengan latar belakang disiplin keilmuan yang beragam yang mencoba meneroka keindonesiaan dari sudut pandang kemelayuan. Melayu dalam konteks buku ini lebih dipahami sebagai sebuah kelompok bangsa penutur bahasa Austronesia yang persebarannya sangat luas, yang mendiami di hampir seluruh kawasan Asia Tenggara, bahkan hingga Fiji dan Hawai. Dengan merujuk pada pengertian tersebut, tulisan-tulisan di buku ini tidak hendak memasuki medan perdebatan untuk menguji seberapa valid kebenaran pengertian tersebut, namun justru hendak menjelajahi sejauhmana ia termanifestasikan dalam bentangan sejarah Indonesia modern. Sebagai buku ya...
Hydrography much more than just a nautical chart. Hydrography is the key of the economy gates and the spearhead of national maritime defense of the state. Cita-cita mewujudkan Negara Maritim dalam visi Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia hampir melewati lima tahun pertamanya. Berbagai tantangan muncul, karena sekian waktu sebelumnya, kebijakan nasional Indonesia lebih berbasis pada daratan daripada lautan. Aneka rupa tantangan dalam Tujuh Pilar Poros Maritim Dunia menyisakan persoalan serius tentang kurangnya apresiasi para pemangku kepentingan terhadap arti penting hidrografi. Selama ini, hidrografi dianggap sebelah mata, karena jamak dipahami, hanya merupakan peta laut. Pada kenyataannya...
Kebahagiaan itu bukan sekadar kenikmatan atau perasaan senang. Kebahagiaan itu bukan semata kondisi psikologis yang penting “aku tidak menderita” atau “yang penting aku senang”. Kebahagiaan itu maknanya sangat luas. Kebahagiaan perlu dimengerti sebagai kondisi yang lebih besar dan melampaui rasa senang belaka. Kebahagiaan perlu dihayati sebagai suatu proses pertumbuhan, proses menemukan dan kemudian memaksimalkan kapasitas kemanusiaan terbaik kita, hingga mengejawantah menjadi laku hidup terpuji; di mana kebahagiaan yang demikian tidak menempatkan penderitaan sebagai antitesis bagi kebahagiaan, melainkan sebagai bagian dari sebuah “gestalt”—hidup itu sendiri—kondisi pengalama...
Prestasi terbesar yang pernah diciptakan oleh otak manusia bukanlah Piramida Agung di Giza, Borobudur, atau Jembatan Golden Gate, tetapi kemampuannya dalam membayangkan masa depan. Mengapa otak begitu keras kepala ketika diminta untuk tidak lagi membayangkan masa depan karena hal yang perlu dipikirkan saat ini begitu banyak? Jawabannya sederhana, karena berpikir tentang masa depan dapat menimbulkan kepuasan. Berpikir tentang masa depan bisa begitu menyenangkan sampai kadang-kadang manusia lebih suka melamunkannya daripada berusaha mewujudkan. Bagaimana dengan Anda? Esai-esai psikososial yang disajikan buku ini mengajak Anda merenungkan kembali hal-hal dalam kehidupan, baik itu krisis, konflik, maupun tantangan, kemudian membungkusnya dengan harapan untuk masa depan. Selamat membaca!
“Agama” adalah istilah yang kini terasa sangat problematis dan mengandung banyak ironi: teramat dihormati sekaligus dihujat dengan penuh dengki. Milenium ketiga yang disebut sebagai era baru “kebangkitan agama” ini, bagi sebagian orang juga disebut sebagai era “kebangkrutan agama”. Pernyataan-pernyataan dari kedua kubu yang bertentangan itu—kaum beriman dan kaum ateis—kendati berpretensi rasional, faktanya telah melahirkan atmosfer yang menjadi sangat emosional, keras, dan offensif. Dalam situasi seperti itu, diperlukan sudut pandang yang lebih dingin dengan cakupan lebih umum dan kajian yang lebih mendalam atas duduk perkaranya. Buku ini berupaya melakukan kajian yang lebih dingin, umum, dan mendalam atas fenomena yang disebut “agama” itu dalam konteks permasalahan mutakhirnya. Buku ini penting bagi siapa pun yang ingin melihat inti perkara menyangkut persoalan agama hari-hari ini.
Buku ini dapat menjadi referensi bagai berbagai kalangan akademisi yang fokus pada isu-isu gerakan politik islam dan/atau populisme Islam, di mana FPI menjadi fokus utamanya. Buku ini juga dapat menjadi bahan bacaan bagi masyarakat umum yang ingin mengetahui lebih jauh tentang sepak terjang FPI dalam dunia politik praktis. Buku ini akan menjawab rasa penasaran pembaca tentang apa yang sebenarnya FPI perjuangkan dan langkah-langkah apa yang FPI ambil dalam berpolitik praktis.
Delving into the anarchist writings of Nietzsche, Foucault, and Baudrillard, and exploring the cyberpunk fiction of William Gibson and Bruce Sterling, theorist Lewis Call examines the new philosophical current where anarchism meets postmodernism. This theoretical stream moves beyond anarchism's conventional attacks on capital and the state to criticize those forms of rationality, consciousness, and language that implicitly underwrite all economic and political power. Call argues that postmodernism's timely influence updates anarchism, making it relevant to the political culture of the new millennium.
Mahmoud Darwish: Palestine’s Poet and the Other as the Beloved focuses on Palestinian national poet Mahmoud Darwish (1941–2008), whose poetry has helped to shape Palestinian identity and foster Palestinian culture through many decades of the Israeli-Palestinian conflict. Dalya Cohen-Mor explores the poet’s romantic relationship with “Rita,” an Israeli Jewish woman whom he had met in Haifa in his early twenties and to whom he had dedicated a series of love poems and prose passages, among them the iconic poem “Rita and the Gun.” Interwoven with biographical details and diverse documentary materials, this exploration reveals a fascinating facet in the poet’s personality, his self-definition, and his attitude toward the Israeli other. Comprising a close reading of Darwish’s love poems, coupled with many examples of novels and short stories from both Arabic and Hebrew fiction that deal with Arab-Jewish love stories, this book delves into the complexity of Arab-Jewish relations and shows how romance can blossom across ethno-religious lines and how politics all too often destroys it.